AdvertisementAdvertisement

Meraih Bahagia Selamanya dengan Menjadikan Allah sebagai Prioritas Utama

Content Partner

MENJADIKAN Allah Ta’ala sebagai satu-satunya tujuan dalam setiap aktivitas di dunia merupakan konsep mendasar dalam ajaran Islam. Ketika seorang hamba sepenuhnya menyerahkan dirinya kepada Allah, baik dalam suka maupun duka, ia akan menemukan kebahagiaan sejati dan ketenangan yang langgeng.

Kebahagiaan ini tidak datang dari pencapaian materi atau keberhasilan duniawi semata, melainkan dari keyakinan bahwa semua masalah di dunia ini hanya dapat diselesaikan dengan melibatkan peran Allah SWT.

Dalam hal ini, Ustadz H. Ir. Khairil Baits, Anggota Dewan Mudzakarah (DM) Hidayatullah, yang baru saja pergi meninggalkan kita, menekankan pentingnya apa yang disebutnya sebagai “logika ilahiyah” dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan.

Dalam suatu forum Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pesantren Mahasiswa (Pesmadai), ia menyatakan bahwa masalah-masalah di dunia ini, jika dipikirkan secara manusiawi, tidak akan ada akhirnya.

Maka dari itu, beliau menyarankan agar kita menggunakan logika ilahiyah, yaitu pendekatan yang melibatkan keimanan dan pengembalian segala urusan kepada Allah. Ustadz Khairil menekankan bahwa logika manusia terbatas, dan hanya dengan bersandar pada Allah, kita dapat mencapai penyelesaian sejati.

Kebahagiaan Sejati

Kehidupan dunia adalah ujian yang penuh dengan rintangan dan kesulitan. Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 155 seperti yang dituliskan di bawah ini, Allah berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Dalam ayat ini, Allah dengan jelas menyatakan bahwa setiap manusia akan dihadapkan pada cobaan, namun kabar gembira diberikan kepada mereka yang sabar. Sabar dalam arti ini tidak hanya berarti menahan diri, tetapi juga mencakup keyakinan penuh bahwa Allah akan memberikan solusi terbaik bagi setiap masalah yang kita hadapi.

Logika manusia sering kali terbatas pada apa yang tampak di hadapan mata. Kita mencoba memecahkan masalah berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan kita, tetapi sering kali menemui jalan buntu. Inilah titik di mana logika ilahiyah menjadi sangat penting.

Logika ilahiyah mengajarkan kita bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah. Bahkan musibah dan kesulitan yang kita hadapi adalah bentuk kasih sayang-Nya, karena dengan musibah tersebut dosa-dosa kita terhapus dan kita dipersiapkan untuk menerima kebaikan yang lebih besar di masa depan.

Ustadz Khairil Baits mengatakan, masalah kalau dipikir memang tidak ada selesainya, makanya kita pakai logika ilahiyah saja. Logika kita tidak mampu menjangkau setiap masalah, karena itu penyelesaiannya kembalikan kepada logika Allah. Kita minta bantuan kepada Allah.

Pernyataan ini sangat relevan dalam kehidupan modern, di mana banyak orang terjebak dalam tekanan masalah yang tidak pernah selesai. Dengan menggunakan logika ilahiyah, kita diajak untuk memahami bahwa masalah bukanlah sesuatu yang harus dihadapi dengan kekuatan sendiri, tetapi dengan bantuan Allah yang Maha Kuasa.

Hanya kepada Allah

Islam mengajarkan bahwa setiap hamba harus senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dalam segala hal. Dalam Al-Fatihah, ayat yang kita baca berulang kali setiap hari, kita menyatakan, “Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan” (QS. Al-Fatihah [1]: 5).

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

Ayat ini menegaskan bahwa hanya Allah yang menjadi tempat kita meminta pertolongan, dan tidak ada kekuatan lain yang mampu menolong kita selain Dia. Hal ini juga sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, di mana Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ ، وَإِذَا  اسْتَعَنْتَ فَاسْتَـعِنْ بِاللهِ

“Jika engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah” (HR. Ahmad).

Memohon pertolongan kepada Allah bukan hanya soal mengangkat tangan dalam doa dan anggukan kepala yang khusyuk dalam, tetapi juga tentang keyakinan yang mendalam bahwa Allah mendengar dan akan menjawab doa kita sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Rasulullah SAW juga menegaskan dalam sebuah hadits bahwa,

الدُّعَاءُ سِلاَحُ المُؤْمِنِ وَعِمَادُ الدِّيْنِ وَنُوْرُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ

“Doa adalah senjata bagi orang beriman, tiang bagi agama, dan cahaya langit serta bumi.” (HR. Al-Hakim).

Dengan memanjatkan doa dan berpegang teguh pada keyakinan bahwa Allah akan menolong kita, kita akan mendapatkan ketenangan batin, yang pada akhirnya melahirkan kebahagiaan dan kegembiraan dalam menjalani hidup.

Logika Ilahiyah dalam Menghadapi Musibah

Salah satu bentuk logika ilahiyah adalah pandangan positif terhadap musibah. Dalam hadits Rasulullah SAW, disebutkan bahwa setiap musibah yang menimpa seorang Muslim akan menggugurkan dosa-dosanya. Rasulullah SAW bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلاَ نَصَبٍ وَلاَ سَقَمٍ وَلاَ حَزَنٍ حَتَّى الْهَمِّ يُهَمُّهُ إِلاَّ كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ

“Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh), rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa melainkan dosa-dosanya akan diampuni” (HR. Muslim).

Dengan kata lain, musibah yang kita alami adalah sarana dari Allah untuk menyucikan kita dari dosa-dosa dan memperbaiki hubungan kita dengan-Nya.

Pandangan ini juga yang terus menjadikan almarhum Ustadz Khairil Baits selama hidupnya selalu semangat dan mengalirkan semangat itu melalui narasi konstruktif yang meneguhkan keyakinan.

“Setiap ada musibah harus dipandang positif sebagai penggugur dosa dan penghilang bala’. Semoga dengan musibah itu, ia menjadi proses penyelesai masalah yang kita hadapi,” katanya.

Pernyataan beliau tadi menunjukkan bahwa musibah, yang sering kali kita pandang sebagai sesuatu yang buruk, justru merupakan kesempatan bagi kita untuk membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan pandangan ini, setiap musibah menjadi lebih mudah diterima, karena kita tahu bahwa ada hikmah besar di balik setiap kesulitan.

Hidup dengan Tawakkal

Tawakkal, atau berserah diri kepada Allah, adalah salah satu prinsip penting dalam Islam yang menjadi bagian dari logika ilahiyah. Ketika kita telah melakukan segala upaya yang maksimal dalam menghadapi masalah, langkah terakhir adalah menyerahkan hasilnya kepada Allah.

وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ

Dalam Al-Qur’an surah At-Talaq ayat 3 di atas, Allah berfirman, “Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Dia akan mencukupkan keperluannya”. Ayat ini mengajarkan bahwa ketika seseorang berserah diri kepada Allah, maka Allah akan mencukupi segala keperluannya, baik di dunia maupun di akhirat.

Tawakkal tidak berarti kita pasif dan menyerah begitu saja tanpa usaha. Justru, Islam mengajarkan kita untuk berusaha sebaik mungkin dalam segala hal. Namun, setelah usaha maksimal dilakukan, kita harus yakin bahwa hasilnya berada di tangan Allah.

Inilah bagian dari logika ilahiyah, di mana kita meyakini bahwa Allah lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Dengan demikian, tawakkal membawa kedamaian hati, karena kita tidak lagi dibebani oleh kekhawatiran akan hasil yang di luar kendali kita.

Ketika kita menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam setiap aktivitas kita di dunia, kita akan merasakan kebahagiaan dan kedamaian yang tidak dapat ditemukan melalui pencapaian duniawi semata.

Logika ilahiyah mengajarkan kita bahwa segala sesuatu, baik itu kesulitan maupun kesenangan, adalah bagian dari rencana Allah yang sempurna. Dengan bersandar pada Allah dalam menghadapi setiap masalah, kita akan menemukan solusi yang jauh melampaui keterbatasan logika manusia.

Masalah kalau dipikir memang tidak ada selesainya, makanya kita pakai logika ilahiyah saja. Pesan ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa dalam menghadapi masalah, kita tidak boleh hanya bergantung pada akal dan logika manusia yang terbatas.

Sebaliknya, kita harus selalu memohon pertolongan kepada Allah dan yakin bahwa Dia akan memberikan jalan keluar terbaik bagi kita. Dengan logika ilahiyah, kita akan merasakan kebahagiaan, ketenangan, dan kegembiraan yang abadi, baik di dunia maupun di akhirat. (red/hidayatullah.or.id)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Rakerwil V Hidayatullah Jatim Ditutup, Ketua DPW Apresiasi Pelayanan Tuan Rumah

Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) V Hidayatullah Jawa Timur resmi ditutup pada hari Ahad, 19 Januari 2024, di Situbondo. Dalam...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img