AdvertisementAdvertisement

Renungkanlah Betapa Pengasihnya Allah Ta’ala

Content Partner

KASIH sayang Allah Ta’ala sangatlah menakjubkan. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Abu Hurairah, dinyatakan bahwa Allah membagi rahmat-Nya menjadi 100 bagian; 99 bagian ditahan di sisi-Nya sementara satu bagian sisanya ditebarkan ke dalam jiwa seluruh makhluk.

Dengan satu bagian itulah hewan-hewan paling buas sekali pun akan menyayangi anak-anaknya. Maka, walau banyak makhluk-Nya berbuat durjana dan menumpuk dosa, betapa sering hukuman untuk mereka ditangguhkan.

Seandainya Allah adalah Tuhan yang mudah tersulut murka-Nya, tentu alam ini sudah sangat-amat lama berakhir. Allah berfirman,

“Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mempercepatnya.” (QS. An-Nahl: 61).

Ayat senada juga terdapat di penghujung surah Fathir.

Diantara hikmah di balik penangguhan tersebut adalah memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk berubah dan memperbaiki diri.

Di dalam kitab tafsirnya, Syaikh Muhammad ‘Izzat Darwazah mencatat sejumlah ayat yang secara eksplisit menyatakan bahwa orang-orang kafir yang memusuhi dakwah Rasulullah akan dikunci mati hatinya dan diancam dengan neraka, misalnya surah al-A’raf ayat 30 dan 99-102. Namun, banyak diantara pembesar kaum kafir yang akhirnya insyaf dan berbalik menjadi pembela-pembela Islam yang tangguh.

Untuk diketahui, surah al-A’raf diturunkan pada pertengahan Periode Makkah, urutan penurunan ke-39, setelah surah Shaad dan sebelum al-Jinn. Jelas pada masa itu masih banyak tokoh kafir Quraisy yang bersikukuh mempertahankan kekafirannya, seperti Abu Sufyan dan anaknya Mu’awiyah, Akhnas bin Syariq, ‘Amr bin ‘Ash, Jubair bin Muth’im, ‘Ikrimah bin Abi Jahal, Khalid bin Walid, dan masih banyak lagi.

Mereka inilah para provokator dan dedengkot kaum kafir yang sangat keras memusuhi dakwah Islam. Dengan kata lain, merekalah figur-figur nyata yang secara umum maupun khusus ditunjuk oleh ayat-ayat surah al-A’raf diatas. Tetapi, akhirnya mereka masuk Islam dan menunjukkan prestasi-prestasi besar sebagai seorang muslim.

Sejarah mencatat bahwa sebagian besar mereka baru bersedia menerima Islam pada tahun terjadinya Fathu Makkah (Penaklukan Mekkah), yakni tahun 8 Hijriyah. Artinya mereka baru insyaf setelah melalui tidak kurang dari 21 tahun rentetan dialog, debat, pertikaian, bahkan pertumpahan darah dan pengorbanan harta maupun jiwa.

Selama 13 tahun dakwah Rasulullah di Makkah, mereka tidak mau menerima seruan beliau dan bahkan mengusirnya. Tidak cukup sampai di situ, mereka pun berusaha menumpas beliau dan para Sahabatnya.

Seribu orang bersenjata lengkap mereka kirim ke Badar, tiga ribu orang berikutnya mereka berangkatkan ke Uhud, dan akhirnya sepuluh ribu orang dari seluruh Jazirah Arab turut berjibaku bersama mereka dalam Perang Khandaq. Jelas, permusuhan seperti ini bukan sandiwara atau iseng, tapi benar-benar serius dan sangat mengerikan.

Akan tetapi, ketika mereka mau sedikit merenung dan menyingkirkan kesombongan-kesombongan dari hatinya, tiba-tiba saja hakikat kebenaran Islam terpampang di depan matanya secara gilang-gemilang. Maka, dengan segenap jiwa raga pula mereka beriman dan memperjuangkan agama barunya. Mereka menebus dosa-dosanya di masa silam dengan menjayakan kalimah Allah semaksimal yang mereka mampu. Sejarah pun telah mencatat dan mengabadikannya.

Bayangkanlah seandainya Allah adalah Dzat yang langsung menghukum tanpa memberi kesempatan dan tempo; apakah kita akan mengenal Khalid bin Walid yang dengan gagah-perkasa menjungkirkan balatentara Kekaisaran Persia, satu diantara dua negara adidaya di masa itu? Apakah kita akan mengenal ‘Amr bin ‘Ash yang telah memporak-porandakan garnisun-garnisun Kekaisaran Romawi di Mesir dan Alexandria, sekaligus merebut jajahan Romawi yang paling makmur di sepanjang pesisir Laut Tengah?

Bahkan, kita pun tidak akan mengenal ‘Umar bin Khattab, khalifah kedua kaum muslimin yang namanya menggentarkan seluruh raja dan penguasa kafir di sekitarnya. Bukankah ‘Umar dulunya merupakan penentang Islam yang sangat keras, sebelum akhirnya sadar dan bersyahadat?

Maka, janganlah berputus asa dari rahmat dan pengampunan Allah. Pintu taubat-Nya senantiasa terbuka selama nafas belum sampai kerongkongan, dan sebelum matahari terbit dari barat. Allah berfirman,

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Kembalilah kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu (yakni, Al-Qur’an) sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya.” (QS. Az-Zumar: 53-55).

Demikianlah, Allah menunjukkan kepada kita bahwa penangguhan hukuman bagi kaum kafir adalah cermin kasih sayang-Nya yang menakjubkan. Semoga saja mereka mau berubah dan memperbaiki diri. Bukankah Allah pasti punya rencana atas pilihan-Nya?

Sekarang, menjadi tugas kita untuk mencontoh kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Maka, kita pun harus mengasihi orang-orang kafir itu, bukan dalam pengertian loyalitas, tetapi kasihan.

Kita merasa kasihan kepada mereka karena hidupnya pasti sia-sia, akibat belum beriman dan mengenal syariat. Maka, kita harus terus-menerus mendakwahi mereka dan menyiapkan sarana agar hidayah Allah masuk menembus jantungnya. Wallahu a’lam.

Ust. M. Alimin Mukhtar

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Membangun Generasi Islami Berdaya melalui Pesantren Masyarakat Cibuntu

KUNINGAN (Hidayatullah.or.id) -- Pengurus Persaudaraan Dai Indonesia (PosDai) baru-baru ini melakukan anjangsana silaturrahim ke komunitas warga binaan Pesantren Masyarakat...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img