AdvertisementAdvertisement

Inilah Sembilan Urgensi Masjid dalam Menyiapkan Generasi Rabbani

Content Partner

DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Ketua Dewan Murabbi Pusat (DMP) Hidayatullah Ust. H. Dr. Tasyrif Amin, M.Pd.I., menjadi narasumber pada acara Kajian Ramadhan 1444 Pondok Pesantren Hidayatullah Depok bertajuk “Peran Masjid dalam Membangun Generasi Rabbani”, Sabtu lalu, 3 Ramadhan 1444 H (25/3/2023.

Pada kesempatan itu, Ust. H. Dr. Tasyrif Amin menyampaikan ada tiga hal esensial yang dihadirkan Allah Ta’ala di masjid dan serta menyampaikan sembilan muatan nilai sebagai urgensi masjid sebagai pusat pembinaan umat dalam menyiapkan dan melahirkan generasi rabbani.

“Masjid adalah tempat yang penuh berkah untuk menebarkan hidayah,” katanya menyebutkan hal pertama yang menjadi esensi masjid.

Esensi masjid yang kedua, terang Tasyrif, adalah tempat berpijak manusia untuk “mi’raj” bertemu dengan Allah SWT yang dilandasi tidak saja dengan pendekatan logika tetapi juga dengan keteguhan iman mantap.

“Maka setiap kita melakukan perjalanan maka tempat yang kita cari adalah masjid. Adik adik juga ketika pulang kampung, jadikan masjid sebagai pertautan hati,” katanya seraya mengeloborasi Al Quran surah Al-Isra ayat 1.

Dan, esensi yang ketiga menurut Tasyrif adalah masjid sebagai wasilah pembangunan takwa. “Maka dari itu, ketika Rasulullah hijrah yang pertama dibangun adalah masjid,” imbuhnya.

Pada kesempatan tersebut Ustadz Tasyrif Amin menyampaikan pula ihwal sembilan muatan nilai masjid sebagai pusat pembinaan umat dalam menyiapkan dan melahirkan generasi rabbani.

Nilai pertama adalah Bersih. Masjid mengirimkan pesan tentang kesucian dan kebersihan. Ini artinya, setiap muslim harus berusaha suci dan bersih dalam setiap kesempatan. Bersih hati dan pikirannya. Menjauhkan diri dari kedengkian, permusuhan, dan penyakit hati lainnya.

Nilai kedua adalah Disiplin. Masjid adalah pusat ibadah yang mensyaratkan keteraturan yang diawali dari kedisiplinan baik disiplin waktu maupun rukun rukunnya.

Nilai ketiga adalah Kesetaraan. Setiap muslim sama kedudukannya di dalam masjid, yang membedakan hanyalah taqwanya. Tak ada beda orang kaya dan miskin ketika di masjid karena hanya Allah yang dibesarkan.

Nilai keempat adalah Persatuan. Hal ini ditandai dengan sikap kekompakan dan keseragaman antara imam dengan makmum. Makmum harus menyatu dalam setiap proses ibadah yang dipimpin oleh imam.

Nilai kelima adalah Terpimpin. Hal ini diterapkan dan tertransformasi sebagaimana dalam shalat berjamaah. Ada imam, ada makmum. Setiap orang di dalam masjid harus terpimpin. Demikian pula jika nilai ini ditarik dalam kehidupan keseharian, setiap muslim pun harus berupaya selalu terbimbing dalam kepemimpinan Wahyu Ilahi.

“Kepemimpinan yang paling teruji adalah dalam shalat berjamaah, nilai ini yang harus dibawa ke dalam kehidupan keseharian yakni hidup berjamaah,” katanya.

Nilai keenam adalah Regenerasi. Setiap orang yang masuk masjid berhak menempati posisi di mana saja kecuali di belakang imam. “Di belakang imam ada suksesi kepemimpinan, ada regenerasi. Maka ditempati orang yang siap melakukan suksesi yang kapasitas dan kapabilitasnya telah teruji,” katanya memberikan tamsil.

Nilai ketujuh adalah Kejujuran. Masjid mengalirkan semangat kejujuran yang disimbolisasi oleh imam yang jujur. Ketika imam batal wudhu, maka dia harus jujur dan mundur. Kemudian dia digantikan imam lainnya yang sudah bersiap. Kata Tasyrif, ini hendaknya menjadi nilai yang teraksentuasi dalam kepribadian setiap muslim generasi rabbani.

“Kepemimpinan imam yang jujur ini adalah ujian integritas mendidik untuk membangun kepemimpinan yang jujur,” katanya.

Kemudian nilai kedelapan adalah Kedamaian. Nilai ini terefleksi dari gerakan ke kanan dan ke kiri sambil mengucapkan salam keselamatan, teriring rahmat, dan keberkahan untuk alam semesta beserta isinya. “Ucapan salam dalam penutup shalat artinya menebarkan kedamaian di mana saja yang terefleksi dari simbol salam kanan dan ke kiri,” katanya.

Nilai kesembilan atau yang terakhir adalah Konsolidasi. Hal ini disimbolkan dengan posisi imam shalat yang menghadap ke jamaah/ makmum. Oleh sebab itu, tegas Tasyrif, masjid sebagai markas kepemimpinan dan musyawarah.

“Disinilah nilai konsolidasi terbangun, di zaman Nabi ia menanyakan kabar jamaah yang tidak hadir dan memastikan kondisi jamaah,” katanya.

Tasyrif mengatakan fungsi masjid sebagai pusat pembinaan umat dalam menyiapkan dan melahirkan generasi rabbani harus terus dikuatkan. Seraya itu ia berharap semoga masjid masjid Hidayatullah melahirkan pemimpin dan panglima untuk menang di atas semua agama dan ideologi.

“Karakter pembinaan melalui penerapan nilai urgensi masjid ini menjadi penting. Ketika anak anak terintegrasi dengan masjid pasti ia disiplin, siap dikomando, berilmu, berkarakter mulai, dan dari sinilah tumbuhnya pemuda dalam ibadah,” tandasnya.*/Yacong B. Halike

Tonton Juga:

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Membangun Generasi Islami Berdaya melalui Pesantren Masyarakat Cibuntu

KUNINGAN (Hidayatullah.or.id) -- Pengurus Persaudaraan Dai Indonesia (PosDai) baru-baru ini melakukan anjangsana silaturrahim ke komunitas warga binaan Pesantren Masyarakat...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img