
BATAM (Hidayatullah.or.id) — Dalam momentum akademik tahunan, Sidang Senat Terbuka Institut Agama Islam (IAI) Hidayatullah Batam Tahun Akademik 2024/2025 menghadirkan orasi ilmiah penuh refleksi dari Ketua Kaportais Wilayah XII Riau dan Kepri, Prof. Dr. Hj. Leny Nofianti, S.E., M.Si., M.Ak., CA.
Prof Leny Nofianti membuka pidato ilmiahnya dengan satu kata kuat: “Luar biasa!”
Ungkapan ini ia tujukan sebagai apresiasi atas komitmen IAI Hidayatullah Batam dalam membangun generasi pembelajar di tengah arus besar teknologi.
Dengan mengusung tema “Pendidik sebagai Perancang Peradaban di Tengah Gelombang Teknologi,” Prof Leny menyampaikan orasi yang tidak hanya menyentuh sisi intelektual, tetapi juga spiritual dan kultural.
Ia memulai pidatonya dengan menukil Surah Al-Mujadilah ayat 11, yang menekankan pengangkatan derajat bagi mereka yang berilmu, serta hadis Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah SWT akan memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim).
Lebih lanjut, Prof Leny memaparkan sejarah pendidikan sebagai fondasi peradaban. Ia menelusuri dinamika pendidikan dari tradisi lisan dan pengamatan alam di era Nusantara, yang banyak berpusat di surau, langgar, dan pesantren.
Lembaga-lembaga ini, menurutnya, memainkan peran penting dalam integrasi ilmu agama dengan praktik kehidupan sehari-hari.
Pada masa kolonial, sistem pendidikan mengalami perubahan besar dengan masuknya pendidikan formal ala Barat. Namun, sistem ini acapkali menciptakan dikotomi antara ilmu umum dan ilmu agama.
“Pasca kemerdekaan menjadi titik awal penyatuan dua kutub pendidikan ini,” jelasnya. Proses ini terus berkembang, terlebih dengan munculnya revolusi industri 4.0 dan kemajuan teknologi mutakhir seperti Generative Artificial Intelligence (AI).

Dalam pandangan Islam, lanjut Prof Leny, pendidikan merupakan pilar utama peradaban. Ia mengutip Surah Az-Zumar ayat 9, sebagai pengingat bahwa orang-orang berilmu memiliki posisi istimewa dalam pandangan Allah.
Oleh karena itu, terangnya, pendidikan Islam harus melahirkan murobbi, yakni pendidik yang bukan sekadar pengajar, tetapi juga pembina jiwa dan akhlak.
Prof Leny menekankan bahwa kemunculan AI membawa tantangan sekaligus peluang besar. “Kunci keberhasilan dari seluruh permasalahan pendidikan di era ini,” jelasnya, “terletak pada bagaimana kita mengintegrasikan teknologi secara cerdas.”
Rektor UIN Sultan Syarif Kasim Riau ini menekankan bahwa integrasi teknologi harus berbasis pada tujuan pembelajaran, bukan semata-mata tren.
Teknologi, lanjutnya, harus berorientasi pada nilai akhlak, kejujuran, empati, serta memperkuat relasi manusiawi antara pendidik dan peserta didik, bukan malah menjauhkannya.*/