MAMUJU (Hidayatullah.or.id) — Pada momen Halah Bi Halal yang diselenggarakan di Hidauatillah Mamuju, Sabtu 20 Juni ini ustadz Soleh Usman, S.Pd.I berkesempatan memberikan tausiahnya di hadapan seluruh warga dan kader Hidayatullah Mamuju. Disampaikannya, Tausiah ini adalah indikator utama kebaikan, apalagi yang memberikannya adalah lakon. Rasanya kita mau lompat saja.
“Beda kalau yang bicara itu orang yang masih berat untuk taat dan selalu memberikan contoh tidak baik maka yang disampaikannya akan hampa makna” jelasnya.
Menurutnya kita ini sering sekali mengikuti majelis ilmu dan selalu ada gerakan infaqnya. Ada tidak peningkatan iman yang terjadi dengan seringnya mengikuti halaqah?.
Dicontohkannya betapa ruginya ia menyetir sendiri mobil dari makassar jauh jauh kalau ke Mamuju hanya untuk tertawa tertawa, makan makan lalu tidak punya efek peningkatan iman.
Padahal ayat tentang ukhuwah, imbuhnya, sudah berulang ulang dibaca sejak 1400 tahunan sampai hari ini, jadi kalau ada orang yang bosan tidak suka dengan majelis kerjanya hanya manggut manggut tapi tidak mencoba untuk paham
“Sebelumya ke Mamuju ini saya telpon langsung ustadz Tarif; datanglah bawakan nasehat. Pesan ini yang menjadi spirit hadir bermajelis ilmu” Ucapnya. Lanjut beliau “terkait ukhuwah sering kita mendengarkan kata kunci dari Allahuyarham Abdullah Said; Bersaudaranya para dai itu tanpa syarat tanpa memandang kepentingan karena berdasar pada keimanan”.
Sulit dikatakan imannya seseorang begitu baik tetapi ukhuwahnya hancur hancuran karena kedua hal ini identik tidak bisa dipisahkan.
Ilustrasi persaudaraan para sahabat Muhajirin dan Anshar sangat menginspirasi kita dalam merajut ukhuwah ini. Dalam Islam sampai sampai diuraikan secara teknis oleh hadits Mabiullah Muhammad saw. salah satunya saling memberikan hadiah agar saling mencintai, cintailah saudaramu karena Allah lalu doakan dia agar dicintai oleh Allah karena mencintaimu karena Allah.
Soleh Usman juga menjelaskan dalam merawat ukhuwah di proses kepemimpinan kita butuhkan bimbingan Ilhaiyah yang bisa mengedepankan khusnu zhan. Perlunya kita menata persaudaraan ini dengan pertolongan Allah karena memang takliful qulub adalah kuasaNya Allah.
“Ingat, tidak ada jaminan di hati kemudian pemimpin itu lebih baik dari yang dipimpin. Amal itu itu tidak ditentukan posisi struktural melainkan ketaqwaan dan di sinilah dibutuhkan berlomba lomba dalam kebaikan” ucap beliau
Kaitannya dengan ukhuwah, orang yang beriman itu harus mampu menjadikan temannya jadi partner masuk surga, itu gampangnya. Kita harus menjadikan orang yang kita jumpa sebagai partner ke surga. Hati hati dengan komitmen sebagai orang yang beriman apalagi sebagai mujahid. Hatta, pandanglah dengan pandangan ukhuwah mereka yang baru memulai ikut berhijrah.
“Orang yang bisa memandang temannya sebagai partner menuju surga adalah orang yang terhindar dari pandangan syaithoniah. Dan itulah yang dicontohkan oleh Nabiullah Muhammad Saw. yang mampu memandang dengan pandangan Rahman Rahimnya Allah”.*Bashori