KENDARI (Hidayatullah.or.id) — Dalam era modern ini, kemandirian ekonomi menjadi salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh organisasi, terlebih organisasi Islam yang memiliki visi besar dalam gerakan dakwah dan tarbiyah. Demikian ditegaskan Ketua Bidang Perekonomian Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Drs. Wahyu Rahman, MM.
Wahyu menggarisbawahi pentingnya penguatan tata kelola dalam upaya mewujudkan kemandirian organisasi. Hal ini disampaikan dia dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren Hidayatullah, Jalan Jenderal AH Nasution, Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Selasa, 12 Rabiul Akhir 1446 (15/10/2024).
“Sebagai organisasi Islam dengan mainstream gerakan dakwah dan tarbiyah, Hidayatullah memiliki cita-cita besar, yaitu membangun peradaban Islam. Cita-cita ini tentu memerlukan dukungan finansial yang kuat,” katanya dalam keterangannya kepada media ini.
Oleh karena itu, terangnya, kemandirian ekonomi tidak hanya dipandang sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan operasional organisasi, tetapi juga sebagai ikhtiar dalam menguatkan gerakan dakwah. Dengan kemandirian ekonomi, organisasi dapat bergerak lebih leluasa tanpa bergantung pada bantuan dari pihak luar.
Wahyu Rahman menegaskan bahwa kemandirian ekonomi tidak mungkin tercapai tanpa penguatan tata kelola. Tata kelola yang baik menjadi fondasi dalam membangun ekonomi yang berkelanjutan.
Dengan tata kelola yang baik, jelasnya, setiap sumber daya dapat dikelola dengan lebih efisien, setiap potensi dapat dioptimalkan, dan setiap risiko dapat diminimalisir.
“Dalam lingkup Hidayatullah, tata kelola ekonomi harus selaras dengan karakter dan corak dari gerakan Hidayatullah itu sendiri, yang memiliki visi besar untuk membangun peradaban Islam,” imbuhnya.
Ia menjelaskan, kemandirian ekonomi bagi Hidayatullah bukan hanya tentang mendatangkan laba atau meningkatkan omset, melainkan bagaimana dana tersebut dikelola dengan baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
“Pengelolaan yang didasarkan pada prinsip syariah menjadi perhatian utama, sehingga setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh organisasi tidak hanya memberikan keuntungan finansial tetapi juga mendatangkan keberkahan,” terangnya.
Wahyu pun mengapresiasi Pondok Pesantren Hidayatullah Kendari sebagai salah satu contoh dari implementasi tata kelola yang baik dalam membangun kemandirian ekonominya.
Dengan sinergi bersama Bank Indonesia (BI) di bawah koordinasi Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Sulawesi Tenggara, Pondok Pesantren Hidayatullah Kendari telah mengambil langkah konkret dalam membangun ekonomi keummatan yang tidak hanya memberikan manfaat bagi pesantren, tetapi juga bagi masyarakat sekitar.
Kiprah Ekonomi Pondok Pesantren Hidayatullah Kendari
Menurut Saiful, Person in Charge (PIC) Usaha Hidayatullah Kendari, pondok pesantren telah mengelola sejumlah amal usaha, seperti penjualan kambing qurban, layanan aqiqah, hingga produksi pupuk kandang. Amal usaha ini tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan ekonomi pesantren tetapi juga memberikan kontribusi bagi kesejahteraan warga, santri, dan kader.
Dia menyebutkan pada tahun 2024, layanan aqiqah Hidayatullah Kendari tercatat mencapai 1.222 ekor, mengalami kenaikan sekitar 20% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, penjualan hewan qurban juga menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang berkembang.
Saiful menyebutkan, pada tahun 2024, Hidayatullah Kendari berhasil menjual 51 ekor sapi dan 210 ekor kambing. Jumlah ini terus bertumbuh dari tahun ke tahun.
“Kegiatan ekonomi ini tidak hanya bermanfaat bagi pesantren tetapi juga bagi masyarakat luas yang menjadi bagian dari ekosistem ekonomi keummatan yang dibangun oleh Hidayatullah,” katanya.
Untuk mencapai kemandirian ekonomi yang berkelanjutan, diversifikasi usaha menjadi strategi yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Hidayatullah Kendari. Selain usaha penjualan kambing qurban dan layanan aqiqah, pondok pesantren ini juga mulai mengembangkan usaha lain yang memiliki potensi besar untuk menopang kemandirian ekonomi. Salah satunya adalah usaha ritel sembako dan menjadi agen gas elpiji melalui kerjasama dengan Pertamina.
“Usaha ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pemasukan yang stabil bagi pesantren, mengingat kebutuhan sembako dan gas elpiji yang selalu ada di masyarakat,” ujar Saiful.
Tidak hanya itu, Pondok Pesantren Hidayatullah Kendari juga mengembangkan rumah potong ayam dan pasar syar’i. Rumah potong ayam diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging ayam yang halal dan higienis, sementara pasar syar’i menjadi tempat bagi warga dan santri untuk memasarkan produk-produk kreatif yang mereka hasilkan.
“Ini adalah langkah konkret dalam membangun ekonomi lokal yang berbasis syariah, sekaligus memberikan peluang bagi warga dan santri untuk belajar berwirausaha,” imbuhnya.
Saiful menambahkan bahwa usaha perekonomian anggota dan kader Hidayatullah di Kendari juga terus menggeliat. Salah satu bentuk usaha yang dijalankan adalah mendatangkan produk dari PT Hage Probindo untuk dipasarkan ke komunitas, pasar, dan toko-toko yang ada di Sulawesi Tenggara.
Tantangan Keberlanjutan
Meskipun Pondok Pesantren Hidayatullah Kendari telah menunjukkan kemajuan dalam membangun kemandirian ekonomi, tantangan masih tetap ada.
Menurut Wahyu, salah satu tantangan utama adalah bagaimana menjaga keberlanjutan usaha yang telah dibangun, terutama dalam menghadapi perubahan pasar dan kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Untuk itu, Wahyu Rahman menyampaikan perlunya terus menerus dilakukan penguatan tata kelola serta menghadirkan inovasi dan kemampuan adaptasi sebagai kunci dalam menghadapi tantangan ini.
Di sisi lain, peluang untuk mengembangkan usaha baru masih terbuka lebar. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar organisasi, Wahyu menilai Pondok Pesantren Hidayatullah Kendari memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan menjadi contoh bagi pesantren-pesantren lain di Indonesia. (ybh/hidayatullah.or.id)