AdvertisementAdvertisement

Menengok Kampus Pesantren Hidayatullah Tuapejat Mentawai

Content Partner

SIPORA UTARA (Hidayatullah.or.id) – Keberadaan Pondok Pesantren (Ponpes) Hidayatullah di Jalan Raya Tuapejat, Kilometer 7, Desa Siporajaya, Kecamatan Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai memang belum begitu banyak terdengar.

Namun, siapa sangka, Kampus Hidayatullah ini telah mendidik anak-anak mualaf, anak yatim dan dhuafa di bumi Sikerei sejak 21 tahun yang lalu. Seperti apa?

Tidak sulit menjumpai lokasi Kampus Hidayatullah Mentawai yang dirintis oleh dai pertama Hidayatullah, yakni, Muhammad Bakrie Taisirebeb semenjak tahun 1996 tersebut.

Kampus Hidayatullah yang berada di kawasan pemukiman warga dan berdiri di atas tanah wakaf seluas 10 hektare tersebut, hingga kini masih terus mengukuh karya dakwah umat kendati belum banyak perkembangan.

Meski memiliki kawasan yang cukup luas, namun, sarana prasarana berupa gedung atau bangunan pesantren masih sangat terbatas. Walaupun begitu, Kampus Hidayatullah di Sipora Utara ini tetap konsisten dalam melaksanakan pendidikan yang terintegrasi secara utuh.

Di mana, dengan menerapkan dua model pembelajaran boarding atau asrama dan full day school tersebut, diharapkan dapat memberi solusi terhadap persoalan yang dihadapi umat.

Ketua Yayasan Ponpes Hidayatullah Kepulauan Mentawai, Mahrus Salam, mengatakan kehadiran Ponpes Hidayatullah didasari atas kondisi umat. Di mana, ponpes mencoba memberikan solusi terhadap persolan tersebut.

“Kami mencoba menawarkan tiga solusi. Persoalan pendidikan kami hadirkan melalui sekolah, persoalan ekonomi melalui pembinaan sektor pertanian dan perdagangan dan persoalan sosial melalui santunan,” ungkap suami dari Andi Nurhayati ini seraya menambahkan, saat ini ada sebanyak 50 orang santri di ponpes tersebut.

Di samping itu, Ponpes Hidayatullah juga menyiapkan sekolah formal dari play group hingga SMA/Aliyah. Dikatakannya, Ponpes juga melatih santri untuk bisa mandiri. Sebab, subtansi dari ilmu yakni, memberikan perubahan karakter terhadap seseorang.

Dikatakan Mahrus, pihaknya juga membagi kepada tiga sistem dalam menerapkan proses pembelajaran. Yakni, pada pukul 08.15 hingga pukul 15.00 santri belajar di sekolah formal.

Lalu, pada pukul 15.00 hingga Maghrib, santri belajar di asrama. Sedangkan, pada malam harinya, santri belajar di masjid.

“Ilmu di sekolah, karakter di asrama dan spiritual melalui masjid. Artinya, Ponpes Hidayatullah juga sebagai lembaga asuh. Sebab, rata-rata santri di sini merupakan mualaf, anak yatim dan dhuafa. Ponpes Hidayatullah memiliki tanggung jawab iman dan amal shaleh terhadap umat,” kata ayah dua putri dan lima orang putra ini.

Bahkan, lanjut Mahrus, orangtua santri, rata-rata masih dalam kondisi non-muslim. Namun, karena ada keinginan dan semangat belajar agama Islam, mereka rela meninggalkan keluarga dan kampung halaman mereka tersebut.

Ke depan, dia berharap, bagaimana Ponpes Hidayatullah menjadi salah satu perkampungan mualaf di Kepulauan Mentawai. Di mana, juga dapat menjadi salah satu tempat untuk berinvestasi akhirat bagi umat.

“Kalau di dunia ada bank, nah untuk akhiratnya, banknya ada di sini. Siapa pun yang ingin berinvestasi akhirat, dapat langsung ke Ponpes Hidayatullah,” ucapnya setengah berseloroh dikutip Harian Padang Ekspres.

Saat ini, tenaga pengajar Ponpes yang berjumlah lebih kurang 24 orang tersebut, merupakan alumni ponpes itu sendiri. Bahkan, santri yang sudah alumni, bersedia mengabdi di ponpes dan diberikan beberapa kapling tanah untuk tempat tinggal mereka.

Terkait persoalan kondisi umat Islam di Kepulauan Mentawai, Mahrus menilai, belum banyak tokoh atau lembaga yang menjembatani persoalan umat di Kepulauan Mentawai. Dia mengatakan, yang berbuat, baru sebatas melihat, tambah, bagi, kali dan kurang.

“Harus ada tokoh yang tidak memikirkan keuntungan apa yang didapatnya. Sekarang ini, yang ada baru saling menonjolkan bendera masing-masing. Mesti ada forum umat tempat bertanya dan silaturrahmi umat,” pungkasnya. (ybh/hio)

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Kebijaksanaan Rasulullah Menimbang Saran dengan Hati Terbuka

DALAM kajian psikologi sosial dan budaya, sifat manusia untuk menerima atau menolak saran adalah fenomena yang kompleks. Secara umum,...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img