AWAL Mei 2024, tujuh bulan setelah agresi dahsyat ‘Israel’ di Gaza, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan “garis merah” yang jarang dilakukan terhadap negara palsu sekutu utama AS tersebut.
Biden menegaskan bahwa Washington tidak akan memberikan bom dan peluru artileri kepada serdadu ‘Israel’ untuk menyerang Rafah di Gaza selatan.
Namun, gambar-gambar jenazah hangus yang muncul akibat serangan penjajah ‘Israel’ di Rafah pada hari Ahad (26/5/2024) telah menimbulkan tanda tanya besar tentang kredibilitas garis merah Biden tersebut.
Diperkirakan lebih dari 60 Ahlu Syam Gaza syahid dalam serangan yang menghantam tenda-tenda pengungsian di Rafah.
“Sangat mengecewakan melihat Biden terus membiarkan ‘Israel’ beroperasi dengan impunitas,” kata Ahmad Abuznaid, Direktur US Campaign for Palestinian Rights (USCPR).
“Menyatakan garis merah yang Anda sendiri tahu tidak akan Anda tepati, tidak hanya berarti dia akan terus disebut Genocide Joe, tetapi itu juga menunjukkan bahwa dia lemah secara politik.”
Yasmine Taeb, direktur kelompok advokasi MPower Change Action, menyebut garis merah Biden di Rafah sama sekali tidak berarti dan hanya merupakan kelanjutan dari kebijakan yang tidak berperasaan terhadap Gaza.
“’Israel’ melanggar hukum humaniter internasional, serta hukum dan kebijakan AS. Namun, hampir delapan bulan pembantaian di Gaza, tampaknya masih belum cukup bagi Biden untuk akhirnya mengambil posisi yang berprinsip dan konsisten dengan menegakkan hukum AS dan segera menangguhkan (pengiriman) senjata ke ‘Israel’,” jelas Taeb.
‘Israel’ kembali melanjutkan pengeboman Rafah hari Ahad, dengan serangan lain di dekatnya pada hari Selasa (28/5/2024), yang merenggut nyawa sedikitnya 21 warga yang mengungsi.
Genosida ‘Israel’ Sekaligus Genosida Amerika
Council on American-Islamic Relations (CAIR) turut mengecam pemerintah AS karena terus mendukung ‘Israel’ setelah serangan terhadap pengungsi di Rafah yang menewaskan sedikitnya 60 orang.
“Hari demi hari, pembantaian demi pembantaian, dan pemerintahan Biden terus mengirimkan bom ke rezim ‘Israel’… yang mereka gunakan untuk membantai anak-anak, wanita, tenaga medis, jurnalis, pekerja bantuan internasional, serta orang-orang sakit dan lansia, sambil terus melindungi ‘Israel’ dari akuntabilitas internasional,” ujar Nihad Awad, direktur eksekutif CAIR.
“Kebrutalan genosida ini, yang setiap hari diungkap oleh tumpukan jenazah warga sipil Palestina yang hangus dan terpotong-potong, harus dihentikan. Sedihnya, karena kengototan Presiden Biden untuk mengirimkan lebih banyak bom yang memungkinkan terjadinya kejahatan perang Netanyahu di Rafah, sekarang ini merupakan genosida Amerika dan juga genosida ‘Israel’.”
Sumber: Aljazeera dan diterjemahkan oleh Sahabat Al Aqsha