
JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Hidayatullah, Rasfiuddin Sabaruddin, mengatakan bahwa cita cita Indonesia Emas 2045 untuk menjadi negara maju, berdaulat, adil, dan makmur di usianya yang genap satu abad kemerdekaannya hanya akan dapat terwujud bila dibangun di atas fondasi yang benar.
“Dalam pandangan kami, adab adalah pilar pertama yang harus ditegakkan sebelum bicara soal pembangunan dalam sektor lain,” kata Rasfiuddin dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 22 Dzulqa’dah 1446 (20//5/2025).
Dia menegaskan bahwa adab bukan sekadar sopan santun, tetapi mencakup keseluruhan sikap hidup yang menghormati tatanan, menjunjung nilai-nilai kebenaran, dan berperilaku sesuai akhlak mulia.
“Ketika adab tegak, maka ketahanan dalam semua sektor akan kokoh,” terangnya, seraya mengajak melihat bagaimana adab menjadi kunci dalam empat pilar ketahanan nasional.
Pertama, adab dalam ketahanan ideologi yang berlandas pada Pancasila dan nilai luhur bangsa.
Rasfiuddin menjelaskan, ketika generasi muda memahami adab terhadap bangsa dan sejarahnya, mereka tidak mudah tergoda oleh ideologi yang menyimpang.
“Pancasila harus dijaga bukan hanya dengan hafalan, melainkan dengan penghayatan yang mendalam, dan pengamalan yang penuh adab dengan dimulai dari ketahanan akidah yang benar dan kuat,” tegasnya.
Kedua, adab dalam ketahanan ekonomi. Dia menjelaskan, ekonomi yang kuat tidak dibangun dari keserakahan, tetapi dari integritas, kerja keras, dan etos kerja.
“Adab melahirkan pelaku ekonomi yang jujur, amanah, dan bertanggung jawab, menjadikan ekonomi tumbuh secara merata tidak dikuasai oleh sekelompok kaum elit saja, sehingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia betul-betul bisa terealisasi,” terangnya.
Ketiga, adab ketahanan sosial-budaya. Dalam masyarakat majemuk, terangnya, adab menjadi tameng dari perpecahan.
Karena itu, tegas Rasfiuddin, saling menghormati, mendengarkan, dan mengedepankan kepentingan bersama di atas ego kelompok adalah manifestasi dari adab sosial yang tinggi.
Keempat, adab ketahanan keamanan dalam bingkai hukum dan tatanan sosial. Dia menjelaskan, keamanan tidak hanya dijaga oleh aparat, tetapi oleh kesadaran kolektif masyarakat untuk hidup tertib, damai, dan saling menjaga.
“Generasi beradab tidak mudah terprovokasi dan tidak menjadi sumber kekacauan,” imbuhnya.
Lebih jauh ia menguraikan, pemuda hari ini hidup dalam era keterbukaan informasi yang luar biasa. Namun tanpa adab, keterbukaan bisa berubah menjadi kebisingan. “Tanpa akhlak, kecerdasan menjadi alat untuk menipu. Tanpa moral, kekuasaan bisa menindas,” katanya.
Di sisi lain, Indonesia memiliki bonus demografi, tetapi itu bisa menjadi bencana bila generasi mudanya kehilangan arah dan adab. Di sinilah, terangnya, peran pembinaan kader beradab menjadi sangat penting.
Karenanya ia pun mendorong beberapa langkah konkret untuk mengentaskan masalah tersebut yaitu melakukan revitalisasi pendidikan adab sejak dini, dan menggalang gerakan kepemudaan yang berbasis nilai.
Selain itu, Rasiuddin juga memandang pentingnya kelangsungan sinergi dan kolaborasi lintas sektor, termasuk organisasi keagamaan dan pemuda, untuk membentuk ekosistem sosial yang beradab.
Ia pun melihat pentingnya peran generasi muda dalam memanfaatkan teknologi digital dengan cerdas dan cerma.
“Mengisi ruang digital dengan konten yang mencerdaskan. Pemuda harus menjadi pelopor literasi digital yang bermoral dan konstruktif,” katanya menukaskan.*/