JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Dalam rangka memperkuat dan mengharmoniskan gerakan dakwah, Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Daerah Khusus Jakarta mengadakan Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan untuk semakin menyinergikan langkah-langkah dakwah di tengah-tengah dinamika umat Islam saat ini.
Acara ini berlangsung pada Sabtu, 14 Jumadil Awal 1446 (16/11/2024) di Pondok Pesantren Tahfidz Global Hidayatullah Jayakarta, Jl. Assyafi’iyah No.12, RT.3/RW.3, Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
Dalam forum ini, hadir pengurus DPD dan jaringan badan dan amal usaha Hidayatullah se-Jakarta yang memberikan pandangan yang tajam dan relevan mengenai pentingnya harmonisasi serta integrasi dalam dakwah, pembinaan, dan tarbiyah.
Ketua DPW Hidayatullah Daerah Khusus Jakarta, Ust Muhammad Isnaeni, dalam sambutannya menekankan pentingnya harmonisasi dan integrasi dalam berbagai usaha yang telah dilakukan oleh Hidayatullah.
Menurutnya, gerakan dakwah yang dilakukan termasuk oleh organisasi ini seharusnya tidak berhenti hanya pada tahap penyampaian pesan. Sebaliknya, harus ada kelanjutan yang lebih sistematis berupa pembinaan umat yang bersifat komprehensif.
“Pentingnya harmonisasi dan integrasi ini agar khidmat keumatan yang telah dilakukan oleh setiap amal usaha Hidayatullah tidak berhenti begitu saja, akan tetapi dilanjutkan dengan pembinaan Islam secara komprehensif,” ujarnya.
Isnaini menekankan pentingnya keberlanjutan dalam setiap langkah dakwah yang diambil, sehingga tidak hanya menjadi momen instan, melainkan dapat menciptakan perubahan jangka panjang dalam masyarakat.
Mantan Sekretaris Jenderal Pemuda Hidayatullah ini juga menegaskan bahwa tidaklah cukup jika sebuah amal usaha berhenti pada dakwah semata, tanpa disertai dengan upaya untuk menjaga kesinambungan pembinaan umat.
“Sangat naif jika ada suatu amal usaha berhenti sampai tahap melakukan khidmat dakwah tanpa dilanjutkan dengan sistem pembinaan yang sustainable. Olehnya, kita harus punya kesadaran kolektif agar bagaimana harmonisasi dalam hal pembinaan, dakwah dan tarbiyah,” tegasnya.
Dalam kerangka ini, menurut Isnaini, kesadaran kolektif menjadi kunci untuk mencapai tujuan besar dari dakwah yang bukan hanya bersifat transendental, melainkan juga transformatif.
Tantangan Pembinaan dan Pendidikan Al-Qur’an
Diskusi semakin mendalam ketika Ust Iwan Abdullah, Ketua Departemen Rekrutmen dan Pembinaan Anggota DPP Hidayatullah, memaparkan data yang cukup menggugah terkait rendahnya tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an di Indonesia.
Mengutip penelitian dari Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta, Iwan mengungkapkan bahwa sekitar 65% masyarakat Muslim Indonesia belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik.
Hal ini, lanjut dia, menunjukkan tantangan besar dalam gerakan dakwah yakni masih lebarnya kesenjangan dalam pemahaman dan kemampuan membaca Al-Qur’an.
Dengan data ini, jelas terlihat bahwa fokus dakwah Hidayatullah seharusnya tidak hanya terbatas pada kegiatan sosial, melainkan juga pada pendidikan Al-Qur’an yang menjadi dasar utama dalam membentuk karakter umat yang Qur’ani.
“Gerakan pembinaan yang berbasis pada literasi Al-Qur’an menjadi salah satu prioritas dalam memperkokoh pondasi gerakan dakwah,” kata Iwan, seraya menyebut ada tiga model gerakan sebagai modal untuk melakukan gerakan dakwah yang bisa dilakukan oleh semua yaitu Grand MBA sambil memperluas jangkauan dakwahnya yang tidak sekedar jadi panti, dakwah fardiyah, dan gerakan membuka cabang Hidayatullah hingga tingkat kecamatan.
Pada kesempatan ini, hadir pula Dirut Baitul Maal Hidayatullah (BMH), Supendi, yang memberikan perspektif penting dalam perencanaan dakwah yang lebih tepat sasaran.
Menurutnya, dua hal yang sangat mendesak untuk diperhatikan dalam gerakan dakwah yaitu leveling sasaran dakwah dan pentingnya memberikan value dalam rekrutmen.
“Perlunya leveling sasaran dakwah agar sesuai atau tepat sasaran, dan kedua, pentingnya ada value yang ditawarkan dalam konteks rekrutmen agar umat tertarik berkiprah untuk agama, bangsa, dan negara bersama Hidayatullah,” ujar Supendi.
Dalam hal ini, Supendi menekankan pentingnya strategi yang tepat dalam menentukan target dakwah, sehingga tidak hanya tercapai efektivitas dalam menyampaikan pesan, tetapi juga relevansi dalam menjangkau kelompok yang membutuhkan.
Selain itu, terkait rekrutmen, ia juga menekankan bahwa umat harus ditawari nilai-nilai yang bisa memberi kontribusi signifikan bagi agama, bangsa, dan negara, yang akan menarik lebih banyak individu untuk terlibat dalam gerakan dakwah ini.
Dengan mencermati pandangan-pandangan yang disampaikan dalam FGD ini, Ketua Departemen Perkaderan DPW Hidayatullah Jakarta, Anregutta Ust Munawwir Baddu, selaku pemandu acara FGD ini menarik benang merah diantaranya bahwa untuk memajukan dakwah termasuk di kota metropolitan ini, sebuah pendekatan terpadu sangat diperlukan.
Pendekatan itu mulai dari harmonisasi antara berbagai sektor, seperti dakwah, tarbiyah, dan pembinaan, hingga penyesuaian sasaran dakwah yang lebih efektif dan terarah.
“Setiap kita yang terlibat dalam gerakan dakwah ini harus memiliki kesadaran bersama tentang pentingnya keberlanjutan dalam proses pembinaan umat. Ini bukan hanya tugas bagi lembaga secara institusional, namun juga bagi setiap kader dakwah yang memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan perubahan yang holistik di masyarakat,” kata Munawwir.
Melalui upaya ini, jelas Munawwir, Hidayatullah berharap dapat menghadirkan gerakan dakwah yang lebih terstruktur dan berkelanjutan, dengan mengoptimalkan potensi setiap kader yang ada.
Dengan begitu, dakwah yang dilakukan tidak hanya berdampak pada aspek sosial dan ekonomi, tetapi juga pada aspek spiritual yang lebih mendalam, sehingga dapat membawa umat kepada kehidupan yang selaras dengan ajaran Islam yang sebenar-benarnya.
Munawwir berharap, semoga melalui diskusi ini, setiap kader Hidayatullah diingatkan untuk tidak hanya fokus pada dakwah fardiyah semata, tetapi juga untuk menjaga kesinambungan melalui pembinaan yang terstruktur.
“Ini adalah langkah besar menuju tercapainya dakwah yang lebih inovatif, kolaboratif, dan yang paling penting, sustainable dalam menghadapi tantangan zaman,” tandasnya, menutup forum pertemuan ini yang dilanjutkan dengan ramah tamah.*/Adam Sukiman