SOFIFI (Hidayatullah.or.id) — Menikmati daging kurban bukanlah hal yang biasa dialami oleh masyarakat Desa Dowora. Sebuah desa dalam Kecamatan Gane Barat, Halmahera Selatan itu begitu jauh dari pusat kehidupan propinsi Maluku Utara.
“Ke Dowora ini sangat panjang perjalanan. Dari Ternate menyeberang ke Sofifi dua jam pakai feri, kemudian lanjut darat 7 jam lamanya. Setelah itu, menyeberang lagi 3 jam dan tim diombang-ambingkan ombak yang memang lagi tinggi,” terang Kepala BMH Perwakilan Maluku Utara Arif Ismail (18/8).
Kondisi itu menjadikan mereka tak pernah tersentuh penyaluran hewan kurban, sehingga pada saat BMH ke desa yang warganya pelaut tangguh itulah, mereka merasakan lezatnya masakan daging.
Hamadun, salah seorang warga desa menuturkan bahwa selama puluhan tahun sejak keberadaan desa tersebut sampai saat ini, belum pernah sama sekali warga menikmati daging kurban.
“Alhamdulillah baur ini kami melaksanakan ibadah kurban. Dan, sekarang inilah kami merasakan masakan daging,” ucapnya.
“Sejak moyang kami, sampai sekarang baru pertama kali menikmati Lebaran Idul Adha dengan hewan kurban sebanyak ini,” imbuh Hamadun penuh kebahagiaan.
Penyaluran hewan kurban ke Desa Dowora benar-benar menjadi berkah tersendiri bagi warga. “Alhamdulillah, setelah diguncang gempa kita dapat berlebaran. Inilah mungkin satu hikmahnya,” seloroh Hamadun yang disambut tawa warga lainnya.
Momentum Idul Adha yang sempurna dengan hewan kurban benar-benar menjadi kabar gembira bagi seluruh warga desa.
“Syukur, Alhamdulillah, kami sangat apresiasi dan ucapan terima kasih tak terhingga kepada BMH dan SAR Hidayatullah atas kepeduliaannya kepada warga Desa Dowora khususnya, dan desa-desa lainnya yang terdampak gempa. Kami tidak bisa membalas yang lebih, hanya berdoa semoga Allah membalas yang lebih baik, BMH semakin maju, semakin dipercaya masyarakat dan pahala amal ibadahnya terus mengalir kepada petugas BMH dan para donatur,” ungkap Kepala Desa Dowora, Eli Saleh.
Masyarakat Desa Dowora memang terkenal tangguh, sebab mereka hidup di sebuah pulau yang tidak menyediakan sumber air bersih.
“Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga Dowora harus menyeberang ke Halmahera, waktu tempuh enam jam pulang pergi,” tutup Arif Ismail.*/Herim