BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — Keluarga besar ormas Hidayatullah berduka. Salah seorang ustadz yang merupakan anggota Dewan Mudzakarah, Ir H Anshar Amiruddin, meninggal dunia.
Ustadz Anshar, demikian dikenal, wafat di RS Hermina, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (14/08/2020) malam waktu setempat.
Sebelum berpulang ke Rahmatullah, almarhum sempat dirawat di RS tersebut setelah beberapa hari sejak sekitar pekan pertama September 2020 jatuh sakit dikabarkan karena tipus.
Kepergian almarhum meninggalkan duka mendalam bagi jamaah Hidayatullah, khususnya sanak keluarga almarhum.
“Ayahanda kami baru saja dipanggil menghadap Rabbnya di hari yang paling mulia di bulan mulia, mohon dimaafkan jika ada kesalahan beliau,” ujar Kahar Muzakkar alias Musa, salah seorang putra almarhum, kepada hidayatullah.com dan rekan-rekannya, Jumat malam via grup WhatsApp.
Menurut penutusan Musa, sang ayah pergi dalam keadaan yang mengharukan dan Insya Allah, husnul khatimah.
“Beliau insyaAllah syahid. Beliau mengucapkan kalimat syahadat dengan lancar di akhir napas beliau,” tuturnya, lantas diaminkan oleh para jamaah.
“Dia mengucap laa ilaaha illaAllah… di akhir nafasnya,” ujar Khalil Rahman, putra lainnya, dalam pesannya yang beredar di grup-grup jamaah Hidayatullah.
“Beliau tidak pergi, beliau syahid dan hidup di sisi Allah,beliau sempat mengucapkan kalimat syahadat di penghujung napas beliau,” tambah Musa lagi saat dikonfirmasi.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah, Dr Nashirul Haq mewakili jajarannya menyampaikan belasungkawa atas kepergian Ustadz Anshar.
Ustadz Nashirul memandang sosok sebagai kader terbaik tersebut.
“Ust Ir H Anshar Amiruddin salah satu kader terbaik Hidayatullah telah kembali kepada-Nya.
Jalan sejarah telah dilewatinya dengan dedikasi yang kuat untuk berada di jalan dakwah. Berbagi spirit, ilmu, nasihat, dan adab di tengah umat.
Segenap Pengurus DPP dan Keluarga Besar Jamaah Hidayatullah se Indonesia mengucapkan “Selamat Jalan Menuju Rahmat dan Ampunan-Nya,” pernyataan tertulis Ustadz Nashirul, Jumat malam.
Salah seorang Ketua Bidang di DPP Hidayatullah, Asih Subagyo, turut menyampaikan doa dan belasungkawa atas wafatnya almarhum.
“Telah usai tugas Ustadz di dunia ini, ustadz. Meski pertemuan kita tidak intensif, bersebab jarak, namun saya bersaksi bahwa antum (almarhum, red) adalah orang sholeh, yang mewakafkan hidupmu untuk berdakwah di jalan Allah. Menurut Putra antum, yang mendampingi saat antum naza’, di akhir hayatmu, antum dengan jelas mengucapkan Laa ilaaha illaLlah. Asbab itulah, pintu jannah, terbuka lebar bagimu ya ustadzku. In Syaa Allah antum akan dikumpulkan dengan ara ambiya, syuhada dan orang-orang sholeh. Semoga engakau tenag di sisi sang Khaliq. Aaminn ya rabbil ‘alaamiin,” tulis Asih.
Semasa hidup, Anshar dikenal sebagai salah satu dai kondang Hidayatullah. Ceramah-ceramahnya selalu menyentak jamaah. Para santri membentang dari barat sampai timur Indonesia.
Almarhum dinilai sebagai “Bapak Ideologis” bagi santrinya.
Salah seorang sahabat almarhum, Ustadz Zainuddin Musaddad yang juga Departemen Adab & Pembinaan Keluarga DPP Hidayatullah, turut mendoakan almarhum.
“Ihwan Anshar panggilan beliau saat pertama kali mengenalkan Hidayatullah kepada kami di IKIP Makassar, tahun 1986. Inna lillahi wainna ilaihi raji’un…. Selamat jalan guru dan shahabat kami,” ujarnya di grup WhatsApp jamaah Hidayatullah.
Salah seorang santrinya di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Usman Aidil Wandan, punya kenangan khusus dengan almarhum.
Suatu saat, saat berjumpa Usman tahun 2013, Ustadz Anshar mengungkapkan keinginan kuatnya berdakwah di NTT. Untuk daerah Timur, Ustadz Anshar sudah pernah berdakwah di Papua.
“Cuma Kupang ini kira-kira kapan (ke sana), Nak?” ujar Ustadz Anshar sebagaimana ditirukan Usman kepada hidayatullah.or.id, Jumat malam.
Lalu, pada tahun 2019 jelang Ramadhan, pihak DPW Hidayatullah NTT pun mengundang Ustadz Anshar.
“Ana diamanahkan di DPW bagian dakwah dan humas agar bisa menghubungi beliau dan Alhamdulillah beliau bersedia untuk datang ke Kupang di tengah padatnya jadwal.
Waktu itu beliau baru saja dari Jakarta ada pertemuan bersama DPP. Setelah pertemuan itu terbang ke Balikpapan. Selang dua hari di Balikpapan beliau langsung terbang ke Kupang,” tuturnya.
Dalam dakwahnya di Kupang, Ustadz Anshar mengajak para santri dan jamaah untuk senantiasa ikhlas. Acara saat itu digelar terkait pembangunan rumah Qur’an di Kelapa Lima, Kota Kupang.
“Bangunan rumah Qur’an di Kelapa Lima, Kota Kupang itu telah dimulai dari bangunan dasarnya/pondasinya dari orang-orang ikhlas. Begitupun para asatidz yang telah berjuang bersama-sama membangun umat ini.
Insya Allah orang-orang ikhlas akan memperoleh balasan pahala berlipat ganda,” pesannya.
Usman pun sempat meminta wejangan supaya bisa ceramah atau khutbah yang baik seperti Ustadz Anshar.
“Mulai dulu dari diri antum, Nak. Kemudian jangan ada sedikit pun rasa takut, kamu harus berani menyampaikan kebenaran. Kepada siapapun lawan bicaramu tetap rendah hati. Qiyamullail jangan pernah tinggalkan, itulah sumber qaulan tsaqila,” pesannya.
Dalam acara pada Ramadhan 1440H lalu itu, Ustadz Anshar memberikan hadiah sebuah sorban kepada Usman.
“Seolah olah pemberian sorban usai beliau mengisi Tabligh Akbar/Tahrib Ramadhan 2019 lalu di Asrama Haji Kota Kupang mengisyaratkan bahwa beliau pengin mengucapkan atau berkata, ‘Nak, lanjutkan perjuangan Abah yaaa!’ Ana betul-betul sedih sekali kehilangan beliau,” ungkapnya.
Usman mengaku juga pernah meminta doa dari Ustadz Anshar, yang kemudian mendoakan Usman. “Doanya kurang lebih begini, ‘Semoga suatu saat kita dapat dipertemukan oleh Allah Subhanahu Wata’ala di syurga-Nya yaa, Nak! Aamiin!”
“Qodarullah hari ini beliau telah dipanggil Allah Subhanahu Wata’ala. Di akhir hayatnya mengucapkan kalimah tauhid, laa ilaaha illallah. Mudah-mudahan pahala jariyah berupa ilmu yang diajarkan kepada kami oleh beliau mengalir hingga hari pembalasan. Allahumma Aamiin…,” kata Usman seraya berdoa.
Dalam sebuah ceramahnya di Masjid Ar-Riyadh, Kampus Hidayatullah Ummul Quroo, Gunung Tembak, Balikpapan, Ustadz Anshar pernah menyampaikan bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau.
“Beruntung dan berbahagialah kita telah mengikuti jejak langkah Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,” ujarnya saat itu sebagai vidoe Youtube LPPH Gutem.
“Dunia ini akan dihapus ceritanya oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Kalau dunia saja kita bangun, kita akan kecewa karena itu adalah hakikat daripada sebuah kehancuran,” ujarnya.
Sehingga, kata Ustadz Anshar saat itu, Allah telah memperingatkan semua manusia, “Ketahuilah bahwa dunia ini adalah permainan, senda gurau, dan perhiasan-perhiasan, asesoris, dan kalian saling bangga-banggakan dan berlomba-lomba memperbanyak harta dan anak,” mengutip salah satu firman Allah.* (SKR)