PENDIDIKAN telah menjadi kebutuhan manusia yang menginginkan masa depan cerah. Setiap orangtua mendambakan anak-anaknya mendapatkan pendidikan terbaik dengan mendaftarkannya ke sekolah-sekolah pilihan.
Namun, setiap orangtua memiliki pengertian berbeda mengenai pendidikan terbaik. Ada yang merasa puas ketika nilai akademik tercapai atau saat anak bisa mengaplikasikan pelajaran ataupun juga ketika sudah memilik pemahaman agama dan lain sebagainya.
Tapi, apa sebenarnya pendidikan terbaik itu?
Seorang guru di sekolah pernah berkata bahwa belajar antri lebih baik daripada belajar Matematika. Perkataan ini seharusnya dipahami oleh pengajar maupun orangtua. Sesungguhnya pendidikan adab itu lebih dibutuhkan atau lebih diutamakan daripada akademik.
Adab sangat diperlukan di kehidupan sehari-hari dalam bersosialisasi, sedangkan ilmu akademik semuanya diperlukan. Lebih jelasnya seperti ini, jika seorang anak bercita-cita ingin menjadi pemain sepakbola ataupun profesi lainnya, apakah memerlukan ilmu matematika? Tentu tidak selalu.
Kenyataan pada hari ini pendidikan adab malah jauh ditinggal di belakang. Jika dahulu lebih lama waktu untuk belajar adab daripada ilmu pengetahuan, sekarang kenyataannya terbalik, guru yang mengajar di sekolah alih-alih mengajarkan adab, yang ada malah mengajarkan kecurangan seperti yang banyak terjadi pada ujian nasional (UN) yaitu disuruh untuk bekerjasama dalam mengerjakan soal-soal. Padahal, ketika itu terjadi yang ada malah dapat merusak adab para pelajar.
Mengajarkan adab memang tidak hanya menyeru dengan kata-kata, tapi harus lebih menonjolkan aksi keteladan dari pengajar maupun orangtua. Dari contoh sebelumnya, dapat diketahui bahwa kebanyakan pengajar masih belum mampu memberikan pendidikan adab.
Bukan hanya tidak mengajarkan adab, yang ada malah mengarah kepada yang “biadab”. Pengajar di zaman sekarang lebih banyak mengejar prestasi-prestasi akademik dan mengesampingkan adab.
Di sekolah-sekolah pada umumnya, pelajar yang nilai akademiknya baik mendapatkan perlakuan khusus. Seharusnya sekolah pun dapat memberikan apresiasi khusus kepada pelajar yang memiliki adab atau akhlak yang baik.
Pendidikan di Indonesia masih masuk dalam kategori “berantakan”. Para pelajar dituntut untuk mendapatkan nilai akademik yang baik tapi tidak disertai dengan pendidikan adab yang baik.
Di sila kedua Pancasila disebutkan, “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Tapi nyatanya yang banyak terjadi di Indonesia adalah kasus pelajar memukuli gurunya, pelecehan seksual serta perilaku lain yang jauh dari kata beradab.
Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan yang kuat dari tenaga pengajar atau pendidik untuk membantu mewujudkan masyarakat Indonesia khususnya pelajar yang lebih beradab. Karena tidak setiap orang bisa untuk mencapai nilai akademik yang tinggi.
Namun, setiap orang bisa dan mampu untuk memiliki pribadi yang beradab. Akhirnya, pendidikan adab menjadi hal yang paling pertama ditanamkan dalam diri anak-anak yang ada di negara ini.
_____
NABIL FADH, penulis adalah siswa kelas 2 Sekolah Menengah Hidayatullah Balikpapan/Anggota PENA Balikpapan