ORGANISASI Islam saat ini dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks, baik dari sisi internal maupun eksternal. Perubahan sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi yang cepat dan penuh etidakpastian, menuntut organisasi untuk terus beradaptasi dan meningkatkan kapasitasnya agar tetap relevan dan berkelanjutan.
Dalam konteks ini, capacity building menjadi sangat penting untuk membangun dan memperkuat kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan dan menghadapi tantangan yang ada.
Capacity building atau pengembangan kapasitas, dapat didefinisikan sebagai proses berkelanjutan untuk mengembangkan sumber daya, sistem, dan struktur organisasi agar dapat berfungsi secara efektif dan efisien. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi, memperkuat tata kelola, dan memastikan keberlanjutan program dan layanan yang ditawarkan.
Dengan kata lain, capacity building itu mencakup berbagai aspek, seperti pengembangan sumber daya manusia, penguatan sistem manajemen, peningkatan infrastruktur, serta pembangunan kemitraan dan jaringan kerja, dalam rangka mencapai tujuan strategis organisasi secara efektif dan berkelanjutan. Dengan demikian maka, capacity building, -mau tidak mau-, telah menjadi kebutuhan mendesak bagi organisasi-organisasi Islam di era kontemporer ini.
Pentingnya Capacity Building bagi Organisasi Islam
Organisasi Islam saat ini meskipun dituntut oleh zaman untuk melakukan kolaborasi dengan sesama organisasi, akan tetapi realitasnya, juga dihadapkan pada persaingan dengan organisasi lain, dalam konteks lokal maupun global. Sehingga, konsekwensinya untuk menjaga agar tetap relevan sekaligus mempertahankan jati diri, maka organisasi Islam perlu melakukan capacity building secara berkelanjutan. Ada sejumlah alasan yang dijadikan dasar, mengapa capacity building sangat penting:
Pertama, Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi, Capacity building memungkinkan organisasi untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya manusia, keuangan, maupun infrastruktur. Dengan kemampuan yang memadai, organisasi dapat menjalankan program dan aktivitasnya secara lebih efektif dan efisien.
Kedua, Menghadapi Perubahan dan Tantangan, Dunia terus berubah dengan cepat, dan organisasi Islam harus mampu beradaptasi. Capacity building membantu organisasi mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan strategi yang diperlukan untuk menghadapi perubahan dan tantangan baru, kemudian memenagkannya.
Ketiga, Menjaga Relevansi dan Keberlanjutan, Dengan kapasitas yang kuat, organisasi Islam dapat tetap relevan dan terus memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Capacity building memastikan bahwa organisasi memiliki fondasi yang kokoh untuk bertahan dan berkembang dalam jangka panjang.
Keempat, Memperkuat Jati Diri dan Nilai-Nilai Islam, Capacity building tidak hanya fokus pada aspek teknis, tetapi juga pada penguatan nilai-nilai dan jati diri organisasi Islam, sebagai karakter dan identitas organisasi. Dengan memiliki kapasitas yang kuat, organisasi dapat tetap berpegang pada prinsip-prinsip Islam dan menyesuaikan strategi tanpa mengorbankan integritas dan identitasnya..
Kelima, Membangun Kepercayaan dan Dukungan, Capacity building yang efektif dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi Islam. Hal ini dapat mendorong partisipasi dan dukungan yang lebih luas dari masyarakat, serta membangun kemitraan dan kohesifitas yang kuat dengan pemangku kepentingan lainnya.
Dengan melihat urgensi dari capacity building di atas, maka tidak ada alasan bagi organisasi Islam untuk tidak melakukannya, sehingga ini menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap organisasi apapun bentuknya.
Kapan Capacity Building Perlu Dilakukan?
Capacity building bukan proses instan yang sekali jadi, akan tetapi merupakan proses panang dang berkelanjutan yang perlu dilakukan secara teratur dan sistematis. Kendatipun demikian, setidaknya dapat ditemukan beberapa titik kritis di mana capacity building menjadi sangat penting:
Pertama, Saat Organisasi Menghadapi Tantangan Baru, ketika organisasi menghadapi tantangan baru, seperti perubahan lingkungan eksternal, perluasan wilayah kerja, atau pergeseran tren sosial-budaya, maka capacity building diperlukan untuk hadir dan memastikan organisasi memiliki kemampuan dan strategi yang tepat untuk menghadapinya.
Kedua, Saat Organisasi Merencanakan Ekspansi atau Perubahan Besar, jika organisasi berencana untuk melakukan ekspansi atau perubahan besar, seperti menambah program baru, membuka cabang baru, atau melakukan restrukturisasi signifikan, capacity building menjadi sangat penting untuk mempersiapkan sumber daya yang dibutuhkan. Dalam konteks sumberdaya manusia maka memastikan bahwa mereka tetap berpegang teguh pada jatidiri.
Ketiga, Saat Terjadi Pergantian Kepemimpinan atau Sumber Daya Utama, pergantian kepemimpinan atau kehilangan sumber daya utama dapat menimbulkan kesenjangan kapasitas dalam organisasi, bahkan terjadi instabilitas dalam Organisasi. Sehingga, capacity building dapat membantu mengisi dengan melakukan berbagai rekayasa sosial (social engineering) untuk mengatasi kesenjangan tersebut dan memastikan kesinambungan operasional.
Keempat, Setelah evaluasi kinerja, dalam sebuah organisasi, evaluasi kinerja meriupakan sebuah keniscayaa. Dan pada saat evaluasi kinerja itu menunjukkan adanya kekurangan atau area yang perlu ditingkatkan, maka capacity building mutlak dilakukan dalam rangka memberpaiki kekurangan yang ada agar tetap pada standar dan indikasi yang telah ditetapkan, serta meningkatan sektor lain yang sudah baik agar lebih baik lagi.
Kelima, Saat terjadi perkembangan signifikan dalam teknologi atau metode kerja yang relevan dengan organisasi, perkembangan teknologi menjadi sebuah keniscayaan, sehingga turunannya adalah merubah metode kerja. Jika tidak dilakukan capacity building untuk beradaptasi maka organisasi akan kehilangan relevansinya, sehingga akan ketinggalan dan juga ditinggalkan oleh anggotanya.
Keenam, dilakukan secara berkala, untuk menjaga vitalitas organisasi agar terus menjadi trend setter, maka capacity building mesti dilakukan secara sistematis dan berkala. Dalam hal ini dapat dilakukan misalnya setiap beberapa tahun sekali, untuk memastikan kapasitas organisasi selalu terjaga dan terus ditingkatkan.
Bagaimana Melakukan Capacity Building?
Dalam banyak kasus kebanyakan organisasi tidak paham untuk melakukan capacity building ini. Padahal, capacity building dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain: Pertama, pengembangan sumber daya manusia: meliputi pelatihan, pendidikan, dan pengembangan keterampilan bagi staf dan sukarelawan, serta perekrutan tenaga ahli yang kompeten.
Kedua, penguatan tata kelola: melibatkan peningkatan sistem manajemen, proses pengambilan keputusan, serta penerapan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Ketiga, pengembangan Infrastruktur: mencakup peningkatan sarana dan prasarana, seperti kantor, fasilitas, dan teknologi informasi yang mendukung operasional organisasi.
Keempat, membangun kemitraan dan jaringan: Organisasi dapat bekerja sama dengan organisasi lain, lembaga pendidikan, pemerintah, atau sektor swasta untuk berbagi sumber daya, pengetahuan, dan keahlian.
Berikutnya, Kelima, pengembangan kepemimpinan: mengidentifikasi dan mengembangkan calon pemimpin masa depan dalam organisasi melalui program pengembangan kepemimpinan.
Dan, Keenam, Evaluasi dan perbaikan perkelanjutan: melakukan evaluasi secara berkala terhadap kapasitas organisasi, mengidentifikasi kekurangan, dan mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
Agar proses capacity building berjalan sesuai dengan keinginan organisasi dalam mengadapai tantangan dan dinamika yang ada, maka mesti disusun strategi implementasi yang disesuaikan dengan realitas yang dihadapi oleh masing-masing organisasi. Sehingga prioritas pendekatannya akan sejalan dengan resources yang dimiliki oleh organisasi.
Siapa yang Terlibat dalam Capacity Building?
Capacity building, bukan hanya tugas dari pucuk pimpinan organisasi semata, akan tetapi mesti melibatkan seluruh elemen organisasi, mulai dari pimpinan hingga anggota biasa, termasuk stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan) dalam organisasi. Hal ini dimaksudkan agar kedepannya kehadiran organisasi dengan wajah baru itu memberikan kebermanfaatan yang lebih bagi banyak pihak. Meskipun demikian, jika dikerucutkan, ada beberapa peran utama yang terlibat, yaitu:
Pertama, Pemimpin dan Pengurus Organisasi: Berperan dalam menentukan arah dan strategi capacity building, serta memastikan alokasi sumber daya yang tepat.
Kedua, Kader dan Anggota: Menjadi subjek utama dalam proses capacity building, terutama dalam hal pengembangan keterampilan dan pengetahuan.
Ketiga, Konsultan dan Tenaga Ahli: Memberikan masukan, pelatihan, dan pendampingan dalam proses capacity building sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
Keempat,Lembaga Mitra: Organisasi dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan, organisasi non-profit lain, atau pemerintah untuk mendukung proses capacity building.
Kelima, Pemangku kepentingan: Seperti masyarakat, pemerintah, atau organisasi mitra, dapat terlibat dalam proses capacity building untuk memastikan relevansi dengan kebutuhan mereka.
Kesimpulan
Capacity building merupakan proses penting bagi organisasi Islam dalam membangun kemampuannya untuk menghadapi tantangan saat ini dan masa depan. Dengan melakukan capacity building secara berkelanjutan, organisasi dapat mempertahankan jati diri dan nilai-nilai utamanya, meningkatkan efektivitas program, menghadapi tantangan eksternal, serta membangun kepercayaan dan dukungan dari masyarakat.
Proses ini melibatkan partisipasi dari berbagai pihak, baik internal maupun eksternal, dan dapat dilakukan melalui pengembangan sumber daya manusia, penguatan tata kelola, pengembangan infrastruktur, serta membangun kemitraan dan jaringan kerja yang kuat.[]
*) ASIH SUBAGYO, penulis peneliti senior Hidayatullah Institute (HI)