AdvertisementAdvertisement

Kurikulum Madrasah Ramadhan

Content Partner

Gambar ilustrasi umat muslim sedang berbuka puasa (Ahmad Ardity/ Pixabay)

SALAH satu sebutan bulan ramadhan adalah syahrut tarbiyah (bulan pendidikan). Menurut para ulama, ramadhan dinamakan sebagai syahrut tarbiyah karena begitu banyak hikmah dan nilai-nilai pendidikan yang dikandungnya.

Oleh karenanya, dalam upaya menyemarakkan ramadhan sebagai syahrut tarbiyah atau bulan pendidikan, sudah barang tentu umat Islam wajib mengisinya dengan kegiatan edukatif, mencerdaskan dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil di dalam Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur, saat menafsirkan QS Al-Baqarah: 183 menyebutkan sebagai madrasah takwa, adapun secara lengkap sebagai berikut:

Ramadhan merupakan madrasah taqwa, perhatikanlah bagaimana kata taqwa disebutkan diawal ayat dan di akhir ayat diantara ayat-ayat puasa; hal itu karena puasa menjadi salah satu hal yang paling agung untuk mewujudkan ketaqwaan dalam diri seorang hamba, maka hendaklah kita melihat bagaimana pengaruh puasa terhadap ketaqwaan kita kepada Allah baik dalam hal pendengaran dan penglihatan maupun ucapan; agar kita bisa mencapai sebuah tujuan yang mulia : { لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ }.

Sebagai sebuah madrasah, maka sudah barang tentu memiliki tata aturan. Misalkan dalam hal ini syarat masuknya mesti jelas, yaitu orang-orang yang beriman. Demikian juga kualifikasi dan standar kelulusannya juga terukur, yaitu bertakwa. Dimana kesemuanya itu memiliki rujukan yang sangat komprehenshif dan unggul.

Adapun rujukan utamanya adalah Al-Qur’an, As-Sunnah, Sirah Nabawiyah, dan dilengkapi dengan pendapat salafus shalih dan fuqaha yang tertuang dalam kitab-kitab terdahulu hingga kontemporer. Dan demikian halnya dengan seluruh kehidupan umat manusia di dunia. Karena sesungguhnya madrasah ini merupakan kehidupan itu sediri.

Pertanyaannya kemudian adalah, untuk menghasilkan lulusan dan mendapatkan predikat takwa tersebut, kurikulum apa yang harus diajarkan? Hal ini sekaligus untuk menjawab peringatan dari Rasulullah saw, bahwa Iman itu kadang naik kadang turun.

Oleh karenanya, setidaknya ada 8 (delapan) materi pokok, yang mesti ditarbiyahkan (diajarkan) dalam madrasah ramadhan tersebut, yaitu:

1.Tarbiyah ruhiyah (pembinaan spritual)

Ramadhan merupakan media yang kondusif dalam meningkatan kualitas ruhiyah. Karena betapa banyak aktifitas ibadah yang memungkinkan menyertai pelaksanaan shiyam ramahan ini.

Disis lain, pada dasarnya setiap ibadah yang Allah swt perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, mengandung ada dua dimensi. Yang pertama merupakan kewajiban diciptakannya manusia dan makhluk lainnya, juga merupakan sarana untuk membersihkan diri manusia itu sendiri dari kotoran dan dosa yang melumuri jiwanya. Sehingga tidak ada satu ibadah pun yang lepas dari arah tersebut. Dan inilah yang mendorong perbaikan ruhiyah.

Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, saat menafsirkan Surat an-Najm: 32 di dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, beliau menjelaskan tentang ( فَلَا تُزَكُّوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۖ) (maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci). Yakni janganlah kalian mengaku suci dari dosa-dosa, dan janganlah kalian memuji diri kalian bahwa kalian dapat berlepas diri dari dosa-dosa bahkan dari dosa-dosa kecil.

2. Tarbiyah jasadiyah (pembinaan jasmani)

Ibadah puasa tidak hanya membutuhkan pengendalian hawa nafsu. Juga membutuhkan kesehatan dan kekuatan fisik. Hal ini ditegaskan dalam sabda Rasulullah saw : “Shumu Tashihhu; Puasalah niscaya kamu akan sehat” (HR. al-Thabrani).

Dalam hadis yang lain, Nabi Saw bersabda :”Perut adalah rumah penyakit, dan pengaturan makanan adalah obat utamanya.” (Sahih-Muslim). Sehingga sebgaiman dalam QS al – Baqarah : 183, maka puasa tidak diwajibkan bagi mereka yang kesehatannya tidak prima. Seperti orang tua yang renta, orang sakit, wanita yang sedang hamil tua atau menyusui. Serta orang yang sedang musafir (orang dalam perjalanan). Kesemuanya itu, merupakan keringanan (rukhsah) bagi mereka.

3. Tarbiyah tsaqofiyah (pembinaan wawasan)

Sebagaimana diketahui bahwa islam itu bukan hanya untuk suku bangsa tertentu, akan tetapi untuk seluruh umat manusia dan seluruh alam (kafatan linnas wa rahmatan lil ’alamin). Sehingga Ramadhan merupakan sarana untuk itu, dengan menggali imu pengetahuan dari sumber utamanya, yaitu al-Qur’an.

Sebagaimana diperintahkan dalam surat pertama yang turun (dan ini di bulan ramadhan), QS al-Alaq ayat 1: iqra’ bismirabbik. Dimana kata Iqra’ dalam kamus memiliki beragam macam makna; menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, dan beberapa makna lainnya.

Dan, lebih ditekankan lagi bahwa proses ber-iqra’nya harus atas nama Tuhan yang menciptakan. Sehingga wawasan yang dilahirkan memiliki pijakan yang kokoh.

4. Tarbiyah ijtima’iyah (pembinaan sosial)

Yakni menumbuhkan kesadaran umat bahwa kita adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan bantuan orang lain. Sehingga terciptalah jaringan sosial berupa kepekaan dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.

Memiliki jiwa kepedulian dan solidaritas yang kuat kepada sesama. Sebab bagi seorang muslim, hendaknya tidak saja cerdas dalam berfikir tetapi juga memiliki rasa kepedulian yang diantaranya ditunjukkan dengan kecakapan interaksi dalam bersosialisasi dan kemampuan memahami, berempati, dan peduli terhadap berbagai keadaan ditengah masyarakat .

Beberapa kegiatan yang dilakukan misalnya kegiatan bakti sosial, penggalangan dana untuk korban bencana, saling berbagi makanan, saling berkunjung, dlsb.

Dalam tafsir As Sa’di, saat menasfirkan QS al-Maidah ayat 2, berkenaan dengan wa ta’āwanụ ‘alal-birri wat-taqwā adalah sebagai berikut:

“Maksudnya, hendaknya sebagaian dari kamu membantu segaian yang lain dalam kebaikan. Kebajikan adalah nama yang mengumpulkan segalan perbuatan, baik lahir maupun batin, baik hak Allah maupun hak manusia yang di cintai dan diridhai oleh Allah.. Setiap perbuatan baik yang di perintahkan untuk dikerjakan atau setiap perbuatan buruk yang diperintahkan untuk dijauhi, maka seorang hamba diperintahkan untuk melaksanakannya sendiri dan dengan bantuan dari orang lain dari kalangan saudara-saudaranya yang beriman, baik dengan ucapan atau perbuatan yang mamacu dan mendorong kepadanya”.

5. Tarbiyah khuluqiyah (pembinaan akhlak)

Puasa juga mendidik manusia untuk memiliki akhlak yang mulia dan terpuji. Sabar dan jujur seta tegar terhadap segala ujian dan cobaan. Tentang hal tersebut, Rasulullah Muhammad SAW bersabda dalam hadistnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a:

“Apabila seorang dari kamu sekalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan berteriak. Bila dicela atau dimusuhi orang lain, katakanlah, aku ini sungguh sedang berpuasa,”.

Dalam tafsir al Wajiz, Prof. Dr. Wahbah Azzuhaili, saat menafsirkan Surat al-Qalam ayat 4, wa innaka la’ala khuluqin adhim adalah:

“Sesungguhnya kamu wahai Rasulallah benar-benar berakhlak mulia karena engkau dididik oleh Tuhanmu dalam Al-Quran. ‘Aisyah RA ditanya mengenai akhlak beliau (sebagaimana ditetapkan dalam hadits shahih), lalu dia menjawab: “Sesungguhnya Akhlak beliau adalah Al-Quran. Tidakkah kamu membaca Al-Quran ayat {Qad aflahal mu’minuun} [Al-Mu’minun 23/1] sampai sepuluh ayat?”

6. Tarbiyah iqtishodiyyah (pembinaan ekonomi)

Umat harus sadar bahwa ekonomi sangat berpengaruh pada dakwah Islam. Sehingga kurikulumnya diarahkan kepada kemandirian ekonomi dan pendidikan cerdas finansial yaitu dengan memberikan pendidikan kepada umat.

Pendidikan ini bertujuan untuk membina kemampuan umat dalam mengelola keuangan, memberi kesadaran akan peranan ekonomi di bidang pembangunan, produksi, dan ivestasi serta memberi pengetahuan problematika ekonomi umat. Dimulai dengan bermu’amalah sesama umat baik dalam bentuk musyarakah maupun mudharabah, sehingga terjadi pemerataan ekonomi.

Dalam hal ini As-Sa’di saat menafsirkan Surat al Hasyr ayat 7 tentang supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu, adalah:

“Sebab andai Allah tidak menetapkan ketentuan di atas tentu hanya orang-orang kaya saja yang akan memutarkan uang dan orang-orang lemah tidak akan mendapatkan sedikit pun, yang mana hal itu akan menimbulkan kerusakan yang hanya diketahui oleh Allah. Sebagaimana dalam mengikuti perintah dan syariat Allah yang tidak termasuk dalam pembatasan di atas juga termasuk maslahat”.

7. Tarbiyah jihadiyah (pembinaan jihad)

Puasa juga merupakan sarana dalam menumbuhkan semangat jihad dalam diri ummat. Terutama jihad dalam memerangi musuh yang ada dalam jiwa setiap muslim, mengikis hawa nafsu, dan berusaha menghilangkan dominasi jiwa yang selalu membawanya kepada perbuatan yang menyimpang.

Tentang hal tersebut, Allah SWT berfirman :” Barang siapa yang bersungguh sungguh di jalan Kami, maka Kami akan tunjukkan jalan – jalan Kami (jalan yang lurus”, (QS. 29 ayat 69).

Selain itu yang dimaksud dengan jihad juga memeiliki dua dimensi, yaitu jihad bil amwal (harta) dan jihad bil anfus (jiwa). Banyak ayat yang menerangkan tetang ini seperti: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar” (QS. Al-Hujurat [49]: 15).

8. Tarbiyah Qiyadiyah (pembinaan kepemimpinan)

Dengan puasa, umat disadarkan atas pentingnya kepemimpinan. Dalam kepemimpinan juga terkandung ketaatan. Sehingga, umat diajarkan untuk memiliki kecakapan leadership. Dengan demikian mereka akan mampu menjadi pribadi yang bijak dalam memimpin dan bisa menjadi uswah bagi para anggotanya. Demikian juga bisa menjadi rakyat (umat) yang bisa untuk dipimpin.

Sebab ada kaidah yang mendasar untuk memahami kepemimpinan ini sebagaimana sebagaimana sabda Rasulullah saw. “Sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untuk kamu. Seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu melaknati mereka dan mereka melaknati kamu.” (HR Muslim).

Maka sudah selayaknya kurikulum madrasah ramadhan ini bisa dielaborasi dan dikembangkan lagi lebih sempurna. Selanjutnya bisa diturunkan dalam tujuan intsruksi umum dan tujuan instruksi khusus yang memadai dan disesuaikan dengan realitas kehidupan yang ada.

Sementara itu, setiap kita adalah guru sekaligus muridnya. Metode bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Selanjutnya aktifitas madrasah ini dimulai dari setiap pribadi, di keluarga-keluarga, di surau-surau, di mushala-mushala, di masjid-masjid dan terus membesar menjadi madrasatul alam, maka in Syaa Allah akan mengahilkan lulusan madrasah ramadhan sebagai insan kamil. Dan pada gilirannya akan mengubah peradaban dunia yang rahmatan lil ‘alamin.

Wallahu a’lam.

Asih Subagyo Pendidik

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Ponpes Hidayatullah Mahulu Jadi Wadah Pemersatu Umat Beragama

MAHULU (Hidayatullah.or.id) -- Toleransi antarumat beragama di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) menemukan wujud nyatanya di Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah....
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img