AdvertisementAdvertisement

Islam sebagai Jalan Hidup Melampaui Keyakinan Batin Menuju Pengamalan Nyata

Content Partner

ISLAM bukan agama kebatinan yang hanya sekedar pengakuan atau kepercayaan dalam hati. Berislam tidak cukup hanya dengan hati, istilahnya yang penting “eling” atau ingat.

Anehnya, orang-orang yang melaksanakan Islam dalam kebatinan dianggap punya kedudukan lebih tinggi dan mulia. Padahal Nabi Muhammad sebagai orang yang paling mulia tidak mencontohkan Islam dengan hanya kebatinan tapi harus dengan beramal dengan ibadah dan kesholehah.

Islam juga bukan hanya pemikiran. Artinya Islam bukan hanya untuk konsumsi otak, sekedar menjadi pengetahuan, sebab Islam bukan hanya ilmu atau islamologi.

Setelah mengkaji dan diskusi panjang tentang Islam bahkan tak jarang hingga larut malam, seharusnya masih ada tahapan berikutnya yaitu beramal.

Islam adalah agama amal. Artinya, Islam menuntut kepada umatnya untuk membuktikan keimanan, keislaman, dan pengetahuannya dengan beramal, berbuat, berperilaku sesuai dengan perintah Allah dan Rasulullah.

Iman  bukan  sekedar  meyakini  adanya  Allah  SwT  dengan  segala  keesaan-Nya,  tetapi  iman  juga  berkaitan  dengan  segala  kebajikan  yang  ada  di  muka  bumi  ini dengan beramal sholeh.

Setidaknya ada tiga ayat dalam al-Qur’an yang Allah mempertegas tentang pahala terbaik bagi orang-orang yang beramal adalah surga dengan ampunan, keridhoaan, dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.

أَو۟لَٰٓئِكَ جَزَآؤُهُم مَّغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّٰتٌ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ ٱلْعَٰمِلِينَ

Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal” (QS. Ali Imron: 136)

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَنُبَوِّئَنَّهُم مِّنَ ٱلْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ نِعْمَ أَجْرُ ٱلْعَٰمِلِينَ

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal” (QS. Al Ankabut: 58)

وَقَالُوا۟ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى صَدَقَنَا وَعْدَهُۥ وَأَوْرَثَنَا ٱلْأَرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ ٱلْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَآءُ ۖ فَنِعْمَ أَجْرُ ٱلْعَٰمِلِينَ

“Dan mereka mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki; maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal” (QS. Az Zumar: 74)

Tiga ayat di atas, Allah menegaskan di setiap akhir ayat tentang nikmatnya pahala orang yang beramal yaitu surga dengan segala kenikmatannya. Nikmatnya beramal bukan pada sisi materi duniawi tapi sisi ruhiyah atau ruhani.

Bahkan, kenikmatan itu di sempurnakan di surga nanti. Sebuah kenikmatan yang belum pernah dilihat, didengar, dirasakan bahkan tidak bisa dibayangkan sama sekali selama di dunia.

Nikmatnya Islam itu dengan mengamalkan ajaran Islam. Nikmatnya shalat dengan melaksanakan shalat, nikmatnya al-Qur’an dengan membaca dan mengamalkan isinya, nikmatnya berdzikir ya dengan bedzikir, nikmatnya haji dan umrah dengan berangkat ke tanah suci. Nikmatnya berzakat, infak dan shadaqah juga dengan mengamalkannya secara konsisten.

Setinggi apapun ilmunya tentang shalat tapi jika tidak pernah shalat, atau hanya kadang-kadang saja shalat, maka tidak pernah merasakan nikmatnya shalat. Demikian ibadah-ibadah yang lain juga begitu, mengharuskan amal secara konsisten.

Beramal yang dimaksud di sini adalah yang sudah terlandasi oleh iman yang ikhlas karena Allah dan terbingkai dengan ilmu sebagaimana Rasulullah ajarkan. Itulah dua syarat mutlak harus dipenuhi untuk merasakan nikmat beramal. Adapun besarnya nikmat beramal selaras dengan tingkat kesulitan, tantangan, dan godaannya yang berat.

Bukan amal seperti rutinitas, kebiasaan atau amal seremonial yang sepi dari makna. Terkadang banyak orang beramal tapi sekedar ritual mengikuti orang-orang terdahulu tapi tidak dilandasi dengan keimanan dan keilmuan yang memadai.

Kenikmatan surga memang tidak otomatis diberikan kepada orang-orang beramal ibadah ataupun beramal sholeh. Namun ada kebijakan Allah yaitu Rahmat Allah, sebagaimana Rasulullah sampaikan dalam sebuah hadist.

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ » . قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ

“Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.” (Muttafaqun ‘alaih. Dikeluarkan oleh Al Bukhari (5349) dan Muslim (2816) dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Orang beriman harus meningkatkan doa dan mujahadahnya bukan pada orientasi nikmat-nikmat yang bersifat materi, uang, atau kekayaan. Memang itu juga penting, tapi doa dan mujahadah yang lebih berkelas dan keren yaitu doa mendapatkan Rahmat, ampunan, dan keberkahan hidup. Doa  diberikan kenikmatan dalam beramal, kenikmatan dalam ketaatan kepada Allah, kenikmatan dalam beribadah.

*) Ust. Dr. Abdul Ghofar Hadi, penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal I Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Fathun Qarib Abdullah Said: “Musyawarah adalah Bagian dari Keindahan Berjamaah”

BERAU (Hidayatullah.or.id) -- Musyawarah adalah napas keindahan berjamaah di lingkungan Hidayatullah. Pesan ini disampaikan dengan penuh hikmah oleh Ketua...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img