AdvertisementAdvertisement

[Khutbah Jum’at] Kekuatan Harapan Orang Beriman

Content Partner

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Ma`syiral Muslimin Rahimakumullah

Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman:

إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

“Sesungguhnya ketetapan-Nya, jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah (sesuatu) itu”.” (QS. Yaasin: 82)

Kun fayakun. Jika Allah berkehendak, maka terjadilah. Inilah kuasa Allah. Peristiwa langka yang bisa jadi tak akan terulang kedua kalinya. Ada manusia yang ditelan ikan raksasa. Masuk dalam keadaan hidup dan keluar juga dalam keadaan yang sama.

Ia tetap hidup meski berada di dalam perut ikan tersebut. Inilah kisah ajaib Dzun Nun, nama lain dari Nabi Yunus bin Matta (semoga salam dan keselamatan selalu tercurah untuknya).

Iya, tak ada yang menyangka. Sebagian umur Nabi Yunus justru dihabiskan di dalam perut ikan yang menelannya di tengah samudera.

Dalam riwayat, ada yang menyebut ia berdiam selama tiga hari. Ada yang bilang 40 hari. Ada juga yang berkata, Nabi Yunus ditelan ikan di pagi hari dan dimuntahkan di petang hari.

Secara ilmu pengetahuan dan logika manusia, bisa apa orang itu di tengah suasana pekat yang berlipat-lipat? Mulai dari gelapnya dasar samudera, gelapnya “kamar” di perut ikan, hingga gelapnya malam yang ikut mendera.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ وَنَجَّيْنَٰهُ مِنَ ٱلْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُۨجِى ٱلْمُؤْمِنِينَ

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman,” (Q.S. Al
Anbiya: 87-88)

Ma`syiral Muslimin Rahimakumullah

Demikian teladan dari manusia pilihan yang diutus ke kaum Asyiria di Ninawa, Irak itu. Bagi Nabi Yunus, selalu ada cahaya terang yang benderang. Selalu ada sinar yang berbinar. Selalu ada harapan yang mapan.

Bahwa ilmu yang dimilikinya bukan hanya mengantarnya sebagai orang yang pandai di tengah kaumnya. Tapi juga melahirkan keyakinan yang utuh kepada Allah.

Semakin dia mengenal Allah kian luruh pula hatinya untuk bersujud dan bermunajat hanya kepada-Nya.

Dengan bimbingan Zat Yang Maha Mendengar, Nabi Yunus lalu tak henti merintih. Lirih.

La Ilaha illa Anta!. Subhanaka inniy kuntu min azh-zhalimin

(Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat aniaya).

Apa-apa yang dimilikinya seketika lebur dalam deburan ombak di tengah samudera. Tak ada yang bisa dibanggakan kecuali hanya memuji dan bertasbih kepada Allah.

Amazing! The power of hope.

Munajat dari dasar samudera di dalam perut ikan itu ternyata mampu menggetarkan lapisan langit yang bersusun-susun. Ternyata, harapan itu benar benar ada. Atas kehendak Sang Pencipta, Nabi Yunus didampar kembali ke daratan.

Dia kembali muncul di tempatnya bertugas dulu. Melanjutkan misi dakwahnya, mengajak penduduk Ninawa menegakkan Tauhid, menyembah hanya kepada Allah semata.

Hal yang sama diperagakan dalam kisah hijrah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Usaha-usaha yang diikhtiarkan dan berbagai strategi yang diupayakan tak lantas menyilaukan Rasulullah.

Bahkan, dengan jaminannya sebagai manusia terbaik yang bergaransi untuk selalu mendapat bantuan dan pertolongan sekalipun. Nabi tetap saja memilih khusyuk berdoa memohon pertolongan kepada Allah.

Ia sadar, semua manusia boleh menggelar agenda dan program yang dikehendakkan, tapi sebaik-baik makar ialah yang direncanakan oleh Allah.

Ma`syiral Muslimin Rahimakumullah

Inilah yang membedakan antara ilmu yang memberi harapan dan manfaat dengan ilmu yang menjadikan manusia lalai untuk mengingat Allah. Faktanya, tak sedikit orang yang tertipu dengan ilusi fatamorgana dari sekelilingnya.

Seolah dengan kecerdasan ilmu dan kehebatan akalnya, dengan mudah ia bisa meraih segala yang dimimpikannya. Seolah karena mampu dan berkuasa, maka ia tak perlu menengadahkan tangan dan membungkukkan badan di hadapan-Nya.

Hikmah berikutnya, jika kondisi kritis tersebut di atas masih saja menyelip harapan. Lalu mengapa kita kadang tak serius dalam berusaha untuk satu kebaikan?

Mengapa kita masih sering ngambek hingga malas malasan berdoa? Hanya gara-gara sekali waktu pernah terbentur dengan kerikil kecil dalam hidup. Atau sebaliknya, merasa sombong hanya gara-gara merasa pintar dengan gelar ilmu yang dipunyai.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KHUTBAH PENUTUP DAN DOA

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Kebijaksanaan Rasulullah Menimbang Saran dengan Hati Terbuka

DALAM kajian psikologi sosial dan budaya, sifat manusia untuk menerima atau menolak saran adalah fenomena yang kompleks. Secara umum,...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img