AdvertisementAdvertisement

Menelan Pil Pahit Critical Thinking Agar Organisasi Sehat dan Bugar

Content Partner

DITENGAH hiruk pikuk kehidupan dunia yang serba cepat, tidak jelas dan kian kompetitif, organisasi dituntut untuk mampu beradaptasi dan mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam situasi yang serba kompleks.

Sehingga, perlu adanya terobosan, agar dapat memecahkan dan menguraikan problematika tersebut. Di sinilah peran critical thinking, sebuah “pil pahit” yang menuntun organisasi menuju kesehatan dan kejayaan.

Critical thinking adalah kemampuan untuk menganalisis, menilai, dan memecahkan masalah secara objektif dan rasional. Ini melibatkan kemampuan untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi, mengidentifikasi asumsi yang mendasarinya, dan mencapai kesimpulan yang berbasis bukti.

Lebih dari sekadar menyampaikan pikiran, critical thinking melibatkan kecerdasan analitis yang mendalam dan kritis. Sehingga, ia bukan pula sebuah sikap dan tindakan yang “asal berbeda” atau sekadar rutinitas yang menjemukan.

Namun, critical thinking menuntut keberanian, kecerdasan, dan integritas yang tinggi untuk mempertanyakan asumsi, menantang status quo, dan merumuskan solusi kreatif. Bahkan tidak jarang yang out of the box.

Tidak jarang kemampuan berfikir kritis ini, mesti dilalui dengan jalan yang terjal dan mendaki, penuh onak dan duri, serta menerobos kemapanan budaya organisasi yang sudah berkarat dalam sebuah hirarki struktur organisasi yang kaku.

Mengapa Critical Thinking Penting?

Kita sering menemui organisasi, baik besar maupun kecil, baik profit maupun nonprofit, termasuk pemerintahan, yang menghindari adanya critical thinking ini.

Tidak jarang mereka dianggap sebagai kelompok kritis yang sempalan, suka nyinyir, tidak solutif, sehingga menjadi penghambat kemajuan sebuah organisasi. Padahal, Organisasi yang menerapkan critical thinking, berdasarkan pengalaman, akan menuai beragam manfaat, di antaranya:

Pertama, Keputusan Efektif dan Tepat

Critical thinking membantu organisasi mengambil keputusan yang tepat berdasarkan data dan analisis, bukan sekadar intuisi atau kebiasaan semata. Sehingga kualitas keputusan lebih efektif dan tepat.

Kedua, Solusi Inovatif

Critical thinking mendorong organisasi untuk menemukan solusi kreatif atas permasalahan yang kompleks. Bahkan tidak jarang hasil solusi yang didapat diluar dari pakem yang ada atau out of the box.

Ketiga, Kemampuan Adaptasi

Critical thinking membekali organisasi dengan kemampuan untuk beradaptasi dan merespon perubahan dengan cepat dan efektif. Karena feedback yang diterima berasal dari realitas yang ada dan juga berasasl dari dinamika eksternal, sehingga organisasi dapat melakukan adaptasi yang relevan

Keempat, Budaya Terbuka

Critical thinking mendorong budaya organisasi yang terbuka, di mana ide-ide baru dihargai dan diuji secara objektif. Sebab dengan berfikir kritis, membuka jendela dan wawasan baru, pada sebuah proses atau kebijakan, bukan untuk mengkritisi perilaku individua tau orang perorang dalam organisasi.

Kelima, Keunggulan Kompetitif

Critical thinking membantu organisasi untuk unggul dalam persaingan dengan mengidentifikasi peluang dan meminimalisasi risiko. Disamping itu, dengan pendekatan komparatif, dimana membandingkan dengan keunggulan organisasi sejenis, maka akan mendorong organisasi untuk meningkatkan keunggulannya dengan berbagai layanan yang diberikan.

Keenam, Pengambilan Keputusan yang Berbasis Data dan Fakta

Membantu organisasi untuk membuat keputusan yang berbasis fakta dan data, bukan sekadar intuisi atau kepentingan pribadi. Kemampuan mengelola data menjadi informasi dan kemudian menjadi wisdom (kebijaksanaan), menjadi bagian dari organisasi pembelajar berbasis knowledge management, dan disini maka keputusan akan obyektif bukan karena faktor like or dislike.

Ketujuh, Pengembangan Strategi yang Kuat

Memungkinkan organisasi untuk merumuskan strategi yang kuat, berdasarkan pemahaman mendalam tentang lingkungan eksternal dan internal. Dan pada saat bersamaan stratategi di konstruksi dengan berbasis data yang akurat.

Kedelapan, Peningkatan Kualitas Anggota

Mendorong perkembangan individu dengan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan analitis. Anggota tidak takut untuk berfikir kritis, dan menyalurkan ke-kritisannya itu melalui kanal yang benar.

Pentingnya critical thinking ini, semestinya menjadi kesadaran kolektif dalam sebuah organisasi, dan bisa di inisiasi serta di drive oleh pucuk pimpinan untuk memberikan arah yang tepat dalam berorganisasi.

Syarat Penerapan Critical Thinking

Meskipun critical thinking menjadi penting dalam sebuah organisasi, tetapi dia bukan obat ataupung mantra ajaib yang instan. Penerapannya membutuhkan beberapa syarat, yang perlu diperhatikan secara serius, diantaranya:

  1. Komitmen: Pimpinan dan anggota organisasi harus berkomitmen untuk menerapkan critical thinking dalam setiap aspek.
  2. Keterbukaan: Organisasi harus terbuka terhadap ide-ide baru dan kritik yang konstruktif.
  3. Keterampilan: Anggota organisasi harus dibekali dengan keterampilan critical thinking, seperti analisis informasi, problem solving, dan komunikasi.
  4. Kemampuan Analitis: Kemampuan untuk memecah masalah menjadi komponen-komponen yang lebih kecil untuk dianalisis secara mendalam.
  5. Kemandirian: Kemauan untuk mempertanyakan otoritas, mencari informasi sendiri, dan mengembangkan pemikiran independen.
  6. Kritisisme yang Konstruktif: Kritisisme yang konstruktif dan tidak memihak, dengan fokus pada perbaikan dan pembelajaran.
  7. Waktu dan Dukungan: Penerapan critical thinking membutuhkan waktu dan dukungan dari seluruh pihak.
  8. Kesabaran: Kesabaran untuk mengumpulkan informasi, mempertimbangkan argumen, dan mengevaluasi opsi sebelum membuat keputusan.

Syarat-syarat tersebut akan melahirkan kedewasaan dalam berorganisasi, sehingga melahirkan kesetaraan dalam berorganisasi, tidak ada yang merasa “paling” dalam sebuh organisasi.

Perbedaan amanah dan jabatan, bukan berarti melahirkan perbedaan kelas dan kasta sosial, akan tetapi hanya merupakan perbedaan peran semata.

Tahapan Implementasi

Dalam sebuah organisasi, untuk melakukan perubahan dan dalam rangka menerapkan serta mengimplementasikan critical thingking, setidaknya mengikuti Langkah-langkah berikut:

  1. Memulai dari pemimpin: Pimpinan organisasi harus menjadi contoh dalam menerapkan critical thinking, dan nanti akan dicontoh dan dipublikasi struktur dibawahnya hingga ke anggota.
  2. Memberikan pendidikan dan pelatihan: Memberikan pelatihan kepada karyawan tentang bagaimana menerapkan critical thinking dalam pekerjaan mereka, seperti pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan brainstorming.
  3. Menciptakan budaya yang kolaboratif: Menciptakan budaya yang mendukung critical thinking dan menerima perbedaan pendapat, menerima sikap kritis, memberikan alternatif solusi disetiap permasalahan sehingga melahirkan kolaborasi dalam organisasi.
  4. Memberikan penghargaan: Memberikan penghargaan yang menarik kepada anggota yang berhasil menerapkan critical thinking dalam pekerjaan mereka.
  5. Monitoring, evaluasi dan umpan balik : Moniitoring dan Evaluasi mutlak dilakukan untuk meilat efektivitas penerapan critical thinking, untuk mendapakan feedback dan selanjutnya dilakukan perbaikan dan penyesuaian bila diperlukan.

Dengan demikian komitmen dari level pimpinan akan menjadi penentu dalam implementasi critical thinking dalam sebuah organisasi. Mereka yang mesti menjadi pioneer yang nantinya akan dilikuti level di bawahnya dengan menerapkan tahapan-tahapan berikutnya.

Kendala dan Tantangan

Tidak selamanya ide dan gagasan yang baik selalu berbanding lurus dengan tingkat akseptabilitas dalam sebuah organisasi. Sehingga tidak selamanya akan berjalan mulus, seringkali mendapatkan kendala dan tantangan yang mesti dihadapi, diantaranya adalah:

  1. Perubahan Budaya: Mengubah budaya organisasi yang resisten terhadap perubahan bisa menjadi tantangan besar. Resistensi terhadap perubahan dan kecenderungan untuk tetap berpegang pada cara-cara lama dalam berpikir dan bertindak.
  2. Ketakutan akan Kegagalan: Rasa takut akan kegagalan dan kritik dapat menghambat orang untuk berpikir kritis.
  3. Kurangnya Data: Kekurangan data yang relevan dan akurat untuk mendukung proses pengambilan keputusan.
  4. Ketidakpastian: Ketidakpastian dan kompleksitas situasi yang dapat membuat analisis menjadi sulit.
  5. Pendekatan yang Subjektif: Kecenderungan untuk membuat keputusan berdasarkan preferensi pribadi atau pandangan subjektif.
  6. Keterampilan dan Waktu: Membutuhkan waktu dan sumber daya untuk melatih anggota organisasi dengan keterampilan critical thinking.

Penutup

Pada realitasnya dalam sebuah organisasi, orang-orang yang memiliki pikiran kritis sebagaimana yang diuraikan di atas, bisa jadi tidak banyak atau dengan kata lain hanya sekelompok kecil belaka. Akan tetapi kehadirannya meskipun bisa jadi seolah menghadirkan ketidaknyamanan, namaun faktanya menjadi penting untuk menjadi penyeimbang untuk memberikan respon yang konstruktif, substantif, bahkan solutif disetiap kebijakan dalam organisasi.

Dengan demikian maka, critical thinking layak dianalogikan bagaikan “pil pahit” yang menawarkan manfaat kesehatan jangka panjang bagi organisasi.

Meskipun membutuhkan komitmen dari pimpinan dan anggoita, waktu, dan usaha, penerapan critical thinking akan mengantarkan organisasi menuju kejayaan di tengah dunia yang penuh dengan kompleksitas dan perubahan.

Oleh karenanya, critical thinking bukan hanya menjadi keterampilan tambahan, tetapi menjadi fondasi yang membedakan organisasi yang berhasil dari yang tidak.

Ingatlah, organisasi yang mampu berpikir kritis akan mampu beradaptasi, berinovasi, dan unggul dalam persaingan. Mari jadikan critical thinking sebagai budaya organisasi untuk meraih masa depan yang gemilang.[]

*) Asih Subagyo, penulis adalah Peneliti Senior Hidayatullah Institute

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Rakerwil V Hidayatullah Jatim Ditutup, Ketua DPW Apresiasi Pelayanan Tuan Rumah

Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) V Hidayatullah Jawa Timur resmi ditutup pada hari Ahad, 19 Januari 2024, di Situbondo. Dalam...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img