DENPASAR (Hidayatullah.or.id) — Hidayatullah berduka cita, salah satu kader terbaiknya meninggal dunia. Beliau adalah dai senior Ust. H. Abdullah Ihsan, yang juga mengemban amanah sebagai anggota Majelis Penasehat Hidayatullah.
Beliau wafat hari ini di Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara, Denpasar, Bali, pada hari Selasa, 12 Maret 2024 atau bertepatan dengan tanggal 1 Ramadhan 1445.
Ustadz Abdullah Ihsan dikenal karena kegigihannya dalam berjuang menjalankan tugas dakwah. Hingga akhir hayatnya, dia mendapatkan penugasan terakir di Bali dan akhirnya ditakdirkan meninggal dunia di sana.
Tak hanya gigih dalam berdakwah, ia juga memiliki pembawaan santun, supel, dan mengayomi. Tak heran, di mana pun bertugas dia selalu diterima dengan baik.
“Beliau figur pendakwah yang harus menjadi teladan bagi generasi muda Hidayatullah berikutnya,” kata Imam Nawawi, Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Hidayatullah 2020-2023.
Salah satu pesan Ust Abdullah Ihsan yang direkam Imam Nawawi ketika ia menyampaikan taushiah di hadapan peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III Hidayatullah di Masjid Al-Mabrur Asrama Haji Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (1/12/2017), adalah hendaknya para dai memperhatikan adab dalam berdakwah.
Menurut almarhum, umat Islam adalah umat terbaik, tentu saja itu tidak boleh sebatas menjadi pemahaman, tetapi juga pengamalan.
“Kepada yang tua kita jadikan guru, kita minta nasehat dan petunjuknya. Kepada yang sebaya, kita jadikan sahabat, dan kepada adik-adik yang muda-muda, kita jadikan diri kita sebagai kakak atau orang tua mereka, sehingga dakwah itu terpancar dari diri kita, bukan lagi sebatas ajakan lisan kita,” papar almarhum ketika itu.
Selain itu, Pembina Pesantren Hidayatullah Bali itu juga menekankan para kader Hidayatullah untuk menjadi manusia yang bijak.
“Bijak itu bagaimana, sesama muslim jelas macam-macam cara berpikir dan kebiasaannya. Jangan kita anti kepada mereka yang berbeda, juga jangan meremehkan mereka dan menilai diri sendiri sebagai yang tertinggi. Tetaplah mereka saudara seiman kita, karena manusia yang bijak itu tidak sombong, yakni tidak menolak kebenaran dan tidak meremehkan manusia,” pesannya.
Terakhir, sebagai kunci, perintis Hidayatullah Wilayah Bali dan Nusa Tenggara itu mengingatkan jati diri dai Hidayatullah.
“Jangan sampai semakin tinggi keilmuan semakin lemah keyakinan kepada Allah. Hidayatullah ini berdiri dan eksis dimana-mana karena spirit keyakinan kepada Allah dan istiqomah. Kader-kader yang ada hari ini harus mengikuti spirit yakin kepada Allah ini dan istiqomah dari para pendahulu. Allah di Balikpapan, sama dan itu juga Allah yang di NTB, Bali dan dimanapun juga di bumi ini,” tutup almarhum.
Selamat jalan, pejuang.
Semoga Allah menyayangi beliau, mengampuni seluruh dosa beliau, dan mengumpulkan beliau bersama para Nabi, Rasul, Shiddiqin, Syuhada, dan Shalihin di Jannah Firdaus Tertinggi, Aamiin. (ybh/hidayatullah.or.id)