Hidayatullah.or.id – Rektor Universitas Mulawarman (Unmul) Kota Samarinda, Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si, menjadi narasumber dalam acara bedah buku “Era Peradaban Baru” karya Dr H Abdul Mannan. Turut juga duduk bersamanya Ketua Umum DPP Hidayatullah H Nashirul Haq, MA sebagai pembedah.
Acara bedah buku berlangsung pada Kamis (06/04/2017) malam dimoderatori oleh Ketua Bidang Tarbiyah DPP Hidayatullah Drs. Tasyrif Amin, M.Pd.I, ini berlangsung di Kampus Hidayatullah Kota Samarinda, Kalimantan Timur, yang bertepatan dengan gelaran Rakornas Kampus Utama Hidayatullah.
Penulis buku, Dr. Abdul Manan, dalam pengantarnya menyebut bukunya yang diberi judul “Era Peradaban Baru” ini telah disiapkan sejak lama. Disebutkan dia, buku ini ditulis selama 3 tahun dengan menggunakan lebih dari 300 buku rujukan sebagai referensi.
“(Ditulis) pada siang hari dan tengah malam. Namun, tak jarang terinspirasi dari ‘suara langit’ yang membisikkan sesuatu ke telinga,” katanya setengah berseloroh.
Dalam pada itu, Abdul mengungkapkan buku ini lahir dilatari kekhawatiran terhadap umat yang lebih berorientasi pada materi, kekhawatiran terhadap interaksi peradaban yang jauh dari aturan Allah. Dengan harapan, agar umat kembali menyadari dan meniti peradaban yang telah dicontohkan oleh Nabi.
Buku ini lanjut dia sekaligus sebuah tawaran dialektika sebagai antitesis kontemporer terkait dengan beragam konsep peradaban.
“Pembahasan buku ini kami awali dari penjabaran makna Surah Al ‘Alaq ayat satu sampai lima, yang menjadi cikal bakal terbentuknya peradaban baru,” katanya.
Lebih jauh ia menjelaskan, gerak sistemik sebuah peradaban harus dilakukan oleh Hidayatullah, dan semua itu harus dimulai dr diri sendiri. Buku ini menurut penulis juga terlahir karena hasil studi peradaban major, sehingga melahirkan solusi yakni kembali kepada konsep peradaban wahyu.
​Sebagai pembedah pertama, Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si, selain memberikan pandangan dan telaah terhadap buku ini, ia juga mengharapkan agar buku ini bisa menjadi salah satu acuan dalam meniti peradaban baru.
“Buku ini mengandung bobot penjelasan yang sarat makna, data, pembahasan yang luar biasa. Secara filosofis dan teologis, buku ini mengandung kalimat yang sangat dalam makna dan butuh perenungan saat membacanya agar mudah dipahami. Ini menunjukkan bahwa penulis bukan orang biasa secara intelektual,” kata Masjaya.
Menurut Masjaya, buku “Era Peradaban Baru” ini mengingatkan kita tentang peristiwa bersejarah yaitu turunnya wahyu pertama yang menjadi latar belakang ditulisnya buku ini.
“Manusia diperintahkan untuk membaca agar mereka mampu menaklukkan dunia. Kebangkitan peradaban akan sulit dicapai jika tidak dilakukan berdasarkan sistematika Allah,” imbuh Masjaya.
Profesor dalam Program Ilmu Pemerintahan ini menambahkan bahwa Peradaban Baru akan lahir dari rahim lembaga pendidikan Islam yang berkembang dengan wawasan dan intelektual.
Sementara itu pembedah lainnya, Nashirul Haq, menuturkan, bahwa dari awal datangnya, Islam adalah sebuah peradaban baru yang membawa ajaran baru yaitu monotheisme. Ajaran yang mengajak untuk hanya mengesakan Allah semata, tiada sekutu baginya.
Nashirul menerangkan, kunci keberhasilan dan kesuksesan Nabi dalam menegakkan peradaban baru adalah kembali kepada Manhaj Nabawi yang berasaskan pada sistematika turunnya wahyu.
“Peradaban hanya akan dapat terbentuk jika dalam sebuah komunitas masyarakat terdapat ta’aawun (kerjasama). Masyarakat yang mampu menjaga hubungan baiknya dengan Allah, hubungan baiknya antar sesama dan lingkungan sekitarnya, maka masyarakat inilah yang akan menjadi cikal bakal terbentuknya sebuah peradaban,” imbuh Nashirul.
Dia menyebutkan, salah satu makna peradaban sebagaimana telah dicetuskan oleh Hidayatullah adalah, “manivestasi keyakinan dalam segala aspek kehidupan”.
Lebih jauh Nashirul berpendapat, sebuah komunitas peradaban di dalam Islam disebut umat. Oleh karena itu, lanjut dia, kunci utama dalam meraih kejayaan peradaban baru harus diraih secara ijtima’i (bersama), bukan infirodi (individu).
“Peradaban umat ini tidak akan mungkin kembali jaya dan membaik, melainkan dengan apa yang telah membuat peradaban generasi sebelumnya jaya dan membaik. Konsep membangun sebuah peradaban adalah mulai dari yang sederhana dan mulailah dari diri sendiri,” tukasnya.
Menurut Nashirul, peradaban Islam akan lahir kembali dari tafsir kehidupan Surah Al ‘Alaq, yang dijadikan sebagai konsep wahyu dan acuan yang diterapkan secara nyata.
Nashirul menyimpulkan buku karya Dr Abdul Mannan ini adalah salah satu buku ilmiah yang layak menjadi kajian akademis.
Apalagi, diketahui, latar belakang penulis sebagai akademisi kian menambah bobot materi dan penyajian buku ini sehingga layak menjadi telaah kajian para pakar, para cendikiawan, dan para praktisi. (ybh/hio)