ISTIGHFAR bukan sekedar Allah memaafkan kesalahan-kesalahan seorang hamba, bukan memutihkan noda-noda dosa, bukan hanya menghapus dan menutupi aib-aib hamba. Tapi ada hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal dari sahabat Ibnu Abbas sebagaimana berikut.
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أكْثَرَ مِنَ الاسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang memperbanyak istighfar maka Allah akan menjadikan untuknya kelapangan dari setiap kegundahan, jalan keluar dari setiap kesempitan, dan Dia memberikan rezeki untuknya dari jalan yang tidak terduga”
Jaminan Rasulullah ini diperuntukkan kepada siapa saja yang beristighfar, entah berdosa ataupun tidak berdosa maka janji Allah luar biasa di hadist di atas. Jadi istighfar bukan khusus untuk pendosa tapi bagi semua hamba yang ingin mendapatkan kelapangan, jalan keluar dari problematika kehidupannya dan rezeki yang datangnya tidak terduga.
Kemudian, membahas tentang istighfar pada waktu sahur, ada dua ayat yang diabadikan Allah dalam firman-Nya; Surat Ali Imran ayat 17,
ٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْمُنفِقِينَ وَٱلْمُسْتَغْفِرِينَ بِٱلْأَسْحَارِ
“(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur”
Surat Adz-Dzariyat ayat 18:
وَبِٱلْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.”
Kedua ayat ini sama-sama menyebutkan salah satu amalan orang yang dijanjikan surga; beristighfar pada waktu sahur. Tentu bagi orang beriman mengundang penasaran dan pertanyaan, apa rahasia dari istighfar di waktu sahur sehingga beristighfar pada waktu itu berbuah surga.
Syaikh Al-Sa’di –dalam tafsirnya- menjelaskan tentang prakteknya, “Maka mereka memperpanjang shalat sampai waktu sahur. Kemudian mereka menutup shalat malamnya dengan duduk beristighfar kepada Allah layaknya istighfar seorang mudznid (pendosa) untuk dosanya. Istighfar di waktu sahur ini memiliki keutamaan dan keistimewaan yang tidak dimiliki waktu selainnya.”
Anjuran untuk memperbanyak istighfar di waktu sahur juga selaras dengan sabda Nabi berikut:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَه يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Pada setiap malam, Allah ta’ala turun ke langit dunia, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman: “Siapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri. Dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Untuk itu, semoga kita tidak sia-siakan kesempatan besar ini. Allah telah menawarkan diri-Nya kepada para hamba-Nya untuk memberikan ampunan kepada siapa yang memohon ampun kepada-Nya di waktu sahur.
Ibnu Hajar juga menjelaskan hadits di atas,
أن آخر الليل أفضل للدعاء والاستغفار ويشهد له قوله تعالى والمستغفرين بالأسحار وأن الدعاء في ذلك الوقت مجاب
“Bahwa akhir malam sangat afdhal untuk berdoa dan beristighfar. Dalilnya firman Allah (yang artinya) ‘yaitu orang-orang yang rajin beristighfar di waktu sahur.’ Dan bahwa doa di waktu sahur itu mustajab.” (Fathul Bari, 3/31).
Sebenarnya istighfar bisa kapan saja, tidak ada batasan waktu tapi ada waktu khusus dan Istimewa untuk istighfar yaitu waktu sahur. Tepatnya waktu sahur dan Allah secara khusus di dua ayat di atas.
Dinamakan Sahur sebab ia berada pada waktu Sahar (سحر). Kata sahar satu akar dengan kata sihir, yang bermakna memperdaya. Sebab pada waktu tersebut terjadi peralihan waktu antara malam dan pagi secara sangat samar, sehingga dapat memperdaya mata siapapun yang tak jeli melihatnya. Tak heran apabila ada orang yang mengira waktu masih malam namun sebenarnya fajar telah menyingsing.
Waktu sahur dimulai dari waktu tengah malam hingga menjelang shalat Subuh. Bukan awal malam seperti setelah shalat Isya, tapi dari tengah malam. Ada yang mengatakan awal waktu sahur adalah sepertiga malam terakhir.
Kemudian tentang akhir waktu sahur, empat Imam madzhab berpendapat waktu sahur itu berakhir ketika telah terbit fajar shadiq (thulu’ al-fajr al-shadiq).
“Kata الْأَسْحَار menurut Sayyid Qutb memiliki makna pada waktu sahur itu sendiri yang mengambarkan situasi pada waktu malam menjelang fajar. Saat yang sepi dan hening, menimbulkan nuansa kelembutan hati dan ketenangan jiwa, dan tercurahlah semua perasaan serta getaran kerinduan yang tertahan dalam hati.
Nashir Makarim Asy-Syairazi dalam kitabnya ‘Al-Amtsal fî Tafsîri KitâbillÂh Al-Munazzal’ juga menjelaskan dengan mengawali sebuah pertanyaan, mengapa orang-orang beriman diisyaratkan oleh Allah untuk istighfar khususnya pada waktu sahur, dari semua sepanjang hari dari siang-malam, padahal istighfar dan dzikir itu dituntut pada tiap waktu? Itu disebabkan oleh keistimewaan dari waktu sahur yang berbeda dengan waktu-waktu yang lain.
Waktu sahur adalah waktu tenang, hening, dan jauh dari aktivitas-aktivitas yang bersifat materi, dan juga karena semangat yang dirasakan seseorang setelah bangun dari istirahat dan tidurnya. Waktu yang jauh dari kebisingan dan kerumitan hidup.
Waktu sahur menjadikan seseorang lebih siap menghadap Allah. Inilah yang bisa dicerna sesuai dengan pengalaman. Sehingga beberapa ulama ada yang mengoptimalkan waktu sahur ini untuk memecahkan masalah-masalah ilmiah.
Jadi, cahaya berfikir dan ruh manusia itu lebih berpendar dan memancar pada waktu tersebut, dibanding waktu kapan pun. Dan, juga karena ruh ibadah dan istighfar adalah menghadapkan dan menghadirkan hati, maka ibadah dan istighfar pada waktu ini lebih agung dari waktu kapan pun.
Keutamaan istighfar pada waktu sahur ini karena saat itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala turun di langit dunia. Allah membuka selebar-lebarnya pintu rahmah, ampunan, dan kemurahan-Nya bagi hamba yang mau berdoa dan memohon ampun.
Waktu sahur adalah waktu yang istimewa karena banyak orang terlelap dengan tidurnya, terlalaikan dengan istirahatnya dan sebagian ada terburu-buru mengejar aktifitas kehidupan dunia. Maka di waktu sahur inilah yang paling tepat untuk intropeksi atau muhasabah diri atas segala dosa dan kesalahan, lalu disempurnakan dengan istighfar.
Jika dianalogikan dengan jalan raya, istilah waktu sahur adalah ibarat jalan tol transportasi khusus di tengah malam yang tidak banyak halangan. Jalannya halus dan mulus, tidak banyak tikungan dan nyaman berkendara. Tentu tidak semua kendaraan bisa lewat jalan tol kecuali punya e-Toll.
Ibarat sinyal, maka di waktu sahur bisa komunikasi tanpa batas dengan Allah dan tanpa gangguan sinyal. Ketika calling atau kirim pesan maka langsung dijawab karena sangat jelas panggilan dan pesannya.
Menyala cahaya hati orang-orang yang istighfar di waktu sahur. Meskipun berada di malam yang gelap gulita dan sepi sunyi. Istighfar di waktu sahur sangat mengena dan mendapatkan perhatian khusus dari Allah.
Perpaduan istighfarnya sendiri sebagai amalan yang istimewa, waktunya juga Istimewa, suasana hati kondusif untuk khusyuk, alam semesta juga mendukung.
Rumus normalnya, setiap amalan yang memiliki kedudukan istimewa dan memberikan banyak faedah maka tantangan dan godaannya pasti berat. Demikian juga istighfar di waktu sahur sebagai kesempatan emas (golden time), tidak banyak orang yang bisa komitmen dan konsisten kecuali yang diberikan hidayah dan mau bermujahadah.
Langkah Langkah
Agar bisa istiqomah dalam memperbanyak istighfar di waktu sahur, berikut ikhtiar langkah-langkah yang dapat diterapkan:
1. Mendalami Keutamaan Istighfar
Mulailah dengan memahami keutamaan dan manfaat istighfar agar hati tergerak untuk rutin melakukannya. Istighfar bukan hanya penghapus dosa, tetapi juga membuka pintu rezeki dan ketenangan jiwa. Pelajari ayat-ayat dan hadis terkait seperti dalam QS. Ali Imran: 17 yang menyebut keutamaan beristighfar di waktu sahur.
2. Mengingat Dosa dan Kesalahan yang Pernah Dilakukan
Refleksi atas dosa masa lalu dapat meningkatkan kesadaran untuk memperbaiki diri. Ini akan memperdalam rasa penyesalan yang menjadi motivasi untuk beristighfar lebih banyak dan tulus.
3. Menentukan Target Istighfar
Buat target harian atau mingguan yang jelas, misalnya membaca istighfar 100 kali saat sahur. Target ini akan memberi dorongan khusus untuk mencapainya, menjadikannya bagian dari rutinitas yang lebih terstruktur dan konsisten.
4. Menyiapkan Alat Bantu
Gunakan alat seperti tasbih fisik atau digital untuk membantu menghitung dan meningkatkan konsistensi. Beberapa orang merasa lebih nyaman menghitung dengan jari, tetapi menggunakan alat tasbih dapat memudahkan pencapaian target istighfar yang tinggi.
Dengan konsistensi dalam langkah-langkah ini, diharapkan istighfar di waktu sahur bisa menjadi kebiasaan yang berkelanjutan, memberikan dampak positif dalam kehidupan sehari-hari.[]
*) Ust. Dr. Abdul Ghofar Hadi, penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal I Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah