PERSAUDARAAN Islam atau ukhuwah Islamiyah telah lama menjadi fondasi penting dalam sejarah umat Muslim. Dalam Al-Qur’an dan Hadis, ukhuwah di-highlight sebagai ikatan spiritual yang kokoh, melampaui batasan geografis, suku, dan bahasa. Ini adalah bentuk persaudaraan yang bersifat transnasional dan menyatukan seluruh umat Islam di bawah payung keyakinan yang sama.
Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks hari hari ini, ukhuwah Islamiyah berperan sebagai kekuatan riil yang mampu menjadi modal penting dalam membangun umat, agama, bangsa, dan negara kita.
Pada acara Halaqah Kubra Daerah Khusus Jakarta (DKJ), Jawa Barat, dan Banten yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Qur’an Hidayaturrahman (PQH), Caringin, Ciawi, Bogor pada Ahad pagi, 11 Rabi’ul Awal 1446 H (15/9/2024), Pemimpin Umum Hidayatullah, KH Abdurahman Muhammad, menegaskan bahwa “kekuatan kita yang paling riil adalah ukhuwah.”
Pernyataan beliau ini menyiratkan pentingnya menjaga persatuan di antara umat Muslim sebagai modal utama dalam membangun kekuatan yang utuh, baik di ranah agama maupun kebangsaan.
Dasar dari Kekuatan Umat
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَࣖ
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat” (QS. Al-Hujurat: 10).
Ayat ini menegaskan bahwa persaudaraan di antara orang beriman merupakan perintah Allah, dan memperkuat ukhuwah Islamiyah adalah bagian dari ketaatan kepada-Nya. Dalam konteks ini, ukhuwah Islamiyah tidak hanya berfungsi sebagai kohesi sosial, tetapi juga sebagai penguat moral dan spiritual umat Islam.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، م َثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Hadis Rasulullah SAW di atas juga menegaskan pentingnya ukhuwah. Beliau bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kasih sayang, cinta, dan simpati mereka adalah seperti satu tubuh; jika satu bagian tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasakan sakit dan demam” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ini menunjukkan bahwa umat Islam adalah satu kesatuan yang saling terhubung secara emosional dan spiritual. Ketika satu bagian umat mengalami kesulitan, bagian lainnya harus turut membantu dan merasakan penderitaan tersebut. Prinsip inilah yang menjadi landasan penting bagi pembangunan umat dan bangsa.
Selain sebagai konsep keagamaan, ukhuwah juga berperan penting dalam konteks kebangsaan dan kenegaraan. Di Indonesia, di mana keberagaman etnis, budaya, dan agama sangat tinggi, ukhuwah Islamiyah dapat menjadi jembatan yang menghubungkan umat Islam dengan komponen-komponen bangsa lainnya.
Pemimpin Umum Hidayatullah, KH Abdurahman Muhammad, menekankan bahwa kekuatan ukhuwah Islamiyah adalah modal sosial yang nyata bagi umat Islam. Di tengah tantangan modernisasi, globalisasi, dan masalah-masalah sosial lainnya, ukhuwah Islamiyah dapat menjadi penopang persatuan nasional. Ungkapan singkat beliau itu menegaskan bahwa persaudaraan adalah kunci dari kesatuan umat, yang pada gilirannya akan mendukung stabilitas bangsa dan negara.
Dalam konteks pembangunan negara, ukhuwah Islamiyah memberikan kontribusi besar melalui semangat gotong royong, solidaritas, dan rasa kebersamaan di kalangan umat Islam. Kebersamaan ini penting dalam menghadapi tantangan-tantangan sosial-ekonomi yang semakin kompleks.
Solidaritas Islam juga telah terbukti memainkan peran besar dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia, di mana tokoh-tokoh Muslim seperti HOS Tjokroaminoto dan KH Hasyim Asy’ari menggalang kekuatan umat Islam untuk melawan penjajahan dengan semangat ukhuwah.
Pentingnya Ukhuwah
Al-Qur’an dan Hadis berulang kali menekankan pentingnya ukhuwah sebagai fondasi bagi kehidupan umat. Selain ayat yang telah disebutkan dalam QS. Al-Hujurat: 10, Al-Qur’an juga menyebutkan:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” (QS. Ali Imran: 103).
Ayat ini menggambarkan bagaimana umat Islam diikat oleh persaudaraan yang dilandasi oleh keimanan dan ketaatan kepada Allah. Tanpa ukhuwah, umat akan tercerai-berai dan lemah, sebagaimana yang terjadi pada masa sebelum Islam datang. Persaudaraan ini harus dipelihara dan diperkuat agar umat Islam tetap bersatu dalam menghadapi berbagai tantangan.
Hadis Rasulullah SAW juga banyak memberikan nasihat mengenai pentingnya menjaga persaudaraan. Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seseorang di antara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”.
Wejangan nabi kita ini menekankan bahwa iman seorang Muslim tidak sempurna kecuali jika dia memiliki cinta dan kepedulian yang tulus terhadap saudaranya. Ini adalah esensi dari ukhuwah, di mana setiap individu Muslim merasa terhubung dan bertanggung jawab satu sama lain.
Pada era modern seperti sekarang ini, umat Islam dihadapkan pada berbagai tantangan, baik di tingkat global maupun nasional. Konflik internal, perpecahan, dan lemahnya solidaritas sosial sering kali menjadi penghambat dalam pembangunan umat. Oleh karena itu, ukhuwah Islamiyah harus dijadikan sebagai solusi utama untuk mengatasi masalah-masalah ini.
Perasan spirit bahwa ukhuwah sebagai kekuatan riil menunjukkan bahwa persatuan di antara umat Islam adalah kunci untuk menghadapi berbagai krisis, baik itu krisis sosial, politik, maupun ekonomi. Dalam konteks Indonesia, di mana umat Islam merupakan mayoritas, ukhuwah Islamiyah menjadi faktor penting dalam menjaga stabilitas sosial dan nasional.
Ukhuwah juga relevan dalam konteks global, di mana umat Islam tersebar di berbagai negara dan menghadapi tantangan-tantangan yang berbeda. Dengan memperkuat ukhuwah, umat Islam dapat membangun solidaritas internasional yang lebih kuat, saling mendukung dalam menghadapi ketidakadilan, penindasan, dan tantangan-tantangan lainnya.
Modal Membangun Bangsa
Selain menjadi modal spiritual, ukhuwah Islamiyah juga memiliki dampak langsung dalam pembangunan bangsa. Ketika umat Islam bersatu, mereka dapat berkontribusi secara lebih efektif dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, politik, dan sosial. Ukhuwah mendorong munculnya rasa tanggung jawab kolektif untuk memajukan umat dan bangsa.
Dalam pada itu, ukhuwah Islamiyah dapat menjadi kekuatan penggerak bagi pembangunan yang berkelanjutan. Solidaritas di antara umat Islam akan memunculkan semangat gotong royong, yang pada gilirannya akan mempercepat proses pembangunan di berbagai sektor.
Misalnya, dalam bidang pendidikan, ukhuwah dapat mendorong kolaborasi antarlembaga pendidikan Islam untuk meningkatkan kualitas pendidikan umat. Di bidang ekonomi, ukhuwah dapat menggerakkan penguatan ekonomi umat melalui kerja sama bisnis syariah, koperasi, dan pengembangan wirausaha Muslim.
Ukhuwah Islamiyah bukan hanya konsep spiritual yang abstrak, tetapi merupakan kekuatan nyata yang memiliki dampak langsung terhadap kehidupan umat, agama, bangsa, dan negara. Seperti yang ditegaskan oleh KH Abdurahman Muhammad dalam Halaqah Kubra di Ciawi, Bogor, ukhuwah adalah kekuatan riil yang harus dijaga dan diperkuat oleh umat Islam.
Dengan menjadikan ukhuwah sebagai modal utama, umat Islam dapat menghadapi berbagai tantangan zaman, baik di tingkat lokal maupun global. Persaudaraan Islam yang kuat akan menjadi fondasi bagi persatuan umat, yang pada gilirannya akan mendukung pembangunan bangsa dan negara yang lebih baik.
Ukhuwah juga akan menguatkan hubungan antarumat, mengurangi perpecahan, dan meningkatkan solidaritas sosial. Inilah yang akan membawa umat Islam menuju kejayaan dan keberkahan, sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. (ybh/hidayatullah.or.id)