
SYUKUR dalam bahasa Arab, syakara, berarti mengakui kebaikan. Syukur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna rasa terima kasih kepada Allah.
Ibnul Qayyim Al Jauziyah menguraikan bahwa syukur itu adalah tunduk dan taat kepada aturan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan amalan yang disukai-Nya baik lahir maupun batin (Al Fauzan, 2012: 47).
Syukur adalah ungkapan terima kasih sebagai pengakuan kebaikan, ketundukan dan ketaatan kepada Allah sebagai upaya mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam kehidupan sungguh banyak nikmat pemberian Allah yang saking banyaknya manusia tak mampu menakarnya sebagaimana diingatkan dalam firman-Nya:
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 18).
Oleh karena itu, hendaknya warnai keseharian kita dengan memperbanyak bersyukur.
Bagaimana caranya bersyukur? Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’ah Al-Fatawa menyatakan bahwa syukur haruslah dijalani dengan hati, lisan, dan anggota badan.
Syukur dalam lisan mengucapkan Alhamdulillah atas nikmat yang diterima. Syukur dalam hati terbangunnya kesadaran bahwa semua kebaikan berasal dari Allah. Syukur dalam perbuatan dengan menggunakan nikmat dengan cara yang diridhai Allah.
Untuk kesempurnaan syukur, Ibnul Qayyim Rahimahullah memberikan rambu-rambu berdasarkan pada lima prinsip yang saling melengkapi.
Kelima prinsip tersebut adalah: (1) Rendah hati dan tunduk kepada Allah bagi orang yang bersyukur, (2) Cinta kepada-Nya, (3) Mengakui nikmat-nikmat-Nya, (4) Memuji-Nya atas nikmat-nikmat tersebut, dan (5) Tidak menggunakan nikmat-nikmat tersebut dalam hal-hal yang Allah benci (Al Fauzan: 2012).
Melakoni kelima prinsip tersebut akan memudahkan merasakan manfaat dari bersyukur tersebut.
Beberapa manfaat bersyukur. Pertama, mendapat ganjaran baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana firman-Nya :“Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan kami beri ganjaran” (QS. Al Imran: 145).
Kedua, menjadi sebab selamatnya seseorang dari azab Allah. Allah SWT berfirman yang artinya:“Tidaklah Allah akan mengadzab kalian jika kalian bersyukur dan beriman. Dan sungguh Allah itu syakir lagi alim” (QS. An-Nisa: 147).
Ketiga, bakal menambah nikmat yang Allah SWT berikan. Allah berfirman: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’” (QS. Ibrahim: 7).
Keempat, mengundang datangnya ridha Allah. Allah berfirman: “Jika kalian ingkar, sesungguhnya Allah Maha Kaya atas kalian. Dan Allah tidak ridha kepada hamba-Nya yang ingkar dan jika kalian bersyukur Allah ridha kepada kalian” (QS. Az-Zumar: 7).
Kelima, mendatangkan kebaikan sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : “Setiap perkara orang beriman itu sungguh luar biasa. Karena setiap urusannya adalah baik. Ini tidak akan terjadi pada diri seseorang kecuali orang beriman yang sejati. Jika dia memperoleh, kesenangan, dia bersyukur, dan ini baik baginya. Jika dia mengalami kesulitan, dia bersabar dan ini juga baik untuknya.” (HR. Muslim).
Dengan bersyukur yang berasa manfaatnya akan memperkuat hubungan seseorang dengan Pencipta. Juga memperbaiki kualitas hidupnya.
Hubungan harmonis dengan Pencipta dan kualitas hidup yang baik merupakan jalan lempang bagi seorang muslim meraih kebahagiaan dalam hidupnya.
*) Nursyamsa Hadis, penulis Ketua Bidang Dakwah dan Pelayanan Ummat DPP Hidayatullah