AdvertisementAdvertisement

Memasuki Ramadhan dengan Menguatkan Solidaritas

Content Partner

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Wabah novel coronavirus atau COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Hingga Kamis, 26 Maret 2020 pukul 13:35 WIB sebagaimana dilansir covid19.go.id, virus corona telah menjangkiti sebanya 790 pasien positif, sembuh 31 dan sebanyak 58 meninggal.

Sejumlah ahli menilai termasuk Badan Inteligen Negara (BIN) memprediksi masa puncak penyebaran penyakit virus corona di Indonesia akan terjadi pada bulan suci Ramadhan yaitu hari ke-60 hingga ke-80 sejak kasus corona pertama kali merebak di Indonesia yaitu 2 Maret 2020.

Ketua Bidang Ekonomi DPP HIdayatullah Asih Subagyo, mengatakan, dengan prediksi puncak Covid 19 akan terjadi selama bulan Ramadan, maka diperlukan kesadaran elemen masyarakat untuk semakin bahu membahu menguatkan ekonomi umat dengan kekuatan keswadayaan dan solidaritas.

“Fenomena Covid-19 ini bisa dijadikan momentum membangun kesadaran umat betapa pentingnya kemandirian ekonomi umat. Sebab Ramadhan kali ini, bisa jadi awal krisis, melihat indikator ekonomi yang sangat mengkhawatirkan dewasa ini,” kata Asih dalam pertemuan  rutin Majelis Reboan yang digelar secara online via TeamLink pertemuan via online ini dikarenakan mematuhi anjuran pemerintah untuk melakukan aktifitas di rumah, maka Majelis Reboan kali ini dilaksanakan secara online, Rabu (25/03/2020).

Sebagaimana predikis ahli puncak covid-19 terjadi selama bulan Ramadhan, Asih, berharap ini saatnya ikhtiar umat untuk “mengencangkan ikat pinggang” dan di sisi lain menjadikan hal ini sebagai momentum bagi kemandirian ekonomi umat dengan melahirkan produk substitusi untuk memenuhi pasar muslim dan dikonsumsi oleh sesama muslim.

Asih mencontohkan, pada krisis yang terjadi saat ini di tengah badai lesunya perekonomian nasional dan wabah virus corona, maka idealnya masjid, pesantren dan kantor ormas Islam bisa menjadi pelopor garda terdepan dalam mengurusi berbagai permasalahan ekonomi umat.

“Sehingga fungsi mereka bukan hanya sebatas fungsi pendidikan agama namun lebih dari itu, sehingga keberadaannya benar-benar dirasakan masyarakat,” kata Asih.

Asih mengimbuhkan, hal tersebut telah menjadi sebuah tanggung jawab sosial keumatan yang sokongan dananya dapat dikumpulkan melalui zakat, infak dan sedekah (ZIS). Menurutnya, hal ini tentu sangat efektif dan efisien mengingat Indonesia menjadi salah satu negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia.

“Ini menjadi tanggung jawab sosial sekaligus tanggung jawab keumatan dengan pengelolaan yang baik tentunya,” katanya.

Ustad Asih Juga menekankan pentingnya sebuah captive market dalam rangka menguatkan pasar komunitas muslim dengan memulai belanja yang dijual oleh lingkungan komunitas, sehingga dengan begitu ekonomi komunitas/keummatan akan terus mengalami penguatan.

“Maksudnya captive market disini adalah bagaimana komunitas mengkonsumsi dan berbelanja dari, oleh dan untuk sesama komunitas. Membuat produk substitusi dan tidak tergantung atas produk umum dan terkenal yang ada dipasaran,” imbuhnya.

Asih menilai, capitive market system ini sangat penting dilelaborasi untuk menunjang ibadah Ramadhan juga sekaligus memberikan dampak positif bagi pasar muslim mengingat puncak covid-19 terjadi selama bulan Ramadhan.*/Amanji Kefron/Ainuddin

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Rakerwil V Hidayatullah Jatim Ditutup, Ketua DPW Apresiasi Pelayanan Tuan Rumah

Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) V Hidayatullah Jawa Timur resmi ditutup pada hari Ahad, 19 Januari 2024, di Situbondo. Dalam...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img