إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala
Beberapa hari terakhir ini, kita disuguhi infomasi yang massif tentang calon pemimpin bangsa ini. Karena tahun depan akan dilaksanakan Pemilu dan Pilpres.
Koalisi kanan kiri, berubah-ubah setiap hari, pencitraan, kampanye akan memenuhi pembicaraan di seluruh lapisan masyarakat.
Bicara tentang calon pemimpin, apalagi calon presiden, memang menarik. Ada pro kontra, senang dan tidak senang, tarik-menarik kepentingan, perdebatan yang terkadang memanas.
Namun terkadang kita lupa, bahwa kita punya negara kecil yaitu keluarga. Dan kita sendiri, atau kita semua, sebagai laki-laki yang telah beristri, adalah seorang presiden dalam negara kecil itu.
Kita secara riil terpilih atau dipilih secara sah menjadi seorang presiden atau pemimpin keluarga.
Istri dan anak-anak kita, orang tua, mertua, dan saudara-saudara kita, juga berharap agar kita menjadi pemimpin yang sholeh, amanah, jujur, dan adil sebagaimana kreteria presiden yang hendak dipilih nanti.
Kita hadir di masjid ini sebagai laki-laki, sebagai pemimpin, sebagai suami, dan sebagai ayah bagi anak-anak.
Maka setiap Jumat, kita senantiasa diingatkan untuk meningkatkan taqwa sebagai salah satu modal menjadi seorang pemimpin.
Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala
Allah berfirman dalam dalam Al Qur’an surah An Nisa’ ayat 34:
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ ۚ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”
Ayat ini mengandung makna, bahwa, laki-laki memiliki tanggung jawab untuk berusaha memenuhi kebutuhan istri dan mewujudkan kemaslahatan keluarga. Dalam wujud sakinah, mawadah dan rahmah, melalui proses yang terus menerus penuh tantangan dan melelahkan.
Makna “qawwâm” itu sendiri adalah bersungguh-sungguh dan serius dalam melaksanakan sesuatu.
Sehingga Allah SWT menggunakan kata ini untuk menunjukkan tugas suami dengan unsur kesulitan, berat, dan melelahkan, untuk mewujudkan kemaslahatan dan kebahagiaan keluarga.
Sebagai seorang pemimpin tentu kita akan diminta pertanggungjawaban, sebagaimana hadist Rasulullah:
عن ابن عمر رضي الله عنهما ، قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «كلكم رَاعٍ، وكلكم مسؤول عن رَعِيَّتِهِ: والأمير رَاعٍ، والرجل رَاعٍ على أهل بيته، والمرأة رَاعِيَةٌ على بيت زوجها وولده، فكلكم راَعٍ، وكلكم مسؤول عن رَعِيَّتِهِ». وفي لفظ: «كلكم رَاعٍ، وكلكم مسؤول عن رَعِيَّتِهِ: الإمام رَاعٍ ومسؤول عن رَعِيَّتِهِ، والرجل رَاعٍ في أهله ومسؤول عن رَعِيَّتِهِ، والمرأة رَاعِيَةٌ في بيت زوجها ومسؤولة عن رَعِيَّتِهَا، والخادم رَاعٍ في مال سيده ومسؤول عن رَعِيَّتِهِ، فكلكم رَاعٍ ومسؤول عن رَعِيَّتِهِ.
[صحيح] – [متفق عليه]
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya, laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya, seorang pembantu adalah penjaga harta tuannya dan bertanggung jawab atas apa yang dijaganya. Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya” (Hadist riwayat Muttafaqun ‘alaihi)
Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala
Tugas utama kita sebagai seorang pemimpin rumah tangga adalah menyelamatkan anggota keluarga dari siksa api neraka, sebagaimana Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Tahrim ayat 6:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
Tugas atau misi berat dari seorang suami, bukan semata mencari nafkah, membangun rumah, membeli kendaraan mewah tapi tugas yang paling berat adalah menyelamatkan anggota keluarga dari api neraka.
Sebab, ia harus bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan keluarga. Bertarung dengan godaan syetan, tarikan nafsu, tantangan zaman yang sarat dengan materialisme, kapitalisme, liberalisme, dan sekulerisme dalam aspek kehidupan manusia di akhir zaman ini.
Sering kali dan banyak para suami yang merasa cukup sebagai pemimpin keluarga dengan hanya mencari nafkah.
Padahal, tidak cukup seorang suami hanya bekerja dari pagi hingga pulang sore untuk mencari nafkah, meski itu juga penting sebagai bagian dari kewajiban seorang suami.
Tapi sebagian suami melalaikan kewajiban yang lebih penting yaitu menyelamatkan dirinya dan keluarganya dari sengatan api neraka. Dengan mengajari, mengajak, dan memberikan contoh untuk ibadah, taat kepada Allah dan berakhlaq mulia.
Tidak cukup diri sendiri rajin shalat, puasa, baca al Qur’an. Tapi hendaknya mengajak anggota keluarga menjadi kewajiban berikutnya bagi seorang suami.
Apalagi jika tidak memenuhi nafkah dan tidak menyelamatkan keluarga dari api neraka. Istri dan anak bisa menggugat balik kepada suami atau ayahnya di hadapan Allah kelak dari hari kiamat jika dimasukkan ke neraka. Karena merasa tidak pernah diajari, dibimbing, dan diajak untuk beragama yang baik. Na ‘udzu billahi min dzalik.
Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala
Salah satu syarat menjadi pemimpin keluarga adalah senantiasa berbuat makruf kepada istri dan anak. Sebagaimana hadist Rasulullah:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik pada keluarganya. Aku sendiri adalah orang yang paling baik pada keluargaku.” (HR. Tirmidzi, no. 3895. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kriteria presiden atau pemimpin keluarga yang terbaik dalam hal ini, bukan yang paling gagah perkasa, ganteng, cakep, romantis, terkenal, atau kaya raya dengan memberikan nafkah yang banyak ataupun pintar. Tapi yang bertanggungjawab untuk menyelamatkan anggota keluarga dari api neraka dan senantiasa berbuat baik kepada keluarganya.
Tidak membiarkan istri dan anak-anaknya dalam pergaulan yang tidak baik, baik dalam kemaksiatan ataupun kemusyrikan. Namun mengkondiskan agar rumah kita menjadi surga bagi istri dan anak-anak karena kebaikan-kebaikan yang ada dalam rumah tangga kita.
Allah mempertajam perintah berbuat makruf kepada keluarga dengan al-Qur’an surat an-Nisa ayat 19:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَيَجْعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya” (QS. An-Nisa: ayat 19).
Perintah memuliakan dan memperlakukan istri dengan baik. Sabar dengan kekurangan istri dan memahami psikologis istrinya.
Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala
Oleh karena itu, tidak dibenarkan apa pun alasannya bagi seorang suami melakukan segala bentuk kekerasan dan penindasan, baik fisik maupun psikis.
Istri kita bukan bidadari yang sempurna. Istri adalah manusia biasa yang memiliki kekurangan sebagaimana kita sebagai suami juga memiliki banyak kekurangan. Suami juga bukan malaikat yang suci dari cacat atau kekurangan.
Dalam ayat surah an-Nisa ayat 19 tadi, jika istri memiliki kekurangan fisik atau karakter yang kita/suami tidak senang, Allah menjanjikan bahwa di sana ada kebaikan yang sangat banyak.
Maka, bersabar dan bersyukurlah, karena sabar dan syukur akan menjadi sayap yang akan menerbangkan keluarga ke pintu surga.
Sekali lagi, tidak mudah menjadi presiden, meski presiden rumah tangga bagi istri dan anak-anak.
Maka libatkan Allah dengan senantiasa menjaga ibadah dan munajat untuk meminta pertolongan Allah dalam mewujudkan baiti jannati. Disempurnakan dengan belajar dan berlatih menjadi pemimpin yang baik di keluarga.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KHUTBAH PENUTUP DAN DOA