JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Alhamdulillah, menyambut bulan suci Ramadhan 1440 yang tinggal beberapa hari, panitia pembangunan Masjid Baitul Karim Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah menggelar tasyakuran penggunaan perdana masjid tersebut yang ditandai dengan shalat Jum’at pertama dan ramah tamah di Jalan Cipinang Cempedak I/14 Otista Polonia, Jakarta, Jum’at (3/5/2019).
Hadir dalam kesempatan tersebut salah satu dari lima pendiri Hidayatullah Ust HA Hasan Ibrahim, MA, Ketua Umum DPP Hidayatullah Dr H Nashirul Haq beserta sejumlah jajaran, Ketua DPPU Hidayatullah Dr H Abdul Mannan, sesepuh Hidayatullah yang juga pewakaf H Andi Iman Loebis beserta keluarga dan tokoh sejumlah lainnya.
Pewakaf H Andi Iman Loebis mewakili keluarga besar dalam sambutannya menyampaikan rasa haru dan bahagia atas dimulainya penggunaan masjid yang menjadi cita-cita orangtuanya tersebut.
“Jagalah aset ini. Kembangkan aset ini, hasilnya untuk kita selama-lamanya,” kata Andi Iman Loebis haru seraya menitikkan air mata.
Andi lantas berkisah tentang tempat bersejarah ini. Dia menyebutkan, di awal tahun 1950-an, orangtuanya membeli komplek ini dari orang Belanda. Rumah tersebut terpaksa dibeli dengan kredit. Karena tidak bisa membeli secara kontan.
Namun, aneh bagi Andi, baru sehari menempati, sang ayah tiba tiba menyampaikan akan menyerahkan tempat tersebut untuk kepentingan dakwah di jalan Allah.
“Di malam pertama ibu dan ayah menempati rumah ini, ayah saya mengatakan, bahwa rumah ini akan dikembalikan kepada Allah. Ibu saya kaget. Ibu saya mengatakan, kita baru satu hari di sini, utang belum lunas, kok ayah berkata begitu,” kisah Andi.
Dalam perjalanan sesudah itu, rumah ini sempat disewakan kepada instansi pemerintah. Hasil sewanya lantas dipakai untuk membangun Masjid Ummul Quro’ di Pesantren Hidayatullah Cilodong (sekarang Depok).
“Tidak satu sen pun kami sekeluarga mengambil hasil sewa rumah ini. Seluruhnya kami wakafkan,” katanya.
Lebih lanjut, Andi mengungkap rasa syukur karena bertemu dengan seseorang yang kemudian membimbingnya lebih mengenal agama. Hal itu terjadi pada tahun 1987 saat ia naik haji.
“Saya bertemu dengan seorang yang menjadi sahabat hidup saya. Beliau ini banyak membimbing saya dalam kehidupan beragama. Tidak lain, dia adalah saudara saya, Abdul Mannan, yang datang dari “langit”,” ujarnya.
Andi mengatakan bersyukur kepada Allah telah bersahabat dan bersaudara dengan perintis Pesantren Hidayatullah Cilodong yang hingga kini melebar menjadi apa ada seperti sekarang.
Selepas shalat Jum’at, ratusan jamaah menyantap hidangan santap siang. Pada kesempatan tersebut jamaah mengirimkan doa kesembuhan kepada Bapak Tahtit Eko Susilo yang sedang kurang sehat sehingga tak dapat menghadiri acara tasyakuran sederhana tersebut. (ybh/hio)