ALLAH berfirman dalam Surat Muhammad ayat 7, yang berbunyi:
یَأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ یَنصُرۡكُمۡ وَیُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
Alhamdulillah. Pada hari Selasa (23/07/2019) pukul 13.50 WITA saya berbincang-bincang dengan Ustadz Muhammad Simuna dan Anang Ma’ruf di guest house Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah BTP Makassar, Sulawesi Selatan, seputar dakwah.
Ustadz kami, Muhammad Simuna yang berasal dari tanah Timur, tepatnya Flores, menceritakan tentang kehidupan beliau bergabung dalam dunia dakwah.
Beliau telah bergabung dengan omras dakwah itu sudah 20 tahun lamanya. Selama itu, telah banyak menemukan kesan tersendiri.
“Kehidupan kita di dalam agama Islam itu ibarat padi dan rumput, jika kita menanam padi (kehidupan akhirat) maka rumput pun akan ikut tumbuh (kehidupan dunia). Akan tetapi jika kita menanam rumput saja maka padi enggak bakalan bisa tumbuh,” ungkapnya.
Sang ustadz melanjutkan ceritanya bisa sampai ke Pulau Sulawesi yang terkenal dengan sosok Sultan Hasanuddin-nya.
Ia mengaku, dengan aktif berdakwah, salah satu hikmahnya bisa berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk Sulawesi yang jaraknya tidak dekat dengan kampungnya di Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Allah masih memberikan saya kesempatan untuk bergabung di Hidayatullah,” ungkapnya mensyukuri perjalanan dakwahnya.
Cerita lain disampaikan oleh ustad kami Anang Ma’ruf, yang mengaku senang bisa terjun ke dunia dakwah.
“Alhamdulillah kita bisa menolong agama Allah dengan cara berdakwah, karena Allah sudah berjanji di dalam Al-Qur’an seperti di dalam Surah Muhammad ayat: 7 yang artinya, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.’,” tuturnya.
Sang ustadz diamanahi tugas dakwah di Papua. Ia juga mengatakan bahwa kalau bukan karena dakwah lillah mungkin ia tidak bisa seperti itu.
“Alhamdulillah, dengan bergabungnya saya ke pesantren, kami diberikan kesempatan pergi umrah, padahal umrah ini tidak disangka-sangka. Belum tentu orang yang hartanya lebih banyak bisa pergi umrah, mungkin hartanya didapatkan dengan cara tidak halal. Akan tetapi saya yang pendapatannya tidak terlalu besar bisa mendapatkan kesempatan umrah,” ungkapnya sekadar mengilustrasikan salah satu hikmah terjun sebagai dai.
Maka dengan berbincangan ini, kami dapat mengambil beberapa pelajaran bahwa Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya yang mengurus agama Allah ini kehidupannya menjadi sia-sia. Tidak akan.
Kemudian, rezeki halal walaupun sedikit akan terasa keberkahannya. Dan pelajaran lainnya adalah kita harus sabar dalam berdakwah.*/Mujahid, santri asal Balikpapan