Hidayatullah.or.id — Mushola putri Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak Balikpapan menjadi saksi diluncurkannya novel karya asli Gunung Tembak. Judul buku tersebut yaitu Pemburu-pemburu Hidayah dengan unsur latar cerita (setting) Pesantren Hidayatullah.
Disebut karya asli Gunung Tembak karena penulis, setting, dan karakter tokoh cerita didalamnya adalah santri Hidayatullah Gunung Tembak.
Peluncuran buku dengan seremoni sederhana ini diikuti oleh seluruh santri putri belum lama ini. Launching langsung dilakukan oleh penulisnya Abdul Ghofar Hadi yang juga telah menerbitkan tiga buku sebelumnya.
Dalam pernyataannya, penulis yang juga Ketua Lembaga Pendidikan dan Pengkaderan Hidayatullah (LPPH) Balikpapan ini mengaku sempat ragu untuk menulis novel. Pasalnya, jelas dia, kesan tulisan fiksi itu sia sia dan tidak menarik.
Namun karena kegemaran penulis, membaca novel, dan seringnya melihat orang orang di bandara atau pesawat yang asyik membaca novel, akhirnya dorongan menulis novel ini tidak bisa dibendung.
“Bahkan novel ini sebenarnya belum intinya. Sebab awalnya akan bercerita tentang kisah cinta santri yang suci, terkait seluk beluk pernikahan mubarakah di Hidayatullah Balikpapan. Namun, karena novel ini sudah tebal yaitu 478 halaman, akhirnya dibuat dwilogi. Insyaallah akan diteruskan edisi berikutnya,” kata Ghofar.
Ghofar mengatakan ingin mengisi kekosongan media dakwah Hidayatullah melalui menulis novel. Sebenarnya, kata dia, sudah banyak buku karya para ustadz yang menjelaskan sejarah, konsep, dan kekhasan di Hidayatullah. Tapi menurutnya sebagian santri dan jamaah agak sulit mencerna dan memahami. Sehingga lahirlah novel ini.
Ghofar menulis novel ini berangkat dari pengalamannya menjadi santri, pengasuh, kepala asrama di putra maupun putri. Berkat pengalaman dan berbagai pembelajaran hidup yang telah dilaluinya, hal ini kemudian turut memperkaya novel.
Ustadz Abdul Ghofar Hadi menyampaikan bahwa menjadi santri Hidayatullah itu hebat luar biasa manfaatnya. Dari proses pendidikan, guncangan dan hasil nya. Maka agar kehebatan santri Hidayatullah bisa menginspirasi orang banyak sehingga perlu diabadikan dalam bentuk buku agar bisa dinikmati oleh masyarakat luas dan generasi pelanjut.
“Kalau cerita cerita santri ini sekedar diceramahkan di masjid maka yang menikmati adalah jamaah yang hadir, itupun terbatas jumlahnya dan daya ingatnya. Sehingga akhirnya hilang tanpa bekas cerita penuh hikmah dari para santri Hidayatullah,” tukasnya.
Resensi
Judul: Pemburu-Pemburu Hidayah
Penulis: Abdul Ghofar Hadi
Penerbit: Mujahid Press, Bandung
Cetakan: Ke-1, September 2015
Tebal: 490 halaman.
Novel ini menceritakan perjalanan para santri di Pesantren Hidayatullah Balikpapan. Tentu novel ini tidak bisa mengungkap semua mutiara-mutiara yang terpendam di Pesantren Hidayatullah, namun insyaAllah memberikan inspirasi bagi pembaca.
Para santri yang datang dari berbagai daerah dan dengan latar belakang berbeda-beda. Mereka semua dianggap santri-santri ‘kiriman Allah’. Artinya mereka adalah orang-orang dikehendaki mendapatkan hidayah
Pada awalnya mereka sangat kagum karena kondisi lingkungan islami seperti terasa seperti di dunia lain, ibadahnya sangat ketat, teman dari seluruh nusantara. Namun selanjutnya penulis, Abdul Ghofar Hadi, dan teman-temannya mengalami keguncangan karena lebih sering kerja keras daripada belajar di kelas dan dan banyak aturan.
Kemudian dari disitulah mereka mendapatkan pencerahan tentang sami’na wa atho’na atau kami dengar dan kami taat. Itulah ternyata kunci rahasia untuk bisa bertahan dan berhasil menjadi santri di Pesantran Hidayah.
Petualangan mereka menjadi santri di Pesantren Hidayah penuh dengan liku-liku yang asyik, menegangkan dan sarat dengan hikmah. Seperti bagaimana menundukkan mimbar yang sakral, cerita hantu baru, jalinan cinta santri yang berujung kepada hukuman untuk mendapatkan pensucian, cara mengikis kesombongan, membangun orientasi hidup, virus gajah, mimbar sakral, akhir laga el-clasico dan banyak lagi cerita kehidupan santri.
Kemudian kehidupan di asrama putri juga tidak kalah seru cerita kehidupan mereka. Ada kisah jin aneh, handuk hallo kitty, sepasang kaus kaki, ikan jari dan suksesi ala santri putri.
Setelah beberapa tahun ditempa, mereka mendapatkan Hidayah sehingga cita-cita dan orientasi hidupnya berbeda dengan pemuda-pemuda yang lain yaitu tugas dakwah Islam ke daerah sebelum menikah. Mereka ingin menebarkan Hidayah Islam ke seluruh umat manusia di seluruh pelosok dunia.
Dalam novel banyak kata-kata nasehat yang menjadi inspirasi bagi para penuntut ilmu dan orang-orang yang sedang memburu hidayah. Bahasa yang digunakan juga cukup populer sehingga mudah dicerna. Kendati cukup tebal, novel ini tepat menjadi salah satu karya referensial yang mengungkap banyak hal tentang Pesantren Hidayatullah.
Redaksi Hidayatullah.or.id merekomendasikan buku novel ini kepada Anda semua. Tidak saja sarat nilai kesejarahan, novel ini sesungguhnya merupakan rangkaian fakta yang terjadi dan dialami sendiri oleh penulis yang disajikan dengan prosa novela yang menggugah bahkan terkadang tak terduga. (ybh/hio)