
JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Islamic Medical Service (IMS) menempati posisi penting dalam struktur kebijakan strategis Hidayatullah periode 2020–2025. Hal ini ditegaskan oleh Ketua Bidang Dakwah dan Pelayanan Umat DPP Hidayatullah, Drs. Nursyamsa Hadis, dalam pertemuan monitoring dan evaluasi IMS yang digelar di Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Jakarta, beberapa waktu lalu dan ditulis Kamis, 17 Dzulqaidah 1446 (15/5/2025).
Diketahui IMS adalah merupakan salah satu amal usaha Hidayatullah dalam bidang pelayanan kesehatan yang berorientasi pada pengabdian kepada umat.
“Ini menunjukkan IMS menjadi salah satu bagian penting dalam pencapaian kebijakan strategis organisasi,” ujar Nursyamsa menegaskan relevansi IMS dalam peta jalan besar organisasi.
Lebih lengkapnya, kebijakan strategis yang disebutkan Nursyamsa tertuang dalam Tap Munas Hidayatullah Nomor 12/TAP/MUNASV/2020 tentang Kebijakan-Kebijakan Strategis Hidayatullah Tahun 2020-2025. Salah satu butir pentingnya secara eksplisit menyebutkan:
“Mengamanahkan kepada IMS agar meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanannya yang dapat memberi pelayanan kesehatan berbiaya terjangkau kepada masyarakat, bahkan pembebasan biaya bagi kalangan tertentu.”
Tantangan utama dari amanah ini, menurut Nursyamsa, terletak pada bagaimana IMS mampu menerjemahkannya ke dalam praktik yang konkret dan terukur.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya kerja optimal seluruh pengurus IMS agar mampu membumikan amanah tersebut secara utuh hingga menjelang pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) Hidayatullah pada akhir Oktober 2025.
Nursyamsa menyebut dua elemen kunci dalam proses ini, yaitu manajemen dan leadhership.
“Perencanaan program yang matang, pengorganisasiannya, pelaksanaannya dan terevaluasi dengan sistemik, hendaknya menjadi acuan bagi pengurus dalam menjabarkan rencana tahunannya,” ujarnya.
Dalam konteks Hidayatullah, terang dia, kepemimpinan (leadhership) bukan sekadar kemampuan manajerial, tetapi merupakan bagian dari jati diri kader sebagaimana termuat dalam jatidiri Hidayatullah.
“Ingin timnya disiplin, harus dimulai dari pemimpinnya. Pemimpin harus menjadi contoh panutan. Ibda’ binafsik, mulai dari diri. Kalau ini dilakukan akan memudahkan terjadinya integrasi, sinergi, dan kolaborasi semua unit-unit organisasi,” katanya.
Melalui konsistensi pelaksanaan program strategis, serta kekuatan manajemen dan kepemimpinan, IMS diharapkan mampu menjawab amanah besar ini dengan konkret dan terukur, menguatkan peranannya sebagai garda depan pelayanan kesehatan dalam tubuh Hidayatullah.
Dengan demikian, IMS tidak hanya dituntut unggul secara teknis dalam pelayanan kesehatan, tetapi juga menjadi contoh dalam menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang kuat dan visioner.
Disamping itu, IMS juga menjadi instrumen penting dalam implementasi visi Hidayatullah membangun peradaban Islam melalui pelayanan konkret di tengah masyarakat terhadap pemenuhan hak dasar khususnya dalam aspek kesehatan, melalui pendekatan holistik yang mengintegrasikan aspek spiritual, sosial, dan medis.
Pertemuan tersebut turut dihadiri oleh seluruh pengurus harian IMS serta Ketua Pembina, drg Fathul Adhim, dan anggota pembina, Mahladi Murni.*/