AdvertisementAdvertisement

Merajut Empat Pilar Kampus Hidayatullah dengan Benang Komunikasi Profetik

Content Partner

RAPAT Koordinasi Nasional (Rakornas) Kampus Induk dan Kampus Utama (KIKU) Hidayatullah 2025 yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Hidayatullah Timika, Papua Barat, telah menggariskan empat pilar esensial yang bukan sekadar fondasi, melainkan denyut nadi bagi seluruh kampus Hidayatullah.

Keempat pilar ini – Aktifitas Ruhiah, Aktifitas Keilmuan, Etika dan Estetika, serta Kepemimpinan dan Manajemen – yang disampaikan oleh Pemimpin Umum Hidayatullah KH Abdurrahman Muhammad, adalah representasi konkret dari nilai-nilai luhur Islam yang harus dihayati dan diamalkan dalam setiap aspek kehidupan kampus.

Lebih dari sekadar program kerja, pilar-pilar ini adalah manifestasi dari komunikasi profetik yang agung, sebuah metode penyampaian risalah Ilahi yang kaya akan hikmah, mauizah hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan.

1. Aktifitas Ruhiah: Membangun Menara Spiritual di Tengah Kehidupan Kampus

Aktifitas ruhiah di kampus Hidayatullah bukanlah sekadar pemenuhan kewajiban ritual, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang berkelanjutan, sebuah dialog intim antara insan akademika dengan Sang Pencipta.

Dalam kerangka komunikasi profetik, aktifitas ini adalah pengejawantahan dari qaulan sadida, perkataan yang lurus dan benar, yang menuntun hati menuju kesadaran transendental. Ia adalah upaya kolektif untuk membersihkan jiwa, memupuk keikhlasan, dan memperkuat ikatan spiritual yang menjadi sumber utama kekuatan dan inspirasi.

Bayangkanlah, setiap lantunan ayat suci Al-Qur’an yang menggema di masjid kampus, setiap dzikir dan doa yang dipanjatkan dengan khusyuk, setiap kajian keislaman yang membuka cakrawala pemahaman tentang keagungan Allah, adalah gelombang komunikasi vertikal yang menghubungkan bumi dengan langit.

Aktifitas ruhiyah yang hidup akan melahirkan ketenangan batin, kejernihan pikiran, dan motivasi ilahiah yang terpancar dalam setiap tindakan dan interaksi di lingkungan kampus. Ia menjadi perisai yang melindungi dari kegelapan hawa nafsu dan benteng yang kokoh dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Komunikasi yang terjalin dalam aktifitas ruhiah adalah komunikasi karimah, sebuah dialog mulia yang penuh dengan penghormatan dan kasih sayang karena didasari oleh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ia menumbuhkan ukhuwah Islamiyah yang solid, di mana setiap individu merasa terikat oleh tali persaudaraan yang lebih kuat dari sekadar hubungan duniawi. Dalam suasana ruhiah yang kondusif, perbedaan pandangan tidak menjadi sumber perpecahan, melainkan kekayaan yang memperkaya pemahaman dan mempererat persatuan.

Lebih jauh lagi, aktifitas ruhiah yang terinternalisasi akan melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepekaan spiritual dan integritas moral yang tinggi.

Mereka adalah individu-individu yang mampu mengambil keputusan dengan bijak, bertindak dengan adil, dan mengedepankan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi, karena hati mereka senantiasa terhubung dengan sumber kebenaran yang abadi.

2. Aktifitas Keilmuan: Menyemai Benih Hikmah dengan Tanggung Jawab Ilahi

Aktifitas keilmuan adalah denyut jantung dari institusi pendidikan. Namun, dalam perspektif komunikasi profetik, ilmu pengetahuan tidak hanya dipandang sebagai komoditas yang ditransfer dari dosen kepada mahasiswa, melainkan sebagai amanah Ilahi yang harus digali, dipahami, dan diamalkan dengan penuh tanggung jawab.

Proses belajar-mengajar bertransformasi menjadi arena qaulan baligha, perkataan yang mendalam dan membekas, di mana para pendidik tidak hanya menyampaikan fakta dan teori, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kejujuran intelektual, semangat kritis yang konstruktif, dan inovasi yang berlandaskan pada etika.

Setiap sesi perkuliahan yang inspiratif, setiap diskusi yang mencerahkan, setiap penelitian yang menghasilkan penemuan bermanfaat, dan setiap pengabdian masyarakat yang tulus adalah wujud nyata dari mauizah hasanah, nasihat yang baik dan menyentuh hati, yang membimbing para pencari ilmu untuk tidak hanya meraih gelar dan predikat, tetapi juga untuk mengembangkan kearifan dan kematangan emosional.

Ilmu yang diperoleh di kampus Hidayatullah bukanlah ilmu yang steril dari nilai, melainkan ilmu yang terintegrasi dengan wahyu Ilahi, sehingga menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten di bidangnya, tetapi juga memiliki kesadaran akan tanggung jawab sosial dan moralnya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi.

Komunikasi dalam aktifitas keilmuan yang berlandaskan komunikasi profetik adalah komunikasi yang membangun jembatan pemahaman yang kokoh antara dosen dan mahasiswa.

Dosen tidak hanya berperan sebagai transmitter ilmu, tetapi juga sebagai mentor dan role model yang menginspirasi dan membimbing.

Mahasiswa tidak hanya menjadi penerima pasif, tetapi juga partisipan aktif dalam proses pembelajaran, yang didorong untuk bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan pemikiran kritis mereka.

Suasana akademik yang kondusif akan melahirkan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan umat manusia.

3. Etika dan Estetika: Membentuk Karakter Luhur dalam Balutan Keindahan Islami

Etika dan estetika adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan dalam pembentukan karakter yang paripurna. Komunikasi profetik menekankan pentingnya qaulan layyina, perkataan yang lemah lembut dan penuh kasih sayang, sebagai landasan utama dalam berinteraksi.

Akhlakul karimah bukan hanya sekadar norma sopan santun, melainkan manifestasi dari keimanan yang kokoh dan kecintaan kepada sesama. Kampus Hidayatullah harus menjadi oase di mana kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, dan saling menghormati menjadi budaya yang mengakar kuat.

Estetika dalam konteks kampus Hidayatullah melampaui sekadar keindahan visual. Ia mencakup kebersihan lingkungan, kerapian tata ruang, arsitektur yang Islami, serta apresiasi terhadap seni dan budaya yang selaras dengan nilai-nilai Islam.

Keindahan yang terpancar dari lingkungan kampus akan menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif untuk belajar, bekerja, dan berinteraksi. Ia juga menjadi cerminan dari keindahan jiwa dan akhlak penghuninya.

Komunikasi yang terbangun dalam lingkungan yang menjunjung tinggi etika dan estetika adalah komunikasi ma’rufa, perkataan dan perbuatan yang baik dan pantas. Tidak ada ruang untuk perkataan kasar, fitnah, atau ghibah.

Setiap interaksi didasari oleh rasa saling menghargai dan menjaga kehormatan sesama. Kampus yang demikian akan menjadi model bagi masyarakat luas, menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dapat berjalan beriringan dengan ketinggian akhlak dan keindahan budi pekerti. Citra positif institusi terbangun bukan hanya dari prestasi akademik, tetapi juga dari karakter luhur komunitasnya.

4. Kepemimpinan dan Manajemen: Mengemban Amanah dengan Profesionalisme dan Visi Kenabian

Kepemimpinan dan manajemen di kampus Hidayatullah adalah amanah yang diemban dengan penuh tanggung jawab dan didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, musyawarah, dan transparansi.

Komunikasi profetik mengajarkan qaulan maisura, perkataan yang mudah dipahami dan dilaksanakan, dalam menyampaikan kebijakan dan arahan. Para pemimpin dan pengelola kampus dituntut untuk memiliki visi yang jelas, kemampuan mengorganisasi yang efektif, serta kepekaan terhadap kebutuhan dan aspirasi seluruh anggota komunitas kampus.

Keputusan yang diambil haruslah didasarkan pada nilai-nilai Islam yang universal dan dipertanggungjawabkan secara moral dan profesional. Manajemen yang efektif akan menciptakan lingkungan kerja yang produktif, kolaboratif, dan inovatif, di mana setiap individu merasa dihargai dan memiliki kesempatan untuk berkontribusi secara maksimal. Komunikasi yang terjalin adalah komunikasi baligha, jelas, efektif, dan membekas, mampu menggerakkan seluruh potensi kampus menuju pencapaian tujuan pendidikan yang mulia.

Lebih jauh lagi, kepemimpinan dalam perspektif komunikasi profetik adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership), meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW seperti shiddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran), dan fathanah (cerdas).

Pemimpin tidak hanya berfokus pada pencapaian target dan indikator kinerja, tetapi juga pada pembinaan karakter dan pengembangan potensi seluruh anggota komunitas kampus. Mereka adalah qudwah hasanah, teladan yang baik, yang menginspirasi dan memotivasi dengan tindakan nyata.

Menuju Kampus Peradaban yang Memancarkan Cahaya

Dengan mengintegrasikan keempat pilar ini ke dalam setiap helai kehidupan kampus dan menginternalisasinya melalui pendekatan komunikasi profetik yang holistik, kampus-kampus Hidayatullah memiliki potensi besar untuk bertransformasi menjadi pusat ilmu pengetahuan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga menjadi suluh peradaban yang memancarkan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.

Setiap interaksi, setiap kebijakan, dan setiap program kerja hendaknya dijiwai oleh hikmah, nasihat yang baik, dan argumentasi yang konstruktif, sehingga terwujud komunitas kampus yang beriman, berilmu, berakhlak mulia, dan mampu melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan yang amanah dan visioner.

Komunikasi profetik bukan sekadar kerangka teoretis, melainkan sebuah metodologi transformatif yang berpotensi merevolusi paradigma pendidikan. Ia mengajak kita untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan, interaksi sosial, dan kepemimpinan melalui perspektif nilai-nilai Ilahi yang fundamental, sebagaimana diwahyukan dalam lima surah pertama: Al-Alaq, Al-Qalam, Al-Muzzammil, Al-Muddatsir, dan Al-Fatihah.

Dengan menginternalisasi prinsip-prinsip komunikasi profetik yang berakar pada wahyu awal ini, kampus Hidayatullah memiliki peluang besar untuk tidak hanya menghasilkan lulusan yang unggul dalam keilmuan, tetapi juga individu-individu dengan landasan moral yang kokoh, empati sosial yang mendalam, serta sumbangsih nyata bagi kemajuan masyarakat dan negara.

Narasi besar ini menggambarkan bagaimana empat pilar utama kampus Hidayatullah, yang dijalin erat dengan esensi komunikasi profetik, dapat mengarahkan kita pada visi mulia untuk menjadi bagian integral dari gerakan perubahan peradaban menuju kebaikan dan keadilan yang lebih luas.

Pemahaman mendalam terhadap basis wahyu dalam lima surah pertama akan menjadi spirit dan arah dalam mengimplementasikan komunikasi profetik di seluruh aspek kampus.[]

*) Dr. Muhammad Shaleh Utsman S.S, M.I.Kom, penulis adalah Ketua Departemen Perkaderan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Ekonomi dan Ideologi dalam Secangkir Kopi

DALAM perjalanan dari Yogyakarta menuju Makassar hari ini, saya mengalami dua pengalaman ngopi yang sangat berbeda—bukan hanya dari harga,...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img