Ketua Umum DPP Hidayatullah Nashirul Haq mengajak umat Islam untuk memasang target sukses dalam menjalani ibadah Ramadhan, apalagi di tengah pandemi virus corona jenis baru saat ini. Ajakan itu disampaikan dalam acara Tarhib Nasional Ramadhan 1441H/2020 pada Ahad (12/04/2020) yang digelar secara online dari kompleks DPP Hidayatullah, Jakarta.
Nashirul menyampaikan sejumlah tips untuk dapat meraih sukses Ramadhan. Antara lain, pertama, sebut Nashirul, yaitu setiap Muslim memasang niat, tekad, azzam, dan optimisme untuk mensukseskan Ramadhan. Penting pula pesannya berprasangka baik kepada Allah agar harapan itu dapat tercapai.
Nashirul mengajak umat untuk menjalani ibadah sebagai suatu kebutuhan. Ia mengatakan, jika melakukan sesuatu karena kebutuhan, maka seseorang akan menghadapi tantangan apapun yang dihadapinya. “Pasti kita tetap bersemangat,” ujar Nashirul yang di saksikan jamaahnya dari berbagai daerah se-Indonesia melalui live streaming di Youtube Hidayatullah ID.
Ia mencontohkan, seorang pekerja yang melakukan suatu pekerjaan karena menganggap hal itu kebutuhan, maka pekerja itu akan bersemangat menghadapi segala tantangan. Seperti –mengambil contoh pada hari normal di luar lockdwon— rela berjam-jam naik KRL atau naik angkot saat pergi maupun pulang kerja. Meskipun bertahun-tahun melakukan aktivitas pergi-pulang kerja itu, tapi karena menyikapinya sebagai suatu kebutuhan, maka ia tidak lelah apalagi bosan menjalaninya.
“Begitu pula dalam ibadah semangatnya seperti itu,” seru Nashirul.
Kedua, tambah Nashirul, dalam rangka sukses Ramadhan, perlu bekal ilmu dan pemahaman terkait Ramadhan. Perlu diulang kembali fikih-fikih tentang berpuasa, sebab selain akan membuat tenang, juga kualitas ibadah seorang Muslim akan lebih tinggi.
“Dengan ilmu itu pula kita bisa senantiasa istikharah karena kita tahu hakikat ibadah-ibadah itu,” ujar Doktor jebolan International Islamic University Malaysia (IIUM) ini.
Ketiga, Nashirul juga menekankan perlunya persiapan secara fisik dan mental menyambut Ramadhan. Antara lain berolahraga, mengonsumsi suplemen, melakukan latihan tidak banyak konsumsi makanan yang tak perlu dan tak dibutuhkan tubuh.
“Persiapan dana juga (perlu),” pesannya.
Ironisnya, kata Nashirul, saat ini mayoritas Muslim yang dipikirkan adalah perayaan Hari Raya Idul Fitri. Padahal mestinya lebih fokus kepada ibadah Ramadhan termasuk terkait finansial, seperti menganggarkan dana khusus untuk infaq.
Ia mengatakan, dalam kondisi seperti ini, pendapatan ekonomi kebanyakan orang cenderung menurun. Namun, dalam kondisi begitu, saat seseorang tetap istiqamah berinfaq, maka nilainya semakin tinggi di mata Allah. Sebab, jelasnya, semakin tinggi tantangan dalam menjalankan suatu ibadah, maka nilainya smakin tinggi. Nashirul juga mengingatkan untuk melakukan persiapan terkait fisik, lingkungan, serta pakaian. Semua itu harus sudah dikondisikan sejak saat ini.
Sajadah yang jarang dicuci, misalnya, dicuci. Kemudian, persiapkan pakaian-pakaian andalan yang baik untuk dipakai bertaqarub kepada Allah.
Bahkan idealnya dalam kondisi stay at home pada masa-masa lockdown terkait pencegahan pandemi Covid-19 saat ini, Nashirul menyarankan setiap keluarga Muslim menyiapkan ruang khusus di rumahnya sebagai mushalla.
“Generasi salaf itu ada mushalla khusus di rumahnya,” sebut alumnus Universitas Islam Madinah ini.
Kalau ada mushalla di rumah, ia juga menyarankan agar setiap keluarga membuat program halaqah Qur’an keluarga. Ini juga kesempatan bagi orangtua untuk memberi perhatian dan kasih sayang lebih kepada anak-anak dalam bentuk berhalaqah Qur’an. Terkait situasi saat ini pula, menurut Nashirul, bagi Muslim yang tidak bisa ke masjid, agar menunaikan shalat di rumah saja, termasuk seperti tarawih dan tahajud.
Lebih jauh, Nashirul menekankan tiga sukses pada Ramadhan 1441H yang tiba sebentar lagi. Yaitu, jelasnya, Sukses Tarbiyah, Sukses Ibadah, serta Sukses Dakwah dan Layanan Umat.
Dalam hal ibadah, Nashirul menekankan secara khusus dalam hal qiyamul lail dan bacaan Qur’an. “Sinarilah rumah-rumah kalian dengan shalat dan bacaan Qur’an,” ujarnya mengutip sebuah riwayat.
Kunci Sukses
Nashirul menambahkan, untuk mencapai kesuksesan dalam ibadah Ramadhan, maka ada kunci-kuncinya. Antara lain, pertama, harus ada komitmen kuat kepada diri sendiri dan kepada Allah.
“Kebaikan yang diprogramkan kita wajibkan kepada diri kita,” ujarnya.
Misalnya, seorang Muslim mengazzamkan diri membaca Al-Qur’an minimal 3 juz setiap hari selama Ramadhan, maka jangan sampai kurang dari itu. Atau punya tekad beribadah qiyamul lail mulai jam 3 dinihari, maka sejak bulan Sya’ban sudah ada pengondisian.
Kunci sukses kedua, tambah Nashirul, harus ada mujahadah. Ia kembali mengulang bahwa semakin berat ujian dalam melakukan suatu ibadah, maka semakin tinggi nilainya oleh Allah. Dalam bermujahadah itu, Nashirul mengingatkan terutama para kader mudanya agar rajin dan bersemangat. Ia mengatakan, yang bikin seseorang malas, berat, dan mengantuk dalam beribadah adalah karena kebanyakan makan dan minum.
“Ketika berlebihan sahur, maka pasti paginya ngantuk,” ujarnya mencontohkan. Begitu pula kalau malam banyak makan, akan berpengaruh pada ibadah qiyamul lail. Jangan sampai, katanya, pada bulan suci Ramadhan, seseorang justru lebih banyak makan.
Kunci sukses berikutnya, harus ada kontrol. Tentu selain pasti ada kontrol dari Allah, Nashirul menyarakan setiap Muslim melakukan kontrol secara pribadi. Misalnya, dengan membuat daftar (list) terkait target-target ibadahnya selama Ramadhan. Hal ini katanya sebagai alat untuk muhasabah.
Kunci sukses Ramadhan berikutnya, tambah Nashirul, yaitu perlu adanya kafarat terutama bagi diri sendiri. Membayar kafarat untuk menghukum diri sendiri jika seseorang lalai melakukan suatu ibadah.
Ia mencontohkan apa yang telah dilakukan Sahabat Nabi, yaitu Umar bin Khattab. Suatu saat, Umar terlambat ashar karena sibuk mengurus kebunnya. Merasa dilalaikan, Umar pun menginfakkan kebunnya tersebut untuk umat.
Sesekali, ajak Nashirul, setiap Muslim mungkin perlu melakukan hal seperti itu. Misalnya, menginfakkan smartphone yang dimilikinya jika dirasa smartphone tersebut telah membuat lalai dalam ibadah.*