
SUATU siang, ketika al-Hasan al-Bashri tengah berada di rumah bersama dengan seorang pelayannya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar. Mendengar ketukan itu, si pembantu bersegera menuju pintu dan membukanya untuk mengetahui sosok yang berkunjung.
“Siapa yang mengetuk pintu,” tanya sang ulama dari dalam rumah, ingin segera mengetahui tamunya. “Seorang pengemis, tuan,” jawab sang pembantu.
Mengetahui yang datang adalah sosok yang membutuhkan pertolongan, Al-Hasan meminta kepada pembantunya untuk memenuhi hajat sang pengemis, “Berilah ia makanan yang kita punya”, sahutnya.
Bertepatan di rumah saat itu ada sepuluh butir telur. Kepada pengemis, si pembantu menyerahkan sembilan butir dan menyisakan satu yang lain. Sengaja ia lakukan untuk jaga-jaga kalau kelaparan, maka telur yang tersisa itulah yang akan dijadikan pengganjal.
Tidak lama dari beranjaknya si pengemis dari rumah Al-Hasan, kembali terdengar suara ketukan untuk yang kedua kalinya. Kembali sang pembantu membukakan pintu.
“Siapa yang datang?,” Tanya al-Hasan. “Tamu, Wahai Imam,” jawab si pembantu. “Persilahkan masuk, dan lihat apa yang sedang ia bawa,” lanjut sang Imam.
Setelah memastikan barang bawaan si tamu yang diperuntukkan sang imam, ia pun menjawab, “Beliau membawa sembilan puluh telur tuan,” jawab sang pembantu.
Mendapat jawaban dari pembantunya, sambil menggeleng-gelengkan kepala , al-Hasan berkata, “Kamu telah menahan sepuluh butir telur untuk kita, apa kamu tidak tahu bahwa Allah telah berfirman;
مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ
“Barangsiapa yang membawa amal baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS: al-An’am: 160).*/Khairul Hibri