SEKALIPUN hingga akhir zaman, kematian tetap menjadi hal yang misteri bagi manusia, terkait soal waktu, tempat dan prosesnya.
Namun …
Secara umum, orang tetap beranggapan, bahwa ada tiga kelompok manusia yang waktu kematiannya lebih cepat; yang usianya sudah tua, yang dilanda penyakit kronis dan orang yang berada di kawasan tidak aman (rawan bencana atau daerah konflik).
Yang pasti…
Kesadaran dan keyakinan seseorang akan dekatnya waktu kematian, sangat berpengaruh pada pola pandang, cara berfikir, dan tentu saja pada sikap dan perilakunya.
Saya juga masih meraba-raba, apa ada hubungannya dengan usia yang makin tua, sehingga euforia piala dunia kali ini, saya tidak lagi meresponnya sebagaimana pada perhelatan serupa di masa-masa yang silam.
Tentu tidak bermaksud menyalahkan dan apa lagi merendahkan, orang-orang yang masih saja sangat antusias merespon piala dunia kali ini dengan sekian bentuk ekspresinya.
Tidak dapat dipungkiri, Qatar selaku tuan rumah berhasil menampilkan suasana yang sangat berbeda, mereka benar-benar memanfaatkan momentum ini guna mendakwahkan nilai-nilai Islam yang sangat simpatik dan betul-betul menggugah.
Bagi kaum “nyinyiriun”, melihat apa yang dilakukan oleh Qatar, tetap saja fokus pada titik-titik kekurangan dan secara serius mengkritisinya, seolah dialah pemegang kunci pintu surga dan berwewenang menyeleksi siapa yang berhak untuk masuk ke dalamnya.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menambah jumlah kaum “nyinyiriun”, terlepas kita berada pada pihak yang mana, tapi sebatas mencoba ikut memancing, hal-hal positif apa yang bisa kita tuangkan, untuk dapat dijadikan pelajaran bagi orang, terkait keikut sertaan kita dalam merespon piala dunia kali ini.
Jangan sampai, ada status dan komentar kita yang justru semakin menimbulkan kebingungan, atas hal-hal yang boleh jadi sangat memdasar dalam ajaran Islam.
Kemenangan Arab Saudi atas Argentina di pertandingan awal, sungguh mencengangkan semua pemerhati bola, namun perjalanan selanjutnya tidak kalah mengejutkannya, sebab justru Messi dan Argentina yang menjadi juaranya, sementara Arab Saudi, sudah harus tersingkir sejak di fase grup.
Fenomena Maroko tidak kalah mengejutkannya, bukan saja berhasil menembus sampai semi final, tapi karena prosesnya yang harus melewati Spanyol dan Portugal. Padahal sebelumnya, tidak pernah ada pengamat yang pernah membayangkannya.
Belum lagi tersingkirnya Jerman sejak di fase grup, dengan proses tidak kalah dramatisnya, termasuk yang sangat sulit diterima, oleh para penggemar setia Brazil, kali ini lagi-lagi mereka begitu optimis akan menjadi juaranya, namun harus menyaksikan nangis pilunya sang bintang Neymar.
Akhirnya…
Semoga kita termasuk orang yang tidak sebatas ikut-ikutan euforia dgn perhelatan piala dunia, namun tetap bisa memetik hikmah yang menjadi bekal tambahan menyonsong kematian. Nau’dzu billah, jika piala dunia kali ini, justru semakin menambah jumlah hal-hal yang akan dipertanyakan malaikat nantinya.
Menjelang berakhirnya thn 2022, isyarat nyata bila waktu kematian kita semua semakin dekat. Astaghfirullah dan mohon maaf bila ada kalimat yang kurang berkenan.
Ust. Akib Junaid