DI ERA serba digital seperti saat ini, maka transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keniscayaan. Arus digitalisasi bagaikan gelombang tsunami yang tak terbendung, telah mendisrupsi berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali juga menimpa pada organisasi.
Kehadiran Revolusi Industri 4.0 dan juga Society 5.0 menandakan era baru yang didominasi oleh teknologi digital. Dalam era ini, organisasi yang tidak bertransformasi digital akan tertinggal dan tergulung arus perubahan, bahkan terancam punah.
Singkatnya, digitalisasi yang di-trigger oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah lanscape cara manusia berinteraksi, bekerja, dan berbisnis secara fundamental. Oleh karena itu, organisasi dituntut harus mampu beradaptasi dengan perubahan ini untuk tetap relevan dan bersaing di pasar yang semakin kompetitif.
Oleh karenanya, kehadiran organisasi Islam, yang selama ini telah terbukti sebagai pilar penting dalam kehidupan umat, juga tidak luput dan tidak bisa menhindar ataupun menolak dari imperatif transformasi digital ini. Dalam perspektif lain, persaingan di era digital semakin ketat, tidak hanya berdampak di level lokal, tetapi telah merembah juga global.
Sehingga, bagi organisasi Islam, transformasi digital bukan hanya tentang teknologi itu sendiri, melainkan juga tentang perubahan mindset dan budaya organisasi. Di mana organisasi Islam yang ingin eksis dan memenangkan persaingan di era digital harus siap untuk berubah dan beradaptasi.
Dengan demikian, maka, organisasi Islam yang ingin tetap relevan dan sekaligus memenangkan persaingan di era digital harus beradaptasi dan memanfaatkan teknologi digital secepatnya secara tepat, efektif dan efisien.
Mengapa Organisasi Islam perlu Bertransformasi Digital?
Melihat realitas di atas, tidak dapat dipungkiri bahwa relevansi sebuah organisasi, apapun itu bentuknya dan seberapa besar skalanya, tak terkecuali organisasi Islam, memang mesti dipaksa atau memaksakan diri untuk berubah. Sebab, transformasi digital, mengapa harus dilakukan oleh organisasi Islam, setidaknya memuat berbagai alasan sebagai berikut:
Pertama, meningkatkan efektivitas dan efisiensi : teknologi digital (digitalisasi) dapat membantu organisasi Islam mengelola data, informasi, dan komunikasi dengan lebih efektif dan efisien, sehingga akan mempercepat dan menambah akurasi dalam penyusunan kebijakan serta pengambilan keputusan.
Kedua, memperluas jangkauan dakwah : digitalisasi akan mengantarkan jangkauan dakwah Islam dapat disampaikan kepada lebih banyak orang melalui platform digital seperti media sosial, website, dan aplikasi mobile. Disisi lain juga dapat melakukan profiling dan segmentasi terhadap mad’u (orang yang didakwai) sesuai dengan kecenderungannya, dimanapun dan kapanpun akan di akses.
Ketiga, meningkatkan engagement dengan umat : salah satu problem organisasi islam adalah kemampuan untuk interaklsi dan komunikasi dua arah yang intensif dengan anggotanya, sehingga bisa mendapatkan feedback untuk perbaikan dan penyempurnaan. Dengan teknologi digital banyak menyediakan platform yang mendukung ini, sehingga dapat digunakan untuk membangun dan meningkatkan interaksi dan komunikasi yang lebih baik dengan anggota dan umat Islam pada umumnya.
Keempat, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas : Penggunaan teknologi digital dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas organisasi Islam dalam pengelolaan keuangan dan kegiatan. Disisi lain juga memberikan kesempatan dan mempermudah bagi siapapun dalam mengakses laporan keuangan yang disajikan oleh organisasi.
Kelima, memperkuat citra dan branding : Organisasi Islam yang bertransformasi digital akan terlihat lebih modern, profesional, dan adaptif terhadap perubahan. Sehingga branding sebagai organisasi yang melek dan sekaligus mengadopsi digitalisasi akan meningkatkan citra sebagai organisasi yang relevan sepanjang masa.
Transformasi digital menjadi penting karena memberikan berbagai manfaat, seperti peningkatan efisiensi operasional, inovasi produk dan layanan, pengambilan keputusan yang lebih akurat berdasarkan data, tranparansi,akuntabilitas dan penguatan keterlibatan dengan para pemangku kepentingan. Tanpa transformasi digital, organisasi berisiko tertinggal dan kehilangan relevansi dalam menghadapi perkembangan yang cepat di dunia digital.
Apa Syarat Transformasi Digital yang Sukses?
Meskipun transformasi digital bagi setiap organisasi begitu penting, namun transformasi digital bukanlah proses yang mudah. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar transformasi digital dapat berhasil.
Pertama, kepemimpinan yang visioner : pemimpin organisasi Islam harus memiliki visi dan komitmen yang kuat untuk transformasi digital.
Kedua, sumber daya manusia yang kompeten : organisasi Islam perlu memiliki SDM yang memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang teknologi digital.
Ketiga, Infrastruktur teknologi yang memadai : organisasi Islam perlu memiliki infrastruktur teknologi yang mendukung transformasi digital.
Keempat, strategi yang jelas : organisasi Islam perlu memiliki strategi yang jelas untuk implementasi transformasi digital.
Kelima, dana yang memadai : transformasi digital membutuhkan dana yang cukup untuk investasi teknologi dan pelatihan SDM.
Kelima syarat tersebut di atas, sebenarnya dapat diatasi dengan baik jika organisasi mempersiapkan dengan baik dengan melakukan perencanaan yang matang berkenaan dengan proses transformasi digital pada organisasinya.
People, Process, Technology
Dalam melakukan transformasi digital dalam sebuah organisasi, peran people (manusia), process (proses), dan technology (teknologi) menjadi kunci dalam mewujudkan perubahan yang sukses dan berkelanjutan dalam sebuah organisasi.
People memegang peran sentral sebagai penggerak utama dalam transformasi digital. Mereka tidak hanya perlu memiliki keterampilan teknis yang memadai, tetapi juga sikap mental yang terbuka terhadap perubahan, kemauan untuk terus belajar, dan kemampuan beradaptasi dengan cepat terhadap teknologi baru.
Proses merujuk pada metodologi dan kerangka kerja yang digunakan dalam mengelola transformasi digital, termasuk pengembangan strategi, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Proses yang baik akan memastikan bahwa transformasi digital berjalan dengan lancar, efisien, dan sesuai dengan tujuan organisasi.
Terakhir, technology mencakup berbagai alat, platform, dan solusi teknologi yang digunakan untuk mendukung transformasi digital. Teknologi yang tepat dapat mempercepat proses transformasi, meningkatkan efisiensi operasional, dan memungkinkan inovasi yang lebih lanjut.
Pentingnya mengintegrasikan ketiga elemen ini untuk berhasil dalam transformasi digital tidak bisa dilebih-lebihkan. Pertama, organisasi perlu memastikan bahwa mereka memiliki tim yang terampil dan terlatih yang siap menghadapi perubahan teknologi. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan dan pengembangan karyawan, serta rekrutmen orang-orang dengan keahlian yang sesuai.
Kedua, organisasi perlu mengevaluasi dan mengubah proses-prosesnya agar sesuai dengan kebutuhan transformasi digital. Ini bisa melibatkan penyederhanaan proses, integrasi sistem, dan penerapan metodologi kerja yang lebih fleksibel dan kolaboratif.
Terakhir, organisasi harus memilih dan mengimplementasikan teknologi yang tepat untuk mendukung visi dan strategi transformasi mereka. Penting untuk memilih solusi yang sesuai dengan kebutuhan unik organisasi dan dapat berintegrasi dengan infrastruktur yang sudah ada.
Dengan mengintegrasikan people, process, dan technology dengan baik, organisasi dapat mencapai transformasi digital yang sukses. Kolaborasi antara karyawan yang terampil, proses yang efisien, dan teknologi yang tepat akan menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi, produktivitas, dan keunggulan kompetitif.
Bagaimana Strategi Implementasi Transformasi Digital?
Dengan memahami urgensi keberadaan people, proses dan technology, maka strategi implementasi transformasi digital dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan dan karakteristik organisasi. Namun, beberapa langkah umum yang dapat diambil antara lain adalah sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, membuat roadmap transformasi digital: menyusun peta jalan yang jelas untuk implementasi transformasi digital.
Kedua, melakukan pelatihan SDM: meningkatkan keterampilan dan pengetahuan SDM tentang teknologi digital.
Ketiga, membangun infrastruktur teknologi: membangun infrastruktur teknologi yang mendukung transformasi digital.
Keempat, mengembangkan platform digital: mengembangkan platform digital untuk dakwah, komunikasi, dan layanan umat.
Kelima, membangun kerjasama dengan pihak lain: bekerjasama dengan organisasi lain dan pakar teknologi untuk mendukung transformasi digital.
Apa Hambatan dan Kendala Transformasi Digital?
Model digitalisasi yang dipilih haruslah sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik organisasi. Kendatipun demikian, bukan berarti proses transformasi organisasi tanpa ada hambatan dan kendala, setidaknya hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, Kurangnya pengetahuan dan keterampilan SDM: Banyak SDM organisasi Islam yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang teknologi digital.
Kedua, Keterbatasan dana: Organisasi Islam, terutama di tingkat lokal, seringkali kekurangan sumber daya yang dibutuhkan untuk transformasi digital.
Ketiga, Ketakutan akan perubahan: Beberapa orang dalam organisasi Islam mungkin resisten terhadap perubahan dan enggan untuk menggunakan teknologi digital.
Keempat, Keterbatasan infrastruktur: Di beberapa daerah, infrastruktur teknologi masih belum memadai untuk mendukung transformasi digital.
Hambatan dan kendala transformasi di atas sifatnya mandatory, masih ada hambatan dan kendala lain yang menyertai transformasi digital, dan biasanya yangat kasuistik tergantung pada masing-masing organisasi.
Model Teknologi/Digitalisasi Apa yang Mesti Dipilih dan Diterapkan?
Sebenarnya tidak ada model dan bentuk baku pilihan teknologi dalam proses transformasi digital pada sebuah organisasi. Akan tetapi beberapa model dibawah ini, setidaknya dapat dijadikan referensi bagi organisasi jika ingin melakukan transformasi digital.
Pertama, Model omni-channel: secara sederhanan dapat digambarkan dengan menggabungkan berbagai platform digital seperti website, media sosial, dan aplikasi mobile untuk berbagai kepentingan organisasi baik untuk keanggotaan, pendidikan, dakwah, ekonomi, dan layanan umat lainnya.
Kedua, Model data-driven: pada pilihan model ini, maka organisasi sudah aware terhadap data, dan bukan manual lagi. Sehingga, dengan memanfaatkan data yang ada untuk membantu dalam pengambilan keputusan dan pengembangan strategi organisasi diberbagai sektor, agar mendapatkan hasil yang cepat, tepat dan relevan.
Ketiga, Model technology driven: dewasa ini perkembangan teknologi demikian cepat dan canggih dengan berbagai jenis dan modelnya. Oleh karenanya, memanfaatkan AI (artifial intelligence), Big data, ML (Machine Learning), Blockchain dan berbagai teknologi yang lain dalam rangka untuk meningkatkan efektivitas dan layanan organisasi diberbagai sektor.
Ketiga model tersebut dapat dipilih oleh organisasi disesuaikan dengan keberadaan organisasi masing-masing dan memperhatikan hambatan dan kendala yang dimilikunya. Masih ada model lain yang dapat dipilih.
Pada saat bersamaan, dalam menentukan pilihan tersebut di atas, juga mesti disesuaikan dengan kebutuhan organisasi saat ini, serta kesiapan sumberdaya yang dimiliki. Sehingga transformasi digital yang dilakukan berdaya guna dan berhasil guna dengan memadai.
Penutup
Transformasi digital bukanlah sekadar tentang menerapkan teknologi baru, tetapi juga tentang mengubah budaya dan cara kerja organisasi secara keseluruhan. Dengan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi, organisasi dapat memanfaatkan potensi penuh dari revolusi digital untuk mencapai tujuan mereka dengan lebih baik dan lebih efektif. Sehingga, organisasi Islam yang ingin sukses dalam transformasi digital harus siap untuk berubah dan beradaptasi dengan era digital.
Oleh karenanya kini saaatnya untuk menyiapkan sekaligus membangun organisasi Islam yang modern, profesional, dan adaptif terhadap perubahan melalui transformasi digital. Sebab, transformasi digital adalah kunci bagi organisasi Islam untuk eksis dan memenangkan persaingan dimasa mendatang.
Akhirnya, transformasi digital adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Organisasi Islam yang ingin eksis dan berkembang di era digital harus siap untuk bertransformasi, dan tidak dapat menunggu waktu yang lama, mesti di mulai saat ini juga.[]
*) ASIH SUBAGYO, penulis peneliti senior Hidayatullah Institute (HI)