AdvertisementAdvertisement

Longsor dan Banjir Sumatera Utara, Santri Hidayatullah Bergerak di Tengah Bencana

Content Partner

TAPANULI (Hidayatullah.or.id) — Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda wilayah Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan, meninggalkan dampak yang masih berat hingga awal Desember 2025.

Kondisi logistik yang terbatas dan jalur transportasi yang terputus membuat penanganan darurat berjalan lambat. Dalam situasi itu, dua pesantren Hidayatullah yang turut terdampak menjadi pusat aktivitas kemanusiaan yang digerakkan oleh para santri dan relawan.

Koordinator Lapangan Tim Siaga Bencana Hidayatullah, Tafdhil Umam, menjelaskan bahwa di tengah kondisi darurat, santri dari Pondok Pesantren Darul Ma’rifah dan Pesantren Tahfidz Agrowisata Sipange ikut terlibat aktif membantu warga terdampak.

“Akses menuju pondok yang terdampak langsung di Tapteng belum tembus via Tarutung,” ujarnya, menggambarkan hambatan yang dihadapi di lapangan. Meski demikian, para santri tetap bergerak bersama relawan untuk mempercepat proses pemulihan awal.

Tim Siaga Bencana Hidayatullah telah mendirikan dua posko utama, yaitu di Ponpes Darul Ma’rifah AMD-Kalangan dan di Pesantren Tahfidz Agrowisata Sipange. Kedua pesantren tersebut berada pada wilayah yang mengalami kerusakan berat.

Di Sipange, setengah bangunan pondok hancur akibat tertimbun lumpur tebal dan batu-batu besar. Sementara itu, di Darul Ma’rifah, aliran listrik padam total dan persediaan logistik menipis sehingga aktivitas penanganan darurat perlu dilakukan dengan sumber daya yang terbatas.

Santri putri Darul Ma’rifah membantu menyediakan kebutuhan makan para pengungsi dan relawan dengan mengelola dapur darurat. Di sisi lain, santri dari Pesantren Tahfidz Agrowisata Sipange bekerja bersama tim SAR Hidayatullah, BMH, PosDai, dan relawan gabungan untuk membersihkan area pesantren, membuka akses jalan, serta menata kembali fasilitas umum yang terdampak.

Tantangan logistik menjadi hambatan utama dalam proses penanganan. Menurut Tafdhil, kebutuhan mendesak yang harus segera dipenuhi mencakup air bersih, sembako, genset, selimut, LPG, makanan siap saji, terpal, Starlink, serta perlengkapan mandi.

Selain itu, kondisi pasokan BBM juga sangat terbatas, sementara ATM dan layanan perbankan belum beroperasi di wilayah terdampak. Untuk mendapatkan sinyal komunikasi dan membeli kebutuhan dasar, relawan harus menempuh perjalanan hingga tujuh jam pulang-pergi.

Air mineral di posko utama tersisa hanya beberapa dus dalam kemasan gelas, jumlah yang diperkirakan tidak mencukupi kebutuhan dua hari untuk relawan dan warga yang berada di lokasi. Akses menuju Sipange pun masih harus dilalui dengan tingkat kewaspadaan tinggi karena sebagian jalur masih tergenang air cukup dalam.

Pada awal bencana, infrastruktur di Tapanuli Selatan lumpuh, listrik padam total, dan jaringan komunikasi hanya tersedia di titik-titik tertentu yang berjarak jauh dari lokasi posko. Beberapa desa bahkan belum dapat dijangkau karena akses jalan tertutup lumpur dan material longsor.

Saat ini dilaporkan hampir 200 warga mengungsi di sekitar lingkungan dua pesantren tersebut, dengan sekitar 70 kepala keluarga bertahan di Pesantren Tahfidz Agrowisata Sipange dan lebih dari 125 kepala keluarga berada di Pondok Pesantren Darul Ma’rifah. Kondisi ini menuntut percepatan distribusi bantuan agar kebutuhan dasar warga dapat terpenuhi.

Sementara itu, laporan Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh pada Selasa, 2 Desember 2025 pukul 20.00 WIB melaporkan jangkauan dampak yang meluas di berbagai wilayah. Dari total 6.497 gampong, sebanyak 3.310 gampong terdampak dengan jumlah 229.767 kepala keluarga atau 1.452.185 jiwa. Sebanyak 249 orang dilaporkan meninggal dunia dan 227 orang masih hilang. Selain itu, 1.435 warga mengalami luka ringan dan 403 luka berat, dengan 828 titik pengungsian yang menampung 660.642 jiwa.

Kerusakan fasilitas umum meliputi 138 kantor, 51 tempat ibadah, 201 sekolah, dan 4 pondok pesantren. Kerusakan infrastruktur jalan mencapai 302 titik, sementara 152 jembatan mengalami kerusakan. Kondisi ini memperkuat urgensi suplai logistik tambahan, terutama air bersih, makanan pokok, dan peralatan penerangan, untuk memastikan kelangsungan operasi penyelamatan di wilayah terdampak.

Reporter: Cholis Akbar
Editor: Adam Sukiman
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Bantuan Mendesak Mengalir ke Langkat, Ratusan Warga Bertahan di Posko Darurat

LANGKAT (Hidayatullah.or.id) -- Air bah yang masih menggenangi Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, sejak Rabu sore (3/12/2025), terus memaksa warga...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img