KEPAHIANG (Hidayatullah.or.id) — Suasana penuh kebahagiaan menyelimuti Pondok Pesantren Al Kahfi Putri Ujan Mas, Kabupaten Kepahiang. Para santri yang selama ini fokus pada hafalan Al-Qur’an, kali ini menikmati hasil jerih payah mereka di ladang pepaya yang dikelola sendiri, Selasa, 6 Rabi’ul Awal 1446 (10/9/2024).
Berbekal dukungan dari Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) Perwakilan Bengkulu, mereka berhasil menggelar panen raya yang tidak hanya mencukupi kebutuhan pondok, tapi juga menjadi langkah penting dalam swasembada pondok dan pengembangan jiwa kewirausahaan santri.
Dengan suasana ceria dan penuh antusiasme, para santri terlihat gembira menyambut momen yang dinanti-nanti ini. Amira, seorang santri berusia 14 tahun yang sudah menghafal 6 juz Al-Qur’an, menyatakan kegembiraannya. “Terima kasih BMH yang sudah mensupport panen pepaya ini. Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu juga tercapai,” katanya dengan senyum lebar.
Kepala Kantor BMH Bengkulu, Muhammad Irwan, mengatakan kebun pepaya ini adalah simbol dalam upaya sinergis membangun kemandirian dan ketahanan pangan berbasis pesantren. Di bawah binaan Laznas BMH, kebun santri ini mencerminkan konsep pendidikan yang komprehensif.
“Pesantren tak hanya mengajarkan ilmu agama dan Al-Qur’an, tetapi juga menanamkan keterampilan hidup dan kewirausahaan yang penting untuk masa depan santri,” katanya.
Dengan hasil panen yang melimpah, pepaya ini bukan hanya digunakan untuk kebutuhan internal pesantren seperti sayuran dan tambahan nutrisi buah untuk santri. Sebagian hasilnya dijual ke pasar lokal. Ini memberikan pengalaman langsung bagi para santri dalam dunia usaha, memperkenalkan mereka pada pentingnya pengelolaan sumber daya dan pemasaran produk.
Tumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Santri
Lebih jauh Irwan menjelaskan, panen pepaya di Pondok Pesantren Al Kahfi Putri tidak hanya menyangkut aspek ketahanan pangan, tetapi juga menjadi media untuk membangun jiwa kewirausahaan. Dengan terlibat langsung dalam proses penanaman hingga pemanenan, para santri belajar mengenai tanggung jawab, ketekunan, dan perencanaan.
Dalam hal ini, program dari Laznas BMH memainkan peran penting. Dukungan yang diberikan tidak sebatas bantuan material, melainkan juga pelatihan dan pendampingan yang memungkinkan santri memahami nilai penting kemandirian ekonomi. Kebun pepaya yang mereka kelola menjadi laboratorium hidup, tempat mereka mengembangkan keterampilan kewirausahaan sejak dini.
“Mengajarkan kewirausahaan di lingkungan pesantren tentu memberikan nilai lebih. Ini sejalan dengan visi menciptakan generasi yang selain unggul dalam agama, juga siap menghadapi tantangan dunia nyata. Keterampilan ini nantinya akan sangat bermanfaat saat para santri terjun ke masyarakat, baik untuk menjadi pemimpin komunitas atau pengusaha yang berintegritas,” imbuhnya.
Salah satu keunikan dari Pondok Pesantren Al Kahfi Putri adalah bagaimana mereka memadukan pendidikan agama dengan keterampilan praktis. Para santri yang dikenal sebagai penghafal Qur’an, tetap diberi kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari, seperti memahami dan mengenalkan mereka pada dunia botani.
“Aktivitas ini, selain mengisi waktu luang mereka, juga memberikan pelajaran penting tentang siklus hidup, kebersamaan, dan rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah Ta’ala,” terang Irwan.
Kedepannya, tambahnya, kebun ini juga berpotensi dikembangkan menjadi pusat pelatihan agribisnis bagi santri lainnya, baik dari Pondok Pesantren Al Kahfi Putri maupun pesantren di sekitarnya. Ini sejalan dengan cita-cita besar menciptakan pesantren mandiri yang mampu berkontribusi pada ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat sekitar.*/Adam Sukiman