AMALAN pagi berikutnya setelah shalat sunnah fajar adalah shalat shubuh berjamaah di masjid. Sebelumnya telah diterangkan keutamaan shalat sunnah qabliyah shubuh yang lebih baik daripada dunia beserta isinya.
Shalat subuh berjamaah di masjid adalah amalan yang tidak ringan, tidak semua orang bisa melaksanakan secara istiqamah. Perlu tekad kuat, kerja keras dan tentu munajat kepada Allah SWT.
Setan-pun berupaya semaksimal mungkin untuk menghalangi orang orang beriman bisa bangun pagi dan berangkat ke masjid untuk shalat subuh berjamaah.
Diceritakan dalam sebuah kisah hikmah tentang sosok pemuda yang shaleh. Madinah sedang dingin pada shubuh itu. Gelap menyelimuti jalanan yang lengang, hanya cahaya bintang yang menari-nari di atas langit.
Tampaklah seorang pemuda, hatinya penuh rindu. Ia bersiap untuk pergi ke Masjid Nabawi, tempat di mana ia merasa damai bersama Tuhannya. Pemuda itu dikenal shalih, kecintaannya pada masjid seakan tak pernah surut.
Setelah berwudhu dan mengenakan pakaian bersih, ia melangkah keluar. Hawa dingin menyengat kulitnya, namun semangatnya untuk shalat berjamaah tak tergoyahkan.
Namun, di tengah jalan yang gelap, langkahnya terhenti mendadak. Kaki tergelincir. Tubuhnya terjerembab ke dalam genangan air berlumpur. Pakaiannya basah, kotor. Ia bangkit, mengusap debu, dan memutuskan kembali ke rumah untuk membersihkan diri.
Beberapa saat kemudian, dengan pakaian bersih, ia kembali menyusuri jalan yang sama. Gelap masih menyelimuti. Namun, takdir seolah sedang mengujinya. Untuk kedua kalinya, ia terjatuh di tempat yang sama.
Kali ini lebih basah, lebih kotor. Pemuda itu terdiam sesaat, namun tak menyerah. Ia pulang lagi, mengganti pakaiannya, lalu berangkat sekali lagi.
Ketika ia melangkah untuk ketiga kalinya, sesuatu berbeda. Di ujung jalan, ia melihat cahaya samar mendekat. Seorang kakek tua, membawa lampu, muncul dari kegelapan. “Dari mana Anda?” tanyanya dengan rasa ingin tahu.
Sang kakek menjawab lembut, “Aku melihatmu jatuh dua kali. Aku datang untuk menerangi jalanmu.”
Pemuda itu tersenyum penuh syukur. Mereka berjalan bersama menuju Masjid Nabawi. Setibanya di masjid, pemuda itu mengajak sang kakek untuk shalat berjamaah. Tapi ajakan itu ditolak dengan halus. Rasa heran mulai menyelimuti pemuda itu. “Kenapa Anda tidak mau shalat bersama saya?”
Sang kakek terdiam sesaat sebelum menjawab, “Karena aku bukan manusia. Aku adalah iblis.”
Pemuda itu terpaku. Tubuhnya bergetar. Udara dingin terasa menusuk lebih dalam. “Kenapa kau membantuku?” tanyanya akhirnya, suaranya hampir berbisik.
Iblis menjawab dengan lirih namun tegas, “Aku yang menjatuhkanmu tadi. Aku berharap kau menyerah, berhenti berangkat ke masjid. Tapi kau tidak menyerah”.
“Pertama kali kau jatuh dan kembali, Allah mengampuni seluruh dosamu. Ketika kau jatuh kedua kalinya dan tetap kembali, Allah mengampuni dosa keluargamu. Aku takut jika aku menjatuhkanmu lagi, Allah akan mengampuni seluruh dosa penduduk kampungmu. Maka aku pastikan kau tiba di masjid tanpa halangan.”
Itulah kisah seorang pemuda shalih yang berusaha istiqamah melangkahkan kakinya menuju rumah Allah untuk beribadah kepada-Nya.
Meski belum diketahui keshahihan dan sumber otentiknya, kisah ini mensinyalir betapa dahsyatnya usaha setan mencegah kita merebut keutamaan shalat shubuh. Seperti juga telah diingatkan Rasulullah SAW:
ŁŁŲ¹ŁŁŁ Ų§ŲØŁŁŁ Ł ŁŲ³ŁŲ¹ŁŁŁŲÆŁ ā Ų±ŁŲ¶ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁ ā Ų ŁŁŲ§ŁŁ : Ų°ŁŁŁŲ±Ł Ų¹ŁŁŁŲÆŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ā ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ł ā Ų±ŁŲ¬ŁŁŁ ŁŁŲ§Ł Ł ŁŁŁŁŁŁŲ©Ł ŲŁŲŖŁŁŁ Ų£ŁŲµŁŲØŁŲŁ Ų ŁŁŲ§ŁŁ : (( Ų°ŁŲ§ŁŁ Ų±ŁŲ¬ŁŁŁ ŲØŁŲ§ŁŁ Ų§ŁŲ“ŁŁŁŲ·ŁŲ§ŁŁ ŁŁŁ Ų£ŁŲ°ŁŁŁŁŁŁŁ ā Ų£ŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ : ŁŁ Ų£ŁŲ°ŁŁŁŁŁ ā )) Ł ŁŲŖŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ
Ibnu Masāud radhiyallahu āanhu berkata, āDi hadapan Nabi shallallahu āalaihi wa sallam disebutkan tentang seorang lelaki yang tidur semalaman sampai waktu pagi. Rasulullah shallallahu āalaihi wa sallam pun bersabda, āLaki-laki itu telah dikencingi setan pada kedua telinganya.āāatau beliau bersabda, āPada telinganyaāā.” (Muttafaqun āalaih)
Shubuh adalah awal dari kemenangan orang beriman, maka yang pertama harus dikalahkan adalah rasa kantuk sendiri, rasa malas atau kebiasaan mau menunda-nunda.
Kalau dapat menaklukkan kebiasaan tersebut dan bisa shalat shubuh berjamaah di masjid maka itu awal pagi yang baik untuk memulai hari dengan baik. Selanjutnya, akan diiringi banyak kebaikan sepanjang hari.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, āPagi hari bagi seseorang itu seperti waktu muda dan akhir harinya seperti waktu tuanya.ā
Rasulullah menjelaskan, barangsiapa yang tidak bangun di pagi hari,
Ų¹ŁŁŁ Ų£ŁŲØŁŁ ŁŁŲ±ŁŁŁŲ±ŁŲ©Ł : { ŁŁŲØŁŁŁŲŗŁ ŲØŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŲ¹ŁŁŁŲÆŁ Ų§ŁŲ“ŁŁŁŁŲ·ŁŲ§ŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŁŁŲ©Ł Ų±ŁŲ£ŁŲ³Ł Ų£ŁŲŁŲÆŁŁŁŁ Ł Ų«ŁŁŁŲ§Ų«Ł Ų¹ŁŁŁŲÆŁ Ų„ŁŲ°ŁŲ§ ŁŁŲ§Ł Ł ŲØŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŲÆŁŲ©Ł ŁŁŲ¶ŁŲ±ŁŲØŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁŁŲ§ Ų·ŁŁŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲ„ŁŲ°ŁŲ§ Ų§Ų³ŁŲŖŁŁŁŁŁŲøŁ ŁŁŲ°ŁŁŁŲ±Ł Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲŁŁŁŁŲŖŁ Ų¹ŁŁŁŲÆŁŲ©Ł ŁŁŲ„ŁŲ°ŁŲ§ ŲŖŁŁŁŲ¶ŁŁŲ£Ł Ų§ŁŁŲŁŁŁŁŲŖŁ Ų¹ŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŲÆŁŲŖŁŲ§ŁŁ ŁŁŲ„ŁŲ°ŁŲ§ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲŁŁŁŁŲŖŁ Ų§ŁŁŲ¹ŁŁŁŲÆŁ ŁŁŲ£ŁŲµŁŲØŁŲŁ ŁŁŲ“ŁŁŲ·ŁŲ§ Ų·ŁŁŁŁŲØŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁŲ³Ł ŁŁ Ų„ŁŁŁŁŲ§ Ų£ŁŲµŁŲØŁŲŁ Ų®ŁŲØŁŁŲ«Ł Ų§ŁŁŁŁŁŁŲ³Ł ŁŁŲ³ŁŁŁŲ§ŁŁ}.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu āanhu bahwa Nabi shollallahu āalaih wa sallam bersabda: āSetan akan mengikat tengkuk salah seorang dari kalian saat tidur dengan tiga ikatan ia akan membisikkan kepadamu bahwa malam masih panjang, jika ia terbangun lalu berdzikir pada Allah lepaslah satu ikatan, jika ia berwudlu maka lepaslah dua ikatan, dan jika ia melanjutkan dengan sholat, maka lepaslah seluruh ikatan itu, sehingga pada pagi harinya ia mulai dengan penuh kesemangatan dan jiwanya pun sehat, namun jika tidak, maka dia akan memasuki waktu pagi dengan jiwa yang keji dan penuh kemalasan.ā [HR Bukhari]
Sangat beruntung sekali orang yang bisa bangun di waktu shubuh lalu bisa melaksanakan shalat shubuh berjamaah di masjid. Bisa mengalahkan setan dengan melepaskan tiga ikatan yang menghalangi manusia menjalankan ketaatan di waktu shubuh. Tidak mudah bisa terbebas dari jeratan setan karena godaan membawa kesenangan yaitu tidur pagi hingga siang bolong.
Bangun shalat shubuh adalah kenikmatan luar biasa yang tidak diberikan kepada orang-orang biasa. Karena bisa terpilih dari sekian hamba yang terlelap tidak bisa bangun dari tidurnya.
Terpilih juga dari banyak hamba yang bangun shubuh tapi tidak tergerak hatinya menuju panggilan Allah untuk melaksanakan shalat shubuh. Dari sekian yang melaksanakan shalat shubuh, tidak semua tergerak melangkahkan kaki ke rumah Allah (masjid) untuk shalat shubuh berjamaah.
Betapa banyak orang yang terlelap tidurnya dan tidak bisa shalat shubuh, berapa banyak orang yang matanya sudah terbuka dan terjaga tapi mendengar panggilan adzan “hayya alash sholah” (ayo shalat) tapi hatinya tidak terpanggil.
Maka, kenikmatan besar luar biasa, jika bisa bangun tidur di waktu shubuh dan terpanggil melaksanakan shalat shubuh berjamaah di masjid. Harus disyukuri, agar bisa istiqamah dan Allah menambah kenikmatan ketaatan tersebut.
Rasulullah bersabda dalam hadist dari Abu Hurairah:
ŁŁŲ³ ŲµŁŲ§Ų© Ų£Ų«ŁŁ Ų¹ŁŁ Ų§ŁŁ ŁŲ§ŁŁŁŁ Ł Ł Ų§ŁŁŲ¬Ų± ŁŲ§ŁŲ¹Ų“Ų§Ų”Ų ŁŁŁ ŁŲ¹ŁŁ ŁŁ Ł Ų§ ŁŁŁŁ Ų§Ų ŁŲ£ŲŖŁŁŁŁ Ų§ ŁŁŁ ŲŲØŁŁŲ§Ų ŁŁŁŲÆ ŁŁ Ł ŲŖŁ Ų£Ł Ų¢Ł ŁŲ±Ł Ų§ŁŁ Ų¤Ų°ŁŁŁ ŁŁŁŁŁŁ Ų Ų«Ł Ų¢Ų®ŁŲ°Ł Ų“ŁŲ¹ŁŲ§Ł Ł Ł Ų§ŁŁŲ§Ų±Ų ŁŲ£ŲŲ±ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁ Ł Ł ŁŲ§ ŁŲ®Ų±Ų¬ Ų„ŁŁ Ų§ŁŲµŁŲ§Ų© ŲØŲ¹ŲÆ
āTidak ada Shalat yang lebih berat (dilaksanakan) bagi orang munafik daripada shalat Subuh dan Isya. Seandainya mereka tahu (keutamaan) yang terdapat di dalamnya, niscaya mereka akan melakukannya kendati dengan merangkak. Sungguh aku telah hendak memerintahkan kepada petugas azan untuk iqamat (Shalat) kemudian aku mengambil bara api dan membakar (rumah) orang yang belum tidak keluar melaksanakan Shalat (di masjid)ā (HR. Bukhari-Muslim, dari Abu Hurairah)
Hadist di atas memiliki beberapa pelajaran: Pertama, untuk menghilangkan sifat munafik dengan shalat Shubuh berjamaah. Munafik adalah sifat yang paling dibenci oleh Allah dan diancam di akherat nanti dimasukkan di dasarnya neraka.
Sebenarnya, mengerjakan semua shalat itu berat bagi orang munafik. Pekerjaan paling berat bagi orang munafik adalah shalat, apalagi harus lima kali sehari dan berjamaah lagi di masjid.
Karena, pada dasarnya, orang munafik itu malas untuk mengerjakan shalat. Mengapa malas, karena tidak yakin 100% tentang janji Allah dan Rasulullah. Mengapa mereka tetap shalat, karena takut juga dibilang kafir oleh orang-orang di sekitarnya.
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
Ų„ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁ ŁŁŁŲ§ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ®ŁŲ§ŲÆŁŲ¹ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁŁ Ų®ŁŲ§ŲÆŁŲ¹ŁŁŁŁ Ł ŁŁŲ„ŁŲ°ŁŲ§ ŁŁŲ§Ł ŁŁŲ§ Ų„ŁŁŁŁ Ų§ŁŲµŁŁŁŁŲ§Ų©Ł ŁŁŲ§Ł ŁŁŲ§ ŁŁŲ³ŁŲ§ŁŁŁŁ° ŁŁŲ±ŁŲ§Ų”ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲ§Ų³Ł ŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲ°ŁŁŁŲ±ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų„ŁŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁŁŲ§
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu AllĆ¢h, dan AllĆ¢h akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut AllĆ¢h Azza wa Jalla kecuali sedikit sekali” [QS. An-Nisaa:142]
Shalat shubuh berjamaah di masjid adalah shalat yang berat bagi orang munafik. Karena ini waktu yang paling enak, nikmat, dan nyenyak untuk tidur dengan mimpi-mimpi indahnya. Apalagi sebelumnya begadang dengan makan yang kenyang maka semakin berat dan banyak alasan bagi orang munafik untuk ke masjid.
Waktu shubuh tidak bisa berpura-pura rajin, terlalu berat untuk terus bersandiwara setiap waktu shubuh. Inilah yang menjadikan berat bagi orang-orang munafik untuk shalat shubuh berjamaah di masjid.
Kedua, banyak keutamaan dan kebaikan shubuh berjamaah di masjid yang Allah rahasiakan. Jika Allah buka sedikit saja, maka orang akan berlomba dan berusaha sekuat tenaga meskipun harus dengan merangkak. Bagi orang munafik atau orang yang kurang yakin dengan janji Allah, tentu tidak menarik kebaikan yang tidak kelihatan oleh mata mereka.
Sebagaimana diketahui bahwa shalat subuh adalah shalat yang paling sulit ditunaikan, karena subuh adalah saat masih gelap dan dingin. Jika shalat subuh bisa ditunaikan maka shalat lainnya pastilah akan mudah ditunaikan.
Ketiga, Rasulullah mengancam membakar rumah bagi orang yang tidak ke masjid, saking pentingnya shalat berjamaah. Ini bentuk keseriusan terhadap orang-orang yang melalaikan shalat shubuh berjamaah di masjid dan memilih tinggal di rumah.
Mungkin lebih baik terbakar rumahnya di dunia dibandingkan terbakar dengan api neraka di akherat karena melalaikan kewajiban shalat shubuh.
*) Ust. Dr. Abdul Ghofar Hadi, penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal I Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah