PEMIMPIN itu bukan sekadar pemegang amanah dan jabatan dipundaknya, yang diperoleh dengan berbagai model, melainkan lebih dari itu, sebab ia juga harus mampu melihat masa depan melampaui dimensi ruang dan waktu. Mereka adalah sosok visioner yang memiliki kecakapan dalam merajut masa depan dari benang mimpi-mimpi yang tersirat maupun tersurat. Kemudian dengan penuh kesabaran dan konsistensi, menenunnya dengan bacaan, data, dan ilmu yang dikuasai. Selanjutnya dengan telaten, teliti dan cermat menjahit dan menyulamnya dengan pengalaman, integritas dan kebijakan. Sehingga, mimpi mereka bukan khayalan semata, melainkan peta jalan yang menuntun mereka dan pengikutnya menuju tujuan mulia.
Mereka bukan hanya melihat apa yang ada dan terpampang di hadapan mata, tetapi juga mampu membayangkan apa yang belum terjadi. Sebab, dibalik setiap tindakan besar, tersembunyi sebuah visi yang disusun dari potongan-potongan mimpi dan harapan yang teruji oleh realitas dikemudian hari. Pemimpin yang hebat tidak hanya mampu membayangkan masa depan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan sekaligus menunjukkan jalan yang membawa ke titik tujuan. Dengan perpaduan berbagai elemen-elemen tersebut, maka seorang pemimpin akan mampu mengambil langkah yang bijaksana dengan hikmah dalam memimpin.
Pemimpin yang bermimpi seperti itu, akan dengan mudah dapat memimpin dengan lebih hikmah dan bijaksana. Mereka tidak terjebak dalam kesesatan dan kesempitan jangka pendek, melainkan fokus pada tujuan jangka panjang. Mereka mampu melihat peluang dan tantangan di masa depan, dan merumuskan strategi untuk mencapainya.
Dengan demikian visi seorang pemimpin bagaikan lentera yang menerangi jalan di tengah kegelapan. Ia tahu jalan mana yang ditempuh, menunjukkan melalui jalan mana saja yang harus dilewati, serta mengikuti jalan yang benar untuk dilalui. Sehingga seorang pemimpin itu, selalu memberi arah dan makna bagi setiap langkah yang diambil. Dengan demikian, tanpa visi yang jelas dan terukur, seorang pemimpin bagaikan kapal tanpa nahkoda, terombang-ambing di lautan dengan penuh ketidakpastian.
Oleh karenanya, Pemimpin yang visioner memahami bahwa masa depan bukanlah takdir yang kaku, melainkan sebuah layer lebar yang dapat dilukis dan menorehkan dengan tinta emas serangkaian sejarah dengan tekad dan kerja keras. Mereka melihat peluang di mana orang lain melihat rintangan, dan mereka merintis jalan baru dang tidak menyerah, di mana jalan lama telah buntu. Pemimpin seperti inilah yang akan selalu relevan disepanjang zaman.
Pemimpin Islam dan Kedekatan kepada Allah ta’ala
Dalam perspektif kepemimpinan Islam, kebijaksanaan dan kebijakan yang dimiliki seorang pemimpin tidak terlepas dari kedekatannya dengan Sang Pencipta, Allah ta’ala. Melalui ibadah mahdhah (yang diwajibkan) dan ghairu mahdhah (yang dianjurkan), serta munajat yang tulus dan kuat, seorang pemimpin memperkuat hubungannya dengan Allah.
Dari sini, mereka tidak hanya mendapatkan kekuatan spiritual, dan hidayah, dan pada saat yang bersamaan juga menerima tetesan ilhami berupa “bashirah” atau penglihatan batin yang memungkinkan mereka mampu melihat dan bahkan menvisualisasikan masa depan, seolah ada dihdapan mata. Kemampuan seperti ini tidak dimiliki oleh semua orang, hanya pemimpin yang menjalani hubungan yang mendalam dengan Allah ta’ala yang diberikan keistimewaan ini.
Ibadah mahdhah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, menumbuhkan rasa disiplin, tanggung jawab, dan kepasrahan kepada Allah ta’ala. Baginya bukan hanya sekedar kewajiban apalagi menjadi beban, akan tetapi menjadi sebuah kebutuham, yang memberikan nutrisi ruhiyah, sebagai pemandu dalam memimpin. Sifat-sifat ini sangat penting bagi seorang pemimpin.
Sementara itu, ibadah-ibadah ghairu mahdhah seperti ibadah-ibadah nawafil, puasa sunnah, dakwah, amar makruf nahi munkar, dan membantu orang lain, dan lain sebagainya termasuk berorganisasi, dapat menumbuhkan rasa empati, kepedulian, dan keadilan. Sifat-sifat ini juga penting bagi seorang pemimpin.
Disisi lain, kekuatan munajat berupa doa yang khusyuk kepada Allah ta’ala akan membukakan pintu hati dan pikiran. Pemimpin yang dekat dengan Allah ta’ala sebagaimana diuraikan sebelumnya itu, akan mudah untuk mendapatkan tetesan ilhami berupa “bashirah”. Yaitu sebuah kemampuan melihat bahkan menvisualisasikan apa yang akan terjadi kedepan, tidak jarang sangat presisi, sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa.
Bashirah: Bukan Sekedar Mimpi Tapi Memetakan Masa Depan
Bashirah, sebagai kemampuan pemimpin untuk melihat, memvisualisasikan, bahkan mengimplementasikan mimpi sebagai visi di masa depan, merupakan manifestasi dari kedekatan spiritual yang dalam dengan Sang Pencipta. Ini bukan sekadar prediksi atau harapan, tetapi penglihatan yang diberikan oleh Allah kepada mereka yang teguh dalam ibadah dan munajat.
Bashirah dapat dijelaskan sebagai sebuah fungsi atau lebih sederhananya merupakan hasil dari kombinasi antara bacaan, data, ilmu penetahuan dan pengalaman yang diperoleh pemimpin, bersama dengan kebijaksanaan dan petunjuk ilahi yang diperoleh melalui ibadah yang sungguh-sungguh.
Dalam cahaya ilahi dan tetesan ilhami yang diterima melalui laku ibadah yang khusyuk, pemimpin akan dituntun melaluii bashirah, sehingga mampu melihat lebih jauh dari sekadar apa yang tampak di permukaan, mereka mampu memahami implikasi jangka panjang dari setiap tindakan, dan membawa visi mereka ke dalam realitas yang nyata dengan keberanian dan ketegasan yang luar biasa.
Dengan bashirah, pemimpin mampu memetakan jalan ke depan bagi organisasi atau komunitas mereka, memperkirakan perubahan yang akan terjadi, dan mengambil tindakan yang bijaksana untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Mereka tidak hanya berjalan di jalur yang telah ditempuh sebelumnya, tetapi mampu membuka jalan baru yang membawa kemajuan dan kesuksesan, bahkan bisa jadi tidak terpikirkan oleh orang lain.
Bashirah membantu pemimpin untuk memimpin dengan keyakinan dan kepastian, meskipun di tengah-tengah ketidakpastian dan tantangan yang kompleks. Dengan visi yang diberikan oleh bashirah ini, maka pemimpin menjadi bukan hanya pembawa mimpi, tetapi juga arsitek dari masa depan yang mereka impikan, membawa cahaya, inspirasi dan sekaligus peta jalan (roadmaps) bagi yang mereka pimpin.
Pemimpin yang visioner dan berbashirah tidak hanya mampu melihat masa depan, tetapi juga mewujudkannya. Mereka mendeterminasi dan mempengaruhi pengikutnya dengan keyakinan mereka, dan mereka memobilisasi sumber daya untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian maka, di era yang penuh dengan ketidakpastian ini, kebutuhan akan pemimpin visioner dan berbashirah semakin terasa. Mereka adalah pembawa obor harapan, yang mampu menuntun kita melewati masa-masa sulit dan membangun masa depan yang lebih baik.
Penutup
Pemimpin sejati bukanlah mereka yang memimpin karena memegang amanah dan jabatan yang diperolehnya, akan tetapi mereka pada dasarnya adalah seorang pemimpi yang mampu melihat melampaui batas realitas. Mimpi mereka bukan khayalan semata, melainkan visi yang menjadi peta jalan menuju masa depan yang lebih baik.
Pemimpin yang memimpin dengan mimpi ,adalah tonggak utama dalam menciptakan perubahan yang berarti dalam masyarakat. Dengan visi yang kuat, didorong oleh hikmah dan ilhami dari Allah ta’ala, mereka menjadi agen perubahan yang memimpin umat menuju kejayaan di masa mendatang.
Sebagai sumber inspirasi dan pionir perubahan, pemimpin mode seperti ini, akan mengajarkan kita akan pentingnya memiliki visi yang jelas dan terang dalam mengarungi lautan kehidupan. Dengan penuh keyakinan dan kebijaksanaan, mereka membawa harapan, cahaya, dan petunjuk bagi semua yang mengikuti jejak langkah mereka.
*) ASIH SUBAGYO, Penulis adalah Peneliti Senior Hidayatullah Institue