Hidayatullah.or.id — Organisasi masyarakat (Ormas) Islam Hidayatullah bertekad akan mampu mewujudkan kehidupan islami di seluruh kampusnya yang diharapkan kemudian menjadi role mode untuk masyarakat umum.
Hal itu menjadi rekomitmen dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kampus Utama yang diadakan di Surabaya, Jumat-Ahad, 7-9 Maret lalu. Hidayatullah memilikii 300 kampus. Namun, tujuh kampus tercatat sebagai kampus utama.
Kampus tersebut berada di Batam, Medan, Depok, Surabaya, Balikpapan, Makassar dan Timika. Ketujuh kampus itu merupakan pilot project atau percontohan miniatur implementasi peradaban Islam. Di dalam kampus itu terdapat sekolah, kegiatan ekonomi dan rumah tangga.
“Kita bisa melihat bagaimana bertetangga yang baik, bagaima bermuamalah yang baik seperti yang diatur Islam. Hidayatullah ingin pada 2020 bisa mewujudkan itu semua,” ujar ketua Bidang Ekonomi Pimpinan Pusat (PP) Hidayatullah Asih Subagyo, seperti juga dirilis HU Republika, Senin (10/3).
Menurutnya, saat ini kehidupan secara Islami masih berada dalam tataran normatif dan belum diaplikasikan. Dia berharap gagasan Hidayatullah bisa melahirkan percontohan bagaimana kehidupan Islami berlangsung.
Asih menjelaskan, nilai-nilai peradaban mulia yang diamanatkan Hidayatullah itu sebaimana yang tercantum dalam Piagam Gunung Tembak yang dicetuskan pada helatan Silatnas Hidayatullah 2013 lalu.
Dalam piagam itu diterangkan bahwa membangun Peradaban Islam adalah jihad bagi setiap orang yang beriman yang berpusat di masjid. Oleh karena itu, setiap kader Hidayatullah wajib memakmurkan masjid sebagai pusat kegiatan ibadah, pusat pengembangan ilmu, pusat kebudayaan Islam, pusat pengembangan karakter dan kepemimpinan umat.
Setiap kader Hidayatullah wajib melaksanakan shalat berjamaah di masjid, melazimkan shalat nawafil, terutama qiyamul lail, membaca al-Qur’an dan melaksanakan amalan ibadah sesuai dengan ketentuan syari’ah.
Setiap kader Hidayatullah adalah generasi Rabbani yang wajib menghidupkan majelis ilmu, membangun tradisi keilmuan dan berdakwah menyebarkan Islam. Oleh karena itu kader Hidayatullah wajib berhalaqah sebagai sarana untuk melakukan transformasi ilmu, transformasi karakter dan transformasi sosial.
Peradaban Islam juga berarti mendorong kader Hidayatullah harus menjadi generasi yang berkarakter, peduli, suka menolong, gemar berkorban, tawadhu’, militan, qana’ah, wara’ dan mengutamakan kehidupan akhirat.
Serta setiap pemimpin dan kader Hidayatullah wajib menjadi teladan di tengah umat. Untuk itu setiap kader harus membangun soliditas jamaah dan ukhuwah Islamiyah.
Dikatakan Asih, untuk melaksanakan amanat piagam tersebut tentu saja tidak mudah. Salah satu tantangannya, lanjut Asih, adalah menerapkannya, sementara kehidupan yang ada di sekitarnya tidak mendukung. Misalnya, seperti di Timika yang mayoritas penduduknya beragama non-Muslim.
“Tapi justru hal ini membuat bersemangat mewujudkan kehidupan islami. Dimulai dari pribadi, lalu keluarga dan komunitas dengan tetap sangat menghargai dan menghormati kemajemukan bangsa kita ini,” tandasnya. (rep/hio)