AdvertisementAdvertisement

Nursyamsa Paparkan Peran Strategis Hidayatullah dalam Pembangunan Nasional

Content Partner

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ketua Bidang Dakwah dan Pelayanan Umat (Dakwah Yanmat) Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Drs. Nursyamsa Hadis, membuka Seminar Peradaban bertajuk “Membangun Kader Mujahid dan Pemimpin yang Berkarakter dan Berintegritas” di Pusat Dakwah Hidayatullah, Jakarta, Rabu, 3 Zulkaidah 1446 (30/4/2025).

Dalam sambutannya, Nursyamsa memaparkan tantangan besar yang dihadapi umat dan bangsa Indonesia dalam periode 2025–2045, sebagaimana dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Ia kemudian menguraikan posisi Hidayatullah dalam menjawab tantangan-tantangan tersebut.

Nursyamsa Hadis mengidentifikasi sejumlah persoalan krusial yang akan dihadapi bangsa Indonesia dalam dua dekade mendatang. Pertama, kemiskinan dan ketimpangan tetap menjadi fokus utama.

Berdasarkan RPJPN 2025–2045, pemerintah menargetkan tingkat kemiskinan berada pada kisaran 0,5–0,8 persen dan Rasio Gini pada 0,29–0,32.

Jika sebuah wilayah memiliki tingkat kemiskinan 0,5–0,8% dan Rasio Gini 0,29–0,32, maka kemiskinan sangat minim, hampir tidak ada orang yang benar-benar kekurangan, pendapatan tersebar cukup adil, meski masih ada sedikit perbedaan antara kelompok kaya dan miskin.

Kedua, pembangunan berkelanjutan menjadi prioritas, khususnya melalui penurunan intensitas emisi Gas Rumah Kaca (GRK) menuju Net Zero Emission dengan target penurunan 93,5 persen.

Nursyamsa menjelaskan bahwa upaya menuju Net Zero Emission adalah proses bertahap yang membutuhkan inovasi teknologi dan perubahan perilaku masyarakat untuk memitigasi perubahan iklim. Net Zero Emission tidak selalu berarti emisi GRK benar-benar dihilangkan sepenuhnya.

Dalam praktiknya, ini dicapai dengan dua langkah utama: pertama, mengurangi sebanyak mungkin emisi GRK melalui perubahan teknologi, penggunaan energi terbarukan, efisiensi energi, dan perubahan pola produksi serta konsumsi; kedua, menyerap atau mengimbangi sisa emisi yang tidak bisa dihilangkan melalui metode seperti penanaman pohon atau teknologi penangkapan karbon.

Ketiga, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi agenda penting. Hal ini mencakup peningkatan pendidikan, pelatihan, sikap dan etos kerja, penguasaan teknologi, inovasi, dan kreativitas.

Keempat, transformasi ekonomi diarahkan pada peningkatan produktivitas melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi hijau, transformasi digital, serta integrasi ekonomi domestik dan global.

Kelima, ketangguhan sosial dan lingkungan harus dipantapkan untuk mengoptimalkan modal sosial budaya, menjaga keberlanjutan sumber daya alam, dan meningkatkan ketahanan terhadap bencana.

Terakhir, pembangunan kewilayahan yang merata dan berkeadilan menjadi kunci untuk memastikan pemerataan kualitas pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam konteks Indonesia, Nursyamsa menyoroti tiga agenda pembangunan utama. Pertama, transformasi sosial untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia sepanjang siklus kehidupan, menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera, adil, dan kohesif.

Kedua, transformasi tata kelola melalui regulasi dan sistem yang berintegritas serta adaptif.

Ketiga, penegakan supremasi hukum dan kepemimpinan, yang mencakup stabilitas ekonomi, politik, hukum, dan keamanan nasional, serta penguatan diplomasi global Indonesia.

Peran Strategis Hidayatullah

Nursyamsa kemudian menguraikan posisi Hidayatullah dalam menjawab tantangan-tantangan tersebut.

Ia menegaskan bahwa mainstream Hidayatullah adalah tarbiyah dan dakwah, yang berperan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan umat Islam tentang nilai-nilai Islam serta kontribusinya dalam pembangunan masyarakat dan bangsa.

“Hidayatullah memiliki program kaderisasi yang dapat membantu meningkatkan kemampuan dan kesadaran kader-kadernya dalam berperan mengatasi masalah kebangsaan,” ujarnya.

Kaderisasi ini menjadi fondasi untuk mencetak pemimpin yang berkarakter dan berintegritas, sebagaimana tema seminar.

Selain itu, Hidayatullah memiliki peran signifikan dalam pengembangan masyarakat melalui berbagai program, seperti Korps Muballigh Hidayatullah (KMH), Persaudaraan Dai Indonesia (PosDai), Lembaga Sembelih Halal (LSH), Lembaga Zakat Nasional (Laznas), Lembaga Sertifikasi Halal (LSH), Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Search & Rescue (SAR), dan Layanan Kesehatan Islam (IMS).

Inisiatif-inisiatif ini, terang dia, tidak hanya meningkatkan kualitas hidup umat Islam, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Hidayatullah, dengan mainstream gerakan tarbiyah dan dakwah serta aktif dalam pengembangan masyarakat, menawarkan model kepemimpinan yang berakar pada nilai-nilai Islam.

Karena itu, Nursyamsa menerangkan, dengan menggabungkan visi keislaman dan kebangsaan, Hidayatullah menempatkan diri sebagai aktor strategis dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Dalam pada itu berbagai masalah yang dikemukakan menuntut solusi yang tidak hanya teknokratis, tetapi juga berbasis nilai moral dan spiritual.

Hidayatullah pun, tambah Nursyamsa, mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dalam membentuk generasi mujahid yang mampu memimpin dengan integritas dan kepekaan sosial.

Acara ini menghadirkan narasumber Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Hidayatullah KH. Hamim Thohari, M.Si dan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Ust. Dr. H. Nashirul Haq, MA, yang dipandu oleh Muhammad Arfan AU, S.Si*/

Reporter: Adam Sukiman
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Buka DMU Kaltim, Kabid Tarbiyah Dorong Generasi Muda Bangun Tradisi Intelektualisme Qur’ani

BONTANG (Hidayatullah.or.id) -- Di tengah gempuran infiltrasi budaya dan tantangan zaman, generasi muda Islam dituntut untuk membangun tradisi intelektualisme...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img