AdvertisementAdvertisement

Ustadz Nursyamsa Sampaikan Refleksi Sabar dan Ikhlas untuk Menjadi Generasi Pembelajar

Content Partner

DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Ketua Bidang Dakwah dan Pelayanan Umat (Yanmat) Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah, Ust. Drs. Nursyamsa Hadis, menekankan pentingnya memprioritaskan kesabaran dan keikhlasan dalam proses menuntut ilmu.

Hal itu disampaikan saat ia mengisi kajian pekanan Ramadan, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Ummul Quraa Pondok Pesantren Hidaytaullah Depok, Jawa Barat, Ahad, 9 Ramadhan 1446 (9/3/2025). Acara ini dimoderatori oleh Ustadz Zidny, salah seorang pengasuh santri Pondok Pesantren Hidayatullah.

Ustadz Nursyamsa membuka sesi dengan menjelaskan definisi kesabaran yang menjadi landasan utama bagi setiap pembelajar.

Beliau menggarisbawahi bahwa sikap batin yang tulus dan ketabahan dalam menghadapi tantangan belajar merupakan kunci untuk mengubah ilmu menjadi kekuatan transformatif, bukan sekadar pengetahuan pasif.

“Sebagai pembelajar haruslah sabar dan ikhlas, dengan keikhlasan maka akan mendatangkan kebahagiaan yang dapat mentransformasi ilmu,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ustadz Nursyamsa memaparkan pentingnya memahami makna bacaan-bacaan ibadah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai tuntunan dalam kehidupan.

Pada kesempatan tersebut, ia melakukan riset kecil terhadap beberapa jamaah yang hadir dan menemukan fakta bahwa hanya sedikit di antara mereka yang memahami arti bacaan dalam ibadah, seperti salat, dzikir, dan Al-Qur’an.

Temuan ini menjadi sorotan kritis bagi para pendidik. Menurutnya, ketidakpahaman terhadap makna bacaan tersebut menghambat akses mendalam terhadap ilmu pengetahuan.

“Hasilnya, hanya sedikit jamaah yang mengerti arti dalam setiap bacaan sebagai panduan ibadah. Inilah yang menjadi bahan evaluasi yang perlu dicermati oleh tenaga pendidik, jika tidak mengetahui arti bahkan makna dalam sebuah bacaan salat, dzikir, Al-Qur’an, dan sebagainya maka akan sulit mengakses ilmu pengetahuan secara mendalam,” paparnya.

Pelajar dan Pembelajar

Masih dalam materinya, Ustadz Nursyamsa menegaskan bahwa pemahaman makna adalah pintu masuk untuk menjiwai ilmu, bukan sekadar menghafalnya. Dalam konteks ini, Ustadz Nursyamsa membedakan antara “pelajar” dan “pembelajar”.

“Tidak akan ada perubahan jika kita memposisikan diri sebagai seorang pelajar yang sekadar menghafal, beda halnya dengan pembelajar yang mengamalkan bahkan menjiwai apa yang ia pelajari,” katanya.

Seorang pembelajar, menurutnya, tidak hanya mengumpulkan informasi, tetapi juga mengamalkan dan menganalisis ayat-ayat Al-Qur’an sebagai pedoman ilahi yang menawarkan kebenaran dan petunjuk hidup.

Namun, ia menyayangkan bahwa meskipun jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 245,97 juta jiwa atau 87,08% dari total populasi, umat Islam masih belum mampu memegang kendali stabil dalam memimpin bangsa.

“Mengapa kita tidak mampu memimpin, dikarenakan kita sudah puas dalam posisi seorang pelajar yang hanya mengumpulkan ilmu tanpa dikembangkan dengan mengetahui,” tegasnya.

Ia pun mengkritik kecenderungan pelajar yang berhenti pada tahap hafalan tanpa pengembangan, yang pada akhirnya melahirkan pola pikir berorientasi hawa nafsu dan rentan melahirkan praktik korupsi.

Selain itu, Ustadz Nursyamsa menyoroti pentingnya kesadaran sosial sebagai bagian integral dari seorang pembelajar, terutama di bulan Ramadan yang menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama.

“Seseorang yang selalu membina spiritualnya harus mampu mengembangkan pikirannya akan kepedulian terhadap sesama manusia,” tuturnya, seraya menegaskan bahwa ilmu yang sejati tidak hanya bersifat individual, tetapi juga memiliki dampak sosial yang nyata, seperti empati dan solidaritas.

Sebagai penutup, acara diwarnai sesi tanya jawab yang memungkinkan peserta dengan mentalitas ingin tahu untuk berinteraksi langsung dengan pemateri. Bagi mereka yang aktif, Ustadz Nursyamsa memberikan hadiah berupa buku lawas peninggalan pendiri Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said, sebagai simbol penghargaan terhadap semangat belajar.[]

(Laporan naskah oleh Faisal Daariy dan foto oleh Mercyvano Ihsan, santri kelas IX peserta kelompok Program Lifeskill Jurnalistik Sekolah Integral Hidayatullah Depok)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Rumah Qur’an Jayakarta sebagai Rumah Pemberdayaan Wujudkan Kemandirian Ekonomi Santri

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) -- Bulan Ramadan bukan sekadar waktu untuk memperbanyak ibadah, tetapi juga momentum untuk meningkatkan produktivitas. Rumah Qur'an...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img