AdvertisementAdvertisement

Majelis Reboan Murabbi Ungkap Seni Musyawarah, Kasih Sayang dan Komitmen Kunci Keberkahan

Content Partner

BANDUNG (Hidayatullah.or.id) — Dalam konteks keindonesiaan yang plural, di mana keberagaman pandangan kerap menjadi tantangan sekaligus kekayaan, musyawarah menjadi seni yang harus dipelajari.

Tidak sedikit forum publik atau organisasi menghadapi debat sengit, namun Majelis Reboan Sekolah Murabbi Jabar, DKJ, dan Banten memberikan nuansa berbeda.

Pada acara daring bertema “Munas dalam Perspektif Murabbi” pada Rabu, 9 Rabi’ul Akhir 1447 (1/10/2025), Ketua Dewan Murabbi Pusat (DMP), Dr. Tasyrif Amin, M.Pd., menegaskan bahwa tidak akan menyesal dan tidak akan merugi orang yang mau bermusyawarah.

Tasyrif membuka dengan pengantar yang hangat, mengingatkan seluruh kader Hidayatullah untuk mendekati Munas VI Hidayatullah dengan sikap lemah lembut dan penuh kasih sayang. “Boleh diskusi, bisa mengkritisi, tapi basisnya rahmat,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa perbedaan pendapat adalah keniscayaan, namun harus ditangani dengan rahmat, bukan kekerasan atau sikap destruktif.

Lebih jauh, Tasyrif menyoroti nilai doa dan pemaafan dalam berinteraksi dengan orang yang memiliki pandangan berbeda. Baginya, ini adalah inti keindahan syura dalam Islam. “Musyawarah yang berlandaskan kasih sayang mampu menyelesaikan berbagai persoalan secara elegan,” tegasnya.

Setelah musyawarah mencapai keputusan bersama, berikutnya Ketua DMP menekankan dua prinsip yang harus dijalankan yaitu komitmen dan tawakal. Ia menegaskan pentingnya menutup celah bagi “suara sumbang” yang bisa menggerogoti keputusan kolektif.

Dia mengatakan, peran murabbi menjadi krusial di sini. Mereka tidak hanya bertugas menjaga tata tertib, tetapi memastikan sunnah-sunnah Nabi SAW ditegakkan, sehingga setiap langkah dakwah dan tarbiyah tetap berada pada jalur nilai mulia.

Uraian Tasyrif mengacu pada Surah Ali Imran ayat 159, yang menekankan pentingnya kelembutan, pemaafan, dan musyawarah. Ayat ini, terang dia, menuntun kita bahwa keras dan kasar hanya menjauhkan orang, sedangkan sikap penuh rahmat memudahkan petunjuk dan keberkahan dari Allah.

“Murabbi adalah penjaga nilai, pembimbing, dan teladan yang memastikan setiap acara dakwah, termasuk Munas, menjadi wadah untuk merajut persatuan, bukan justru memecah belah,” tegasnya.

Dalam tataran akademik sekaligus praktis, Dr. Tasyrif menegaskan bahwa rahmat dan kasih sayang bukan sekadar nilai teoretis, melainkan alat strategis untuk memperkuat persatuan dan menumbuhkan keberkahan dalam setiap aktivitas organisasi.

Kader Hidayatullah pun diingatkan dia bahwa keberhasilan Munas bukan hanya soal hasil keputusan, tetapi kualitas interaksi yang mengedepankan toleransi, dialog, dan komitmen bersama.

Musyawarah, tambahnya, bukanlah medan adu kuat, melainkan laboratorium rahmat, di mana setiap perbedaan menjadi kesempatan untuk belajar, memperkuat persaudaraan, dan meneguhkan komitmen membangun yang lebih harmonis.

Reporter: Herim Achmad
Editor: Adam Sukiman
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

[KHUTBAH JUM’AT] Menjadi Sahabat di Dunia dan Sahabat di Syurga

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img