AdvertisementAdvertisement

Peran Penting Ibu dan Gizi Seimbang dalam Membangun Keluarga Berketahanan

Content Partner

DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Peran seorang ibu memiliki pengaruh besar dalam ketahanan keluarga. Ibu sebagai pendidik, ibu sebagai pelindung, ibu sebagai manajer, dan lain sebagainya. Pemahaman akan pentingnya keseimbangan gizi keluarga juga menjadi salah satu faktor penentu ketahanan keluarga.

Berangkat dari latar belakang tersebut, Muslimat Hidayatullah (Mushida) menggelar acara seminar bertajuk Kajian Ukhuwah dengan mengusung tema “Peran Kesehatan dan Gizi Keluarga Dalam Membangun Keluarga yang Berketahanan” pada Sabtu, 24 Dzulqaidah 1445 (1/6/ 2024).

Seminar yang dilaksanakan secara hybrid bertempat di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok ini menghadirkan narasumber di antaranya, Dr. dr. Agus Rahmadi, M. Biomed, MA, Ph.D. (Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA) dan dr. Fitryani, M.Kes., SpGK. (Dokter Spesialis Gizi).

Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat (PP) Mushida, Sarah Zakiyah, dalam sambutannya mengantar acara ini menyampaikan bahwa concern Muslimat Hidayatullah adalah membangun ketahahanan keluarga.

“Keluarga Qur’ani bukan hanya yang membaca Qur’an namun juga yang mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Sarah.

Menurutnya, makanan adalah kebutuhan primer. Ibu sebagai manajer keluarga harus memahami ilmu tentang kesehatan dan gizi keluarga.

“Sebagai follow up seminar ini, semoga selanjutnya Muslimat Hidayatullah dapat menghadirkan program-program, untuk menjaga ketahanan keluarga dengan memperhatikan gizi seimbang dalam keluarga,” harap Sarah.

Menyikapi Sakit

Dalam paparannya, Dr. dr. Agus Rahmadi, M. Biomed, MA, Ph.D. sebagai narasumber pertama menyebutkan bahwa ketika seseorang sakit, maka hal yang pertama yang harus diingat adalah Allah Ta’ala.

dr. Agus lantas mengutip firman Allah Ta’ala dalam Al Qur’an surah Asy-Syuara ayat 80 yang artinya: “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”.

“Pola hidup sehat dengan memperhatikan pola pikir, pola makan, pola tidur, dan pola sikap,” jelas dr. Agus.

Yang kedua, jelasnya, adalah dengan menerapkan pola pikir untuk tidak mudah stress dan selalu tersenyum. Hal itu disampaikan sambil mengutip sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang memerintahkan umatnya untuk tersenyum: “Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah,” (HR. At-Tirmidzi No. 1879)

Narasumber yang merupakan seorang Dokter Praktek ini menuturkan pengalamannya memberikan saran kepada pasien agar selalu tersenyum untuk menurunkan tensi.

Dia menyebutkan, senyum minimal 20 kali dalam 20 detik. Senyum bisa mengontrol tensi, karena senyum menghasilkan endorfin.

“Tubuh menghasilkan hormon endorfin yang berperan sebagai pereda sakit alami. Hormon ini juga diketahui dapat meningkatkan suasana hati,” urai Dosen Fakultas Kedokteran Uhamka ini.

Selanjutnya, pola tidur yang baik dapat dilakukan dengan istirahat yang cukup, berwudhu atau berdoa sebelum tidur, tidur miring ke kanan, dan tidur dengan mematikan lampu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Jika engkau ingin tidur, maka berwudhulah seperti wudhumu untuk shalat. Lalu tidurlah pada sisi sebelah kanan, dan bacalah: “Ya Allah, Ya Tuhanku, aku serahkan diriku kepada-Mu dan aku titipkan perkaraku kepada-Mu, dan aku serahkan ragaku kepada-Mu dengan penuh rasa takut (ditolak) dan rasa harap (diterima). Tidak ada tempat untuk berlindung dan menyelamatkan diri dari-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang Engkau turunkan kepada Nabi-Mu yang Engkau utus.” (Hadits Sunan Abu Dawud No. 4389)

“Ketika lampu mati dalam kondisi seseorang tidur, maka tubuh akan menghasilkan hormon melatonin. Hormon itu akan keluar dalam jumlah yang banyak pada jam 20.00 hingga jam 01.00 malam. Fungsi utama hormon ini membuat tidur seseorang menjadi terlelap,” terangnya.

Selain itu melatonin juga meningkatkan imun sistem. Sehingga, orang yang sering tidur larut malam, imunnya menurun.

dr. Agus menyebutkan, tidur lebih awal di malam hari sesuai sunnah Nabi sangat dianjurkan untuk bisa melaksanakan shalat tahajjud di sepertiga malam agar hormon kortisol tidak berlebihan.

“Karena jika berlebihan, hal itu akan berbahaya bagi tubuh seseorang. Dari segi kesehatan, shalat tahajud merupakan solusi bagi orang berpenyakit diabetes, hipertensi, dan stress,” terangnya.

Pentingnya Makanan Gizi

Adapun narasumber kedua pada seminar ini ialah dr. Fitryani, M.Kes., SpGK. Ia menuturkan bahwa dampak kekurangan gizi pada awal kehidupan seorang bayi sangat berpengaruh terhadap kualitas SDM.

Kekurangan gizi, terang dr. Fitryani, tidak hanya membuat stunting, tetapi juga menghambat kecerdasan dan memicu penyakit.

Dia menyebutkan sebuah hasil penelitian bahwa tingkat kecerdasan anak Indonesia berada pada urutan ke-64 dari 65 negara. “Hal ini harus menyadarkan seorang ibu untuk memperhatikan gizi keluarga,” ucapnya.

Disamping itu, Dokter Spesialis Gizi ini menegaskan bahwa 1000 hari pertama kehidupan disebut sebagai periode emas, karena pada periode ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat.

Hal yang tak kalah penting, terangnya, air susu ibu merupakan makanan terbaik bayi umur 0-6 bulan. Yang harus diperhatikan saat pemberian MPASI ialah protein nabati dari tumbuhan, telur, daging, dan ikan.

dr. Fitryani juga mengemukakan kunci pencegahan stunting ada pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu 9 bulan dalam kandungan, hingga usia 2 tahun.

“Ibu juga harus memperhatikan gizi seimbang. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang jenis dan jumlah zat gizinya sesuai dengan kebutuhan tubuh,” jelasnya.

Gizi seimbang terdiri dari asupan yang cukup secara kuantitas maupun kualitas, dan mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk menjaga kesehatan.

“Secara sederhana, dalam satu piring untuk anak berusi 2-5 tahun, sepertiganya diisi dengan lauk pauk protein hewani atau nabati, sepertiga berikutnya diisi dengan makanan pokok, dan sepertiga terakhir diisi dengan sayur dan buah,” ungkapnya.

Keluarga Berketahanan

Ketua Panitia Pelaksana yang merupakan Ketua Departemen Sosial PP Mushida, Saryati, mengatakan mengingat pentingnya kesehatan dan gizi dalam keluarga, kajian ukhuwah kali ini dilaksanakan secara hybrid.

“Semoga memberikan banyak manfaat dalam membangun keluarga yang berketahanan,” ucap Saryati.

Seminar ini diikuti oleh peserta offline yang berjumlah 100, terdiri dari Komunitas Kipik, Guru & Pegawai YPPH Depok, Majelis taklim Baitul Karim, Salimah, PB Wanita Al Irsyad, Persistri, BMIWI 1, Mushida PD Depok, Mushida DKI, dan masyarakat umum. Peserta online yang hadir terdiri dari 140 partisipan.

“Materinya sangat bagus. Narasumbernya Masya Allah luar biasa. Ditunggu program-program selanjutnya yang memberikan edukasi tentang kesehatan,” ujar Yuli Nugraheny, peserta asal Depok.*/Arsyis Musyahadah

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Rakerwil V Hidayatullah Jatim Ditutup, Ketua DPW Apresiasi Pelayanan Tuan Rumah

Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) V Hidayatullah Jawa Timur resmi ditutup pada hari Ahad, 19 Januari 2024, di Situbondo. Dalam...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img