BANDUNG (Hidayatullah.or.id) — Anggota Dewan Murabbi Pusat (DMP) Hidayatullah, Ust. Drs. Mohammad Nur Fuad, MA, memberi pesan tegas kepada kader-kader Hidayatullah untuk mempersiapkan diri melanjutkan estafeta perjuangan Islam.
Pesan tersebut disampaikan dalam acara Safari Dakwah bertema “Menjadi Manusia Paling Bahagia Bersama Al-Qur’an” yang berlangsung di aula Yayasan Hayatan Thayyibah Pesantren Hidayatullah Bandung, Jawa Barat, Selasa, 14 Rajab 1446 (14/1/2025).
“Sebagai seorang kader Hidayatullah harus siap melanjutkan estafeta perjuangan,” ujar Nur Fuad. Ia menekankan pentingnya kesiapan mental dan spiritual dalam menerima berbagai amanah.
Dengan semangat, ia bertanya kepada para hadirin, “Ketika ada penugasan ke manapun, harus siap. Bapak-bapak, ibu-ibu, dan yang muda-muda ini, siap tidak?” Seruannya disambut dengan antusiasme para aktivis yang hadir.
Dalam acara yang dihadiri oleh kader Hidayatullah Bandung dan sekitarnya, Nur Fuad memaparkan peran strategis setiap individu dalam struktur lembaga Hidayatullah.
Ia menegaskan bahwa setiap kader perlu memahami tugas masing-masing di berbagai tingkatan struktur, mulai dari Musyawarah Majelis Syura (MMS), Dewan Pertimbangan (DP), Majelis Penasihat (MP), Dewan Mudzakarah (DM), Dewan Murabbi Pusat (DMP), hingga Dewan Pengurus Pusat (DPP) sampai jajaran hierarki setelahnya.
Nur Fuad menjelaskan bahwa Hidayatullah saat ini berada di fase kedua, yang ia sebut sebagai “tahun krisis”. Di fase ini, peran para kader senior pelanjut yang ia istilahkan dengan “tabiin” sangat vital untuk mengawal dan melanjutkan misi serta visi perjuangan Hidayatullah.
“Tugas para senior adalah melakukan transformasi manhaj sistematika wahyu, kultural, nilai sistematika wahyu, dan jatidiri. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan safari dakwah, seperti dialog yang konstruktif,” jelas Nur Fuad, yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Ketua Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya, Jawa Timur, pada 2011-2015.
Sebagai salah satu penyusun buku Qalami Mudah Menulis Al-Qur’an One Day One Ayat, ia menekankan pentingnya dakwah yang berorientasi pada penguatan nilai-nilai Qur’ani.
Al-Qur’an sebagai Pedoman Hidup
Tidak hanya berbicara tentang perjuangan organisasi, Nur Fuad juga mengajak para kader untuk merenungkan nikmat besar yang telah Allah SWT berikan. Salah satu nikmat terbesar itu adalah kehadiran Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia.
Menurutnya, memahami Al-Qur’an tidak cukup sebatas membaca, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
“Ada sembilan dimensi Al-Qur’an yang perlu diketahui dan diterapkan,” ungkap Nur Fuad. Dimensi-dimensi tersebut meliputi: Mengimani, Menyimak, Menirukan/melafadzkan, Menulis, Memahami, Mengamalkan, Mengajarkan, Mengulang-ulang, dan Memperbaiki kesalahan/mentasihkan.
Ia menegaskan bahwa penguasaan sembilan dimensi ini merupakan jalan menuju kebahagiaan sejati yang hanya bisa diraih melalui kedekatan dengan Al-Qur’an dan mengamalkannya.*/Dadang Kusmayadi