AdvertisementAdvertisement

Meraih Keberkahan Ilahi di Pagi Hari, Refleksi Perjalanan Menuju Fajar

Content Partner

KETIKA penulis mendapatkan tugas ke kota dan jadwalnya setelah Shubuh. Karena jarak ke kota cukup jauh yaitu sekitar 30 kilo meter, maka, berangkat lebih awal yaitu minimal satu jam sebelum Shubuh, bahkan lebih awal agar tidak terburu-buru meski sebenarnya tidak ada kemacetan.

Dalam perjalanan akhir malam menjelang Shubuh itu, karena cukup pelan dan menikmati suasana sepi di jalan. Terlihat sosok-sosok pengendara motor dengan keranjang besar di belakangnya dan menarik ada lampu senter terikat di kepalanya.

Biasanya senter kepala atau headlamp, dipakai oleh kalangan para pendaki gunung dan penjelajah gua karena kepraktisannya. Atau pekerja-pekerja di tempat gelap dan memerlukan pencahayaan khusus.

Setelah mengamati agak cermat, ternyata mereka adalah para pemulung yang sedang bergerilya mencari sampah-sampah berharga di tempat-tempat sampah pinggir jalan.

Mereka karena menyisir satu persatu tempat sampah yang terletak di pinggir-pinggir jalan berjarak per seratus meter di sebelah kanan dan kiri jalan. Menggunakan headlamp karena mereka harus memilah dan memilih satu persatu sampah-sampah bertumpuk itu, tidak semua tentu bisa diambil dan dijual.

Sampah ibarat harta karun di mata pemulung, mereka seperti penambang emas yang harus memakai headlamp. Tentu mereka harus teliti memilih antara kerikil, pasir, tanah dan butiran emas yang bercampur menjadi satu, sehingga harus cermat, cepat dan memakai lampu senter di kepalanya.

Mereka berlomba satu dengan yang lain untuk memperebutkan sampah. Terlambat satu menit maka bisa kesalib temannya dan melayang rezekinya, di sinilah diperlukan kejelian dan kecermatan di tengah gelapnya malam.

Pemerintah setempat memang menganjurkan kepada masyarakat untuk membuat sampah di malam hari agar pagi hari sudah bisa diangkut dengan truk-truk oleh petugas. Diharapkan suasana kota dipagi hingga sore hari nampak bersih dan tidak ada pemandangan sampah-sampah yang menumpuk dan bahu di pinggir jalan. Bahkan ada regulasi tentang sanksi hukuman atau denda bagi masyarakat yang membuang sampah di pagi atau siang hari.

Di situlah, akhirnya, para pemulung-pemulung cerdas (memakai lampu center di kepala) dan memulai petualangannya mencari sampah sejak dini hari. Jika lambat atau didahului oleh pencari sampah sebelumnya maka bisa dipastikan tidak mendapatkan sampah-sampah yang bisa diolah dan dijual kembali.

Menarik dan menjadi bahan perenungan, bahwa untuk mendapatkan sampah yang baik (maksudnya layak diolah dan laku dijual kembali) mereka harus berjuang sejak sebelum Shubuh bahkan ada yang sejak tengah malam.

Menjemput rezeki harus sejak pagi, meski hanya sampah-sampah di pinggir-pinggir jalan. Seharusnya menjemput ampunan, keberkahan, pahala, rahmat Allah juga harus lebih semangat.

Pagi adalah awal kehidupan yang Allah berikan kepada manusia. Awal memulai aktivitas di dunia dengan ragam profesi dan macam-macam pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Ada yang sebagian beraktifitas langsung bekerja, sebagian dengan beribadah, ada juga dengan belajar. Semua tergantung dari profesi, obsesi, orientasi, fase dan kebutuhannya masing-masing.

Manusia juga memaknai awal pagi juga berbeda-beda. Ada yang memulai pagi pada pukul 05.00 atau ketika matahari terbit, ada yang memulai setelah matahari terbit yaitu pukul 07.00.

Ada juga yang memulai agak siang, entah karena malam begadang atau kebiasaan yaitu memulai kehidupan pagi pukul 09.00 terutama saat weekend Sabtu Ahad atau hari libur. Namun ada juga yang memulai pagi lebih dini yaitu pukul 02.00 atau 03.00 dengan beribadah shalat lail.

Pagi hari menjadi awal kesibukan dan kemacetan di jalan-jalan terutama di kota-kota besar. Sebagian manusia harus keluar rumah untuk memulai aktivitasnya. Baik, berangkat sekolah, mulai kerja, olah raga, belanja, semua tumpah ruah di jalanan pada pagi hari.

Doa Rasulullah Bagi Umatnya

Islam sebagai agama yang sempurna, sangat memperhatikan setiap detik waktu termasuk pagi hari. Banyak amalan yang dianjurkan ditunaikan pada pagi hari, baik dalam al-Qur’an dan Hadist. Salah satunya, pagi hari mendatangkan keberkahan.

Rasulullah SAW sendiri yang secara langsung mendoakan umatnya agar mendapatkan keberkahan di waktu pagi. Dan sudah pasti doa Rasulullah diijabah Allah SWT.

 اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا

Artinya: “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya

Berkah (البركة) secara bahasa mempunyai beberapa makna. PertamaAl-Luzum (اللزوم) yakni sesuatu yang tetap dan bertahan. Sehingga mempunyai satu akar kata dengan Al-Birkah (البركة) yaitu danau atau kolam. Berkah diumpamakan dengan kolam tempat berkumpulnya air, maksudnya tetapnya kebaikan pada sesuatu tersebut.

Makna Kedua, berkah mempunyai makna An-Nama’ wa Ziyadah (النماء والزيادة) yaitu sesuatu yang tumbuh dan bertambah. Adapun tabrik adalah doa meminta berkah. Ketiga, berkah berati juga As-Sa’adah (السعادة) yaitu kebahagiaan. Maka segala sesuatu yang berkah adalah yang dapat mendatangkan kebahagian bagi pemiliknya. Keberkahan adalah kebaikan yang banyak

Keberkahan waktu dengan banyaknya amal shalih yang dapat dikerjakan, berkahnya ilmu dengan  mengamalkan dan menyebarkannya, berkahnya harta dengan sikap qana’ahnya, berkahnya anak dengan shalih dan berbaktinya mereka, berkahnya istri dengan shalihah, patuh taatnya kepada suaminya, serta dapat mentarbiyyah anaknya dengan baik dan seterusnya.

Doa Rasulullah tentu diperuntukkan bagi umatnya yang mengisi waktu paginya dengan ketaatan, ibadah dan amal sholeh. Bukan umat manusia yang masih tidur hingga siang hari, bukan juga bagi hamba yang mengisi pagi dengan tidur karena begadang seusai nonton bola atau main game. Tidak juga bagi orang-orang yang pagi hari sudah disibukkan dengan urusan dunia dan melalaikan kewajibannya sebagai hamba untuk shalat Shubuh.

Adakah yang lebih penting dari keberkahan dalam hidup ini? Seharusnya sebagai umat Islam yang mengakui Muhammad sebagai nabi, rasul, dan teladan maka harus mengejar dan semangat untuk mendapatkan bagian dari doa Rasulullah di pagi hari yaitu keberkahan. Mengejar keberkahan dengan menjalankan ketaatan yang diperintahkan Allah dan diteladankan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

*) Ust. Dr. Abdul Ghofar Hadi, penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal I Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Pesan dari Tabligh Akbar Hidayatullah Karo, Jaga Kerukunan dan Bentengi Akidah Umat

BRASTAGI (Hidayatullah.or.id) -- Pondok Pesantren Hidayatullah Karo selenggarakan Tabligh Akbar yang bertempat di Masjid Muhammad Cheng Hoo, Kecamatan Berastagi,...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img