
JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Menyadari peran strategis dan tugas pokok murabbi dalam kegiatan halaqah, baru-baru ini Ketua Dewan Murabbi Pusat (DMP) Hidayatullah, Ust. Dr. H. Tasyrif Amin, M.Pd.I., kembali mengingatkan para murabbi halaqah agar menjalankan peran tersebut secara optimal.
Hal itu, menurut Doktor Pendidikan tersebut, karena anggota halaqah yang dikenal dengan istilah “mutarabbi” adalah individu yang melihat, mendengar, dan merasakan melalu interaksi langsung bersama murabbinya setiap waktu.
Untuk itu, seorang murabbi disebutnya harus mampu memenuhi ketiga kebutuhan di atas secara optimal.
“Kalau murabbi dapat menampilkan ibadah dan akhlak yang baik, maka kebutuhan pertama (melihat, mengamati) ini akan terpenuhi,” ungkapnya dalam satu diskusi di grup obrolan, belum lama ini.
“Perilaku murabbi menjadi teladan nyata bagi mutarabbi,” ujarnya melanjutkan, seperti disitat media ini dari laman portalamanah.com, Jum’at, 7 Ramadhan 1446 (7/3/2025).
Selanjutnya, mutarabbi juga mendengar dan merekam segala hal di sekitarnya. Hal ini terpenuhi ketika murabbi berbicara dengan penuh hikmah, bertutur sesuai petunjuk wahyu, menyampaikan ilmu sekaligus solusi yang relevan atas permasalahan mutarabbi.
“Kata-kata murabbi menjadi peta penuntun yang menggugah hati dan membekas di pikiran mereka,” ucapnya.
Ketua Pembina Kampus Utama Hidayatullah Timika tersebut menekankan pula pentingnya murabbi memenuhi kebutuhan jiwa binaannya.
“Murabbi harus mampu menyentuh hati mutarabbi dengan ketulusan, doa, dan munajat yang mendalam. Inilah inti tertinggi dalam proses tarbiyah,” terangnya.
Ustadz Tasyrif lalu mengutip ungkapan “ruhul murabbi ahammu min kulli syai’i,” bahwa ruh seorang murabbi lebih penting daripada segalanya. “Keikhlasan dan spiritualitas murabbi adalah kekuatan utama seorang murabbi,”
Terakhir, ustadz Tasyrif mengingatkan seluruh proses tersebut sebagai pola transmisi integratif. Yakni, jika salah satu aspek—melihat, mendengar, atau merasakan—diabaikan, maka proses pendidikan dan pengakderan tidak akan berjalan secara utuh dan sempurna.*/Masykur Suyuthi