BENGKULU (Hidayatullah.or.id) — Pasca gelaran Musyawarah Nasional ke-V Hidayatullah yang digelar akhir Oktober lalu, semua Dewan Pengurus Wilayah Hidayatullah se-Indonesia langsung tancap gas.
Sepanjang November ini saja, nyaris tak ada jeda rehat bagi segenap unsur DPP Hidayatullah karena mereka harus kembali berkeliling Indonesia melakukan pendampingan Musyawarah Wilayah (Muswil) ke berbagai provinsi.
Padatnya agenda dan panjangnya rentang masa helatan koordinasi yang tanpa putus dari Munas ke Muswil, tentu membutuhkan tambahan energi, terlebih lagi harus menguras tenaga dan otak dalam rangka memikirkan dakwah ini.
Tak ayal, tidak sedikit yang tumbang karena kelelahan. Seperti dialami salah satunya oleh Ustadz Subur Pramudya. Semangatnya yang selalu membara, membuat Subur lupa menyempatkan diri beristirahat disamping usia yang sudah tak lagi muda.
Subur pun harus dilarikan ke rumah sakit dan menjalani infus beberapa waktu. Padahal, sejatinya, Ustadz Subur Pramudya seharusnya terbang dari Bengkulu ke Medan untuk dilantik menjadi ketua DPW Sumatera Utara.
Namun, Allah mengujinya dengan sakit hingga dirawat di RSKD Bengkulu. Sebelumya, saat Musyawarah Hidayatullah Bengkulu, pria humoris ini sudah terlihat sakit kelelahan, sakit perut, batuk, dan demam. Sehingga ijin keluar masuk di ruang muswil.
Kendati dalam kondisi tubuh yang tidak stabil, Subur tetap saja tampak meriung mengikuti rangkaian acara Muswil Hidayatullah provinsi Bengkulu yang menjadi teritorial tanggung jawabnya tersebut.
Akhirnya, rasa sakitnya tidak tertahankan, ia pun dilarikan ke rumah sakit, diopname dan dibantu dengan oksigen untuk pernafasan. Sementara di waktu yang sama, acara muswil Hidayatullah Sumatera Utara di Medan sedang berlangsung.
Forum Muswil Hidayatullah yang berlangsung di Kampus Hidayatullah Tanjung Morawal itu juga menetapkan Ustadz Subur sebagai Ketua DPW Hidayatullah di utara Sumatera itu melalui penunjukan DPP Hidayatullah.
Karena Ustadz Subur sedang terbaring sakit, panitia pun mencari cara bagaimana pelantikan dapat tetap dilakukan. Akhirnya disepakati untuk pelantikan secara virtual melalui sambungan video call.
Dari kampus Hidayatullah Medan, tersambunglah panitia dengan Ustadz Subur yang menjalani perawatan medis di RSKD Bengkulu. Subur bangun dan melabuhkan tubuhnya di atas bangsal rumah sakit.
Tampak wajahnya tetap berbinar dan senyum terkembang seperti biasa, namun ia tetap tak bisa menyembunyikan rasa sakitnya. Guratan wajahnya memang tampak sangat letih tapi senyumnya tetap mengalirkan optimisme sebagai seorang kader.
Ustadz kelahiran Sragen, Jawa Tengah, ini adalah alumni STAIL Surabaya. Selepas menyelesaikan studi perguruan tigginya, Ustadz Subur ditugaskan Bontang tahun 2002.
Di Kota Taman ia rutin keliling dakwah menggunakan sepeda motornya masuk ke lorong-lorong, kampung-kampung hingga mengaspal ke jalan poros provinsi antar kota Samarinda dan Kutai Timur.
Subur juga berhasil memantapkan dan memoles bidang pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Bontang terutama Madrasah Ibtidaiyah Ar Riyadh yang kini menjadi sekolah favorit pilihan di kota tersebut.
Sukses mengembangkan pendidikan di Bontang, Ustadz Subur lantas didapuk mengemban amanah yang lebih berat di DPW Hidayatullah Kalimantan Timur membidangi pendidikan.
Dengan kejelian serta konsistensinya dalam memajukan pendidikan, sentuhan tangan dingin Subur lagi lagi berhasil memantapkan peran kependidikan Hidayatullah di Kaltim, kampus Hidayatullah Samarinda salah satunya.
Umumnya murid yang pernah dididik langsung olehnya, menilai Ustadz Subur sebagai figur guru teladan yang disiplin dan tegas. Namun, ia tetaplah sosok humoris dan selalu tampil apa adanya.
Lima tahun kemudian, Ustadz Subur kembali mendapat tugas baru di luar pulau. Dia diangkat menjadi ketua DPW Hidayatullah Bengkulu.
Di Bumi Rafflesia, Subur melakukan pengembangan gerakan dakwah secara massif. Uniknya, karena ia mempercayakan langsung amanah penugasan dakwah kepada anak anak muda yang baru lulus SMA, yang bahkan diantaranya berhasil merintis Kampus Hidayatullah Kabupaten Bengkulu Selatan dan sejumlah kawasan perintisan lainnya.
Kerja dakwah memang tidak mengenal purna, yang, karena itu, dakwah pun tak mengenal purnawirawan dai sebab dakwah adalah tugas setiap muslim dan itu sampai mati.
Kini Subur Pramudya kembali mendapat amanah baru. Di pundaknya terpikul amanah dakwah yang besar dan berat untuk memimpim DPW Sumatera Utara untuk terus bekhidmat pada agama, negara dan bangsa.*/Yacong B. Halike