Hidayatullah.or.id — Pondok pesantren merupakan sarana pendidikan tertua di Indonesia. Sayangnya masih banyak lembaga pendidikan para santri itu kondisinya mengenaskan. Karena itulah pondok pesantren menjadi perhatian khusus Kementerian Perumahan Rakyat untuk diperbaiki menjadi lebih layak huni dan bagus.
“Pendidikan pondok pesantren sudah ada sejak jaman penjajahan. Saat ini kita punya 27 ribu ponpes di seluruh Indonesia. Kondisi asramanya jauh dari layak huni,” kata Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, dalam siaran pers yang diterima media, Selasa (7/1) kemarin.
Djan mengaku telah berkeliling Indonesia untuk melihat kondisi pesantren dari dekat. Saat baru ditunjuk sebagai menteri, dia langsung turun ke ponpes-ponpes di seluruh pelosok daerah.
“Ternyata kondisinya masih banyak yang memprihatinkan. Kamar tidurnya sempit, ruangan kecil diisi banyak santri. Mereka tidur umpel-umpelan. Bayangkan, ukuran 3 x 4 meter persegi diisi 20 santri,” papar Djan.
Ia pernah mendapati sebuah pesantren dengan jumlah santri mencapai 18 ribu. Mck-nya di empang. Itu pun harus antri. Tidur, tempat sholat dan tempat berlajarnya di musholla. Mereka juga tidak dipungut bayaran. Hebatnya dalam sehari mereka dapat makan sampai 3 kali. “Nah, Kalau bukan pemerintah yang memerhatikan pondok pesantren, siapa lagi,” ujarnya.
Anggaran untuk perbaikan pondok pesantren pun sangat minim. Sebelum jadi menteri perumahan, lanjut Djan, anggaran setahun hanya cukup untuk perbaikan 8 pondok pesantren. Djan pun berusaha meyakinkan Presiden SBY bahwa pendidikan pesantren harus mendapat perhatian ekstra. Upayanya berhasil.
Sejak 2012, anggaran bantuan pembangunan pondok pesantren berupa Rusunawa yang semula hanya cukup untuk 8 ponpes, melesat menjadi 300 pembangunan Rusunawa pesantren. Yang semula anggarannya hanya Rp 900 miliar di 2011, di 2014 mencapai Rp 4,6 triliun.”Insya Allah di 2014 bertambah menjadi 400 pesantren,” ujar Djan.
Menurut Djan, pendidikan pesantren itu, selain murah, sebenarnya kualitas pendidikannya tak kalah bagus dengan pendidikan formal.
“Karena itu kita bantu pembangunan pondokannya berupa Rusunawa. Dengan kualitas pondokan yang bagus akan meningkatkan pendidikan yang bagus pula. Meski pendidikannya masih berpegang pada tradisi, tapi lebih terlihat moderen,” jelasnya.
Untuk keseluruhan Jawa Timur Djan mengungkapkan akan dibangun 175 twinblok dengan nilai mencapai Rp 600 miliar. (pr/hio)