AdvertisementAdvertisement

Menakar Ulang Eksistensi Organisasi: Menjadi Organisasi Benar atau Organisasi Tenar

Content Partner

LEBIH dari tiga tahun lalu, dalam acara pembukaan acara Musyawarah Nasiona V Hidayatullah di Depok, Pemimpin Umum Hidayatullah Ust. H. Abdurrahman Muhammad, saat menyampaikan sambutan pembukaan, mengajukan sebuah pertanyaan retorik: “Kita ini akan menjadi organisasi benar atau organisasi tenar”.

Dua pilihan diksi yang ketika diperhadapkan secara diametral, nampaknya akan saling menegasikan. Namun, jika mampu mensinergikan dalam sebuah gerak akan menjadi kekuatan yang dahsyat bagi setiap organisasi.

Dalam era dunia yang terus berkembang dan perubahan begitu cepat serta penuh ketidakjelasan ini, pertanyaan mengenai bentuk ideal eksistensi organisasi, menjadi relevan untuk diperbincangkan.

Dia akan muncul sebagai titik fokus, sebagai jawawaban atas fenomena yang ada. Sehingga dua paradigma yang sering menjadi sorotan adalah menjadi organisasi benar atau organisasi tenar. Perbedaan antara keduanya menciptakan perdebatan strategis tentang arah yang sebaiknya diambil oleh suatu entitas.

Organisasi besar sering diukur melalui parameter finansial, termasuk pendapatan, aset, sebaran jaringan dan jumlah anggota. Keseimbangan keuangan yang sehat dan kapasitas untuk bersaing di kancah nasional, bahkan global menjadi poin kunci dalam perjalanan menuju ukuran yang besar.

Namun, pertanyaannya adalah, seberapa besar ukuran ini dapat mencerminkan dampak positif organisasi terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya? Sumbangsih apa yang dapat diberikan? Baik dalam konteks internal maupun eksternal?

Di sisi lain, organisasi tenar menempatkan fokus pada pengenalan brand dan reputasi yang kuat. Termasuk program-program dan kerja-kerja nya yang populis. Keunikan, visi yang jelas, dan komunikasi yang efektif menjadi senjata utama dalam mencapai ketenaran ini.

Pada saat bersamaan juga seringkali memanfaatkan kekuatan media terutama media sosial, sebai tools untuk membantu mempromosikannya. Namun, pertanyaan yang dapat diajukan adalah apakah popularitas dan ketenaran sebanding dengan kontribusi nyata organisasi terhadap perkembangan sosial dan nilai-nilai keberlanjutan?

Harmonisasi Organisasi

Realitas dan juga pertanyaan-pertannyaan di atas, sesunggunya semakin menegaskan betapa pentingnya menakar ulang eksistensi organisasi menciptakan ruang bagi pendekatan yang seimbang.

Organisasi yang merangkul konsep “besar dan bermanfaat” dapat menciptakan dampak positif melalui pertumbuhan aset/finansial yang sehat sambil, mengembangkan jaringan serta tanggung jawab sosial. Ini melibatkan integrasi nilai-nilai inti berupa jatidiri organisasi, di mana keberlanjutan, keadilan, dan kepedulian terhadap masyarakat menjadi pijakan strategis.

Untuk menjadi organisasi yang tidak hanya besar tetapi juga tenar, membangun citra positif, kepercayaan masyarakat, dan memperkuat keterlibatan nyata dalam menjawab kebutuhan masyarakat menjadi krusial. Sehingga memanfaatkan keberadaan media terutama media sosial untuk meneyebarkan hal-hal yang diprogramkan dan dikerjakan oleh organisasi dapat menjadi sarana menuju ketenaran.

Sebab, kesuksesan dan juga kebesaran sebuah organisasi bukan hanya diukur dan disederhanakan dari deretan angka-angka atau statistik belaka. Melainkan juga berasal dari warisan positif, berupa nilai yang ditinggalkan organisasi untuk generasi mendatang.

Legacy dalam bentuk nilai inilah yang sesungguhnya akan menjadi semacam bola yang akan terus membesar di kemudian hari, dibandingkan dengan warisan yang dalam bentuk materi atau fisik, yang pada saatnya akan tidak berguna lagi.

Dengan demikian maka, dalam perjalanan menakar ulang eksistensi organisasi, harmonisasi mesti dilakukan, yaitu dengan mempertimbangkan keselarasan dengan nilai-nilai jatidiri organisasi yang tertuang dalam visi dan misinya, akan dapat menjadi landasan yang kokoh.

Dengan menggabungkan konsep modern dan moralitas, organisasi dapat menjadi agen perubahan yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat dan menyongsong masa depan yang berkelanjutan. Sehingga eksistensi organisasi akan semakin kokoh, sebab telah teruji dan dirasakan kehadirannya.

Sedangkan pada saat yang sama juga seluruh elemen organisasi juga berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan bagaimana mengantarkan menjadi organisasi besar dengan mengimplementasikan jatidiri, termasuk visi dan misinya, yang dibarengi dengan pencapaian program dalam ukuruan statistik.

Serta memperkuat brand, organisasi sehingga juga mendapatkan ketenaran. Karena ketenarannya bukan berasal dari hal-hal yang sensasional, akan tetapi berpangkal dari kebermanfaatan yang memberikan sumbangsih yang nyata bagi umat dan masyarakat. Wallahu a’lam

*) ASIH SUBAGYO, penulis peneliti senior Hidayatullah Institute (HI)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Membangun Generasi Islami Berdaya melalui Pesantren Masyarakat Cibuntu

KUNINGAN (Hidayatullah.or.id) -- Pengurus Persaudaraan Dai Indonesia (PosDai) baru-baru ini melakukan anjangsana silaturrahim ke komunitas warga binaan Pesantren Masyarakat...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img