AdvertisementAdvertisement

Daurah Grand MBA Nasional Menempa Muallim Manhaji, Jihad Menebar Cahaya Al-Qur’an

Content Partner

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Upaya melahirkan lebih banyak muallim manhaji merupakan pekerjaan yang mesti digeluti sepanjang waktu dalam rangka meneguhkan gerakan mengajarkan Al Qur’an ke khalayak luas di segala penjuru bumi.

Demikian ditekankan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ust. Dr. H. Nashirul Haq, MA, saat mengisi taujih pada salah satu rangkaian kegiatan Training of Trainers (TOT) Daurah Muallim Grand MBA Nasional di Jakarta, Kamis, 20 Dzulhijah 1445 (27/6/2024).

TOT ini digelar Departemen Komunikasi & Penyiaran Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah melalui Persaudaraan Dai Indonesia (Posdai) bersama Gerakan Nasional Dakwah Membaca dan Belajar Al Qur’an (Grand MBA).

“Untuk melahirkan muallim manhaji butuh ketekunan dan waktu yang Panjang. Kita perlu menargetkan melahirkan lebih banyak muallim Al Qur’an dengan bekal metodologi dan alat ukur progresifitas yang memadai,” katanya.

Berikitunya, ia menjelaskan, muallim bukan sekedar guru, karena itu, setelah muallim ia meningkat menjadi trainer yang menjalani proses peningkatan kualitas dan mutu (upgrading) melalui kegiatan daurah.

Ia menerangkan TOT Daurah Muallim Grand MBA Nasional ini untuk memantapkan standarisasi, sentralisasi, dan integrasi yang sistemik dalam meneguhkan gerakan dakwah secara nasional bahkan global.

“Itulah mengapa ini merupakan pekerjaan besar karena mengajarkan Al Qur’an. Ini adalah bentuk jihad besar, Jadi jihad besar ini adalah Grand MBA ini,” katanya, yang menukil telaah Al Qur’an dalam surat Al-Furqan ayat 52 yang menekankan pentingnya jihad mendakwahkan Al Qur’an.

Proyek jihad besar ini menurut Nashirul bukanlah pekerjaan sederhana karena memerlukan tidak sedikit sumber daya, termasuk kebutuhan anggaran yang besar. Namun, kendati kebutuhan yang sangat besar itu tak mampu dipenuhi, hal itu tidak mengecilkan hati dan lantas berhenti bergerak.

“Pekerjaan ini membutuhkan budget yang besar. Tetapi, karena kualitas spiritualnya (muallim) sudah dekat dekat malaikat, sehingga secara rupiah memang kecil tapi secara ruhiyahnya besar,” selorohnya tersenyum.

Muallim Manhaji

Masih dalam kesempatan yang sama, Nashirul membeberkan karakter muallim yang tak kenal henti bergerak mengembangkan dakwah dalam mengajarkan Al Qur’an dimana pun berada, meskipun harus mengghadapi rintangan dan berbagai keterbatasan di sana sini.

“Itulah modal ruhiyah seorang muallim manhaji. Inilah yang harus selalu kita tanamkan. Krietaria manhaji adalah yang memenuhi sifat sifat dan kriteria Al Quran dan Sunnah, atau memiliki kriteria manhaj Nabawi yaitu al qowiyyun dan al amin,” terangnya.

Dalam pada itu, muallim manhaji hendaknya memiliki kriteria al qowiyyun yakni punya kapasitas, kemampuan, keterampilan, dan harus berintegritas.

Berikutnya, muallim manhaji hedaknya memiliki kriteria al amin mencakup di dalamnya sifat sifat jujur (shidiq), terpercaya (‘amanah), cerdas (fathonah) dan memiliki kemampuan komunikasi untuk mengkonsolidasi sumber daya (tabligh).

“Keduanya, al qawiyyu dan al amin, harus selalu sejalan secara beriringan. Karena, problem kita di tubuh kaum muslimin, ada yang bagus integritasnya tapi tidak memiliki kompetensi. Sehingga, ketika diberi tugas selalu ‘siap, siap, siap,’ tapi begitu ditanya progresnya, dijawab insya Allah, dan ujung ujunya qadarallah, afwan,” kata Nashirul.

Sebaliknya, lanjutnya, ada individu muslim yang kompetensinya luar biasa tapi tidak punya integritas kekaderan. Ketika diberikan amanah, baru satu atau dua bulan berjalan, sudah tergoda lowongan baru yang gajinya lebih menggiurkan di tempat lain.

“Ya sudah, langsung. Larilah dia. Karena itu, kedepan kita membutuhkan kader kader yang hafizhun ‘alim dan qowiyyun amin, itulah muallim manhaji, yang turunannya adalah bekerja secara profetik dan professional,” tandasnya.

TOT Daurah Muallim Grand MBA Nasional yang berlangsung secara offline di Jakarta ini merupakan helatan lanjutan dari dua rangkaian kegiatan yaitu sesi materi online yang digelar selama 2 hari pada Rabu-Kamis, 12-13 Juni 2024.

Dan sesi materi berikutnya digelar secara offline yang diagendakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 25-27 Juni 2024 ini yang bertempat di Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Jalan Cipinang Cempedak, Otista, Polonia, Jatinegar, Jakarta. (ybh/hidayatullah.or.id)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Marriage is (not) Scary, Ibadah Terpanjang yang Menyatukan Keberkahan dan Tantangan

SEJAK remaja, saya selalu menjadi tempat curhat orang-orang di sekitar, dari teman dekat hingga kenalan singkat. Entah karena saya...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img